Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum, dan Keamanan atau Menko Polhukam Mahfud MD kedapatan bertemu bakal capres usungan PDIP Ganjar Pranowo beberapa waktu lalu. Pertemuan ini mengundang gosip politik wacana menjadikan Mahfud sebagai bakal cawapres untuk Ganjar. Namun, Mahfud membantah isu tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Kita enggak bicara soal capres dan cawapres,” kata Mahfud di Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin, 11 September 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Bicara soal cawapres, Mahfud MD pernah nyaris menjadi calon pendamping presiden. Kejadian terjadi pada musim Pemilihan Presiden 2019 lalu. Nama Mahfud MD masuk jajaran sosok yang punya kans besar mendampingi Capres usungan PDIP kala itu, Joko Widodo atau Jokowi. Mahfud bercerita, dirinya bahkan sudah diminta mengukur baju untuk dikenakan saat deklarasi Capres-cawapres PDIP.
Cerita itu Mahfud sampaikan secara blak-blakan dalam salah satu acara televisi nasional pada medio Agustus 2018 lalu. Dalam acara tersebut, Mahfud mengungkap sehari sebelum mengumumkan cawapres, Jokowi sudah menjatuhkan pilihannya kepada dirinya. Itulah mengapa dia diminta untuk mengukur baju tersebut di Istana Negara. Namun, keputusan itu tiba-tiba berubah pada Kamis malam, 9 Agustus 2018.
Mahfud bercerita, sebelum penetapan cawapres Jokowi, yakni pada Kamis sore ia telah mempersiapkan diri untuk deklarasi itu. Bahkan dia diperintahkan menunggu di Restoran Tesate yang terletak di seberang Plataran Resto, Menteng, Jakarta Pusat. Saat itu Mahfud sudah mengenakan kemeja putih dengan celana panjang hitam. Kemeja itu adalah miliknya sendiri, bukan kemeja yang sudah diukur sebelumnya. Sampai sekarang, kemeja yang telah diukur itu konon masih tertinggal di istana.
“Tapi baju yang saya pakai baju saya sendiri bukan yang dari presiden, karena baju dari presiden kan mau dipakainya besoknya,” kata Mahfud.
Beberapa saat sebelum pengumuman cawapres, tiba-tiba dia ditelepon oleh Pratikno. Mahfud diberitahu bahwa ada perubahan mendadak. Perubahan itu adalah ternyata Jokowi memilih Ketua Majelis Ulama Indonesia atau MUI Ma’ruf Amin. Pengumumannya di Restoran Plataran, Menteng, Jakarta, restoran yang berseberangan dengan Restoran Tesate di mana Mahfud menunggu itu.
Fakta di balik gagalnya Mahfud MD jadi cawapresnya Jokowi
Laporan Majalah Tempo edisi 13 Agustus 2018, bertajuk “Faktor Kramat Raya di Plataran” menyebutkan Jokowi dan PDIP sebagai partai penyokong utama padahal sudah kesengsem dengan Mahfud MD. Setidaknya ada dua faktor yang menyebabkan Jokowi bakal memilih eks Ketua Mahkamah Konstitusi itu. Yakni Mahfud bisa dekat dengan pemilih Islam dan sikapnya merespon isu polemik gaji Badan Pembinaan Ideologi Pancasila.
Majalah Tempo melaporkan, saat peluang Mahfud MD membesar, puluhan kiai menemui Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siroj. Mereka menyampaikan keinginan agar Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar menjadi cawapresnya Jokowi. Jika tidak dikabulkan, kata juru bicara perwakilan kiai, Anwar Iskandar, mereka akan mengadakan musyawarah untuk menentukan sikap apakah mendukung Jokowi atau tidak.
Menghadapi manuver pendukung Muhaimin tersebut, Istana meminta Direktur The Wahid Institute Yenny Wahid, yang sedang berada di Dubai, Uni Emirat Arab, mengamankan posisi Mahfud. Yenny diminta mengumpulkan dukungan dari para kiai di daerah terhadap Mahfud. Sepulang dari Dubai Yenny langsung menemui Said Aqil Siroj di kantor PBNU di Jalan Kramat Raya, Jakarta, untuk meyakinkannya agar mendukung Mahfud.
Upaya itu gagal. Alih-alih sejalur dengan Yenny, kepada wartawan, Said Aqil malah menyebut Mahfud bukan kader Nahdlatul Ulama. “Walaupun background keluarganya NU, secara kultural NU, tapi belum pernah jadi aktivis NU,” kata Said. Ketua Umum Gerakan Pemuda Ansor-organisasi sayap NU-Yaqut Cholil Qoumas bahkan mengatakan NU tak memiliki tanggung jawab mendukung Jokowi jika dia mengambil calon yang bukan kader NU.
Sikap serupa ditunjukkan Muhaimin. PKB menggelar rapat khusus membahas arah dukungan kepada Jokowi sehari kemudian. Tapi, Kamis siang itu, Muhaimin melunak. Dia berjumpa dengan Mahfud. Sumber yang mengetahui pertemuan itu mengatakan keduanya sudah sepaham. Muhaimin mendukung pencalonan Mahfud. “Tak ada persoalan,” ujar Muhaimin ketika dimintai konfirmasi soal pertemuannya dengan Mahfud MD.
Tapi deklarasi pada Kamis malam berkata sebaliknya, Jokowi menentukan Ma'ruf Amin sebagai cawapres. Mahfud MD benar-benar diberi harapan palsu. Tapi apa mau dikata, Mahfud MD tak ambil pusing dengan keputusan cawapres Jokowi. “Sekarang sudah selesai. Pak Jokowi tak perlu merasa bersalah,” kata Mahfud di kantornya di Jalan Kramat, Jakarta, Kamis, 9 Agustus 2018. Belakangan Mahfud kembali disebut sebagai kandidat cawapres.
HENDRIK KHOIRUL MUHID I HAN REVANDA PUTRA | MAJALAH TEMPO