Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sosial

Malaysia kafir?

Sebuah acara yang dramatis untuk ukuran malaysia, bahkan negeri-negeri sekitar: perdebatan politik di layar tv, menyangkut soal agama. mengapa harus diadakan? dan mengapa gagal?. (ag)

17 November 1984 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MENGIKUTI ibadat Jumat di Rusila, sebuah desa di Negara Bagian Trengganu, Malaysia, terasa seperti berada dalam setting pengambilan film November 1828. Hampir semua laki-laki yang hadir menggunakan serban dengan ekor kain di belakang. Tak hanya itu, pakaian mereka pun seperti laskar Diponegoro, jubah Arab berwarna hitam atau putih. Suasana abad lalu semakin terasa karena para Muslimin umumnya berjanggut dan berkumis. Jumat itu, 9 November pekan lalu, sekitar 2.000 jemaah berhimpun. Masjid Rusila - yang tak seberapa besar tapi bertingkat dua - menjadi luber. Ratusan jemaah terpaksa bersimpuh di luar, dengan khusyuk menyebar di bawah pohon-pohon kelapa. Masjid itu sendiri dibangun hanya 200 meter dari garis pantai. Di sekitar masjid, sejumlah besar kendaraan diparkir. Tak hanya mobil-mobil sedan, tapi juga - lebih banyak malah bis, bis mini, dan berbagai kendaraan angkut lainnya, yang menandakan bahwa para jemaah telah datang berbondong dari tempat-tempat yang jauh. Bahkan di sekitar tempat parkir itu tampak kemah-kemah dibangun. Tak heran: Rusila, sekitar 14 kilometer dari Kuala Trengganu, ibu kota Negara Bagian Trengganu, sudah beberapa lama ini seakan-akan menjadi pusat PAS (Parti Islam Sa-Malaysia) yang dikenal radikal itu. Di sinilah basis Haji Abdul Hadi Awang, 37, ustad yang belakangan ini semakin melonjak kepopulerannya - kalau tak bisa dikatakan kepahlawanannya - yang dalam pucuk pimpinan PAS duduk sebagai orang ketiga. Ia, yang dipanggil Tok (datuk) Guru, adalah orator PAS yang paling penting. Pidatonya yang menggelegar terdengar ke seantero tanah air, kaset-kasetnya tersebar luas, dan nama serta gambarnya disiarkan koran-koran ke luar negeri. Kamis, sehari sebelum salat Jumat itu, sebuah heboh yang melibatkan Tok Guru Abdul Hadi Awang - dan partai PAS-nya - memasuki saat penentuan. Hari itu raja Malaysia, Yang Dipertuan Agung Mahmoud Iskandar, membatalkan sebuah perdebatan terbuka di televisi yang direncanakan berlangsung 11 November pekan ini. Inilah perdebatan yang barangkali paling dramatis di negeri itu, dan yang ditunggu-tunggu orang. Dalam debat itu, PAS - yang diwakili antara lain oleh Abdul Hadi Awang - sebenarnya akan berhadapan dengan UMNO (United Malay National Organization), partai terkuat dalam kelompok Barisan Nasional yang memerintah. Topik perdebatan sungguh-sungguh sensitif - sekitar tuduhan bahwa UMNO dan pemerintah, atau orang-orangnya, adalah kafir. Begitu tegangnya suasana pradebat, sehingga Sri Baginda Yang Dipertuan Agung mengatakan, perdebatan itu dibatalkan guna mencegah perpecahan di kalangan umat, yang mungkim saja diwarnai pertumpahan darah. Namun, pada salat Jumat di Rusila itu Awang tak bicara panas soal pembatalan debat itu - meskipun khotbahnya, yang menyerang habis kebijaksanaan pemerintah, berlangsung serius dan cukup hangat. Wajah para jemaah pun tampak tergetar oleh suara ustad lulusan Universitas Madinah (B.A.) dan Al-Azhar Kairo (M.A.) itu. Sebetulnya, tak jelas benar asal-usul tuduhan kafir itu. Tetapi sebuah sumber di ABIM (Angkatan Belia Islam Malaysia) malah menunjuk wartawan sebagai biang kerok. Dalam suatu pertemuan, sejumlah wartawan memasalahkan ketegangan antara UMNO dan PAS kepada Perdana Menteri Mahathir, yang juga pimpinan UMNO. Ada di antara wartawan itu yang konon mempertajam berita utama majalah Asia7eek tentang PAS. Para wartawan itu mengungkapkan bahwa PAS, lewat pendapat Abdul Hadi Awang, telah menuduh UMNO kafir di samping angkuh karena menolak kemungkinan musyawarah atau diskusi. Mahathir bereaksi: kalal PAS mau debat, boleh saja katanya. Sudah tentu tantangan ini dipublikasikar para wartawan. Lalu muncul pula jawaban di ko ran-koran: PAS menerim: tantangan itu. UMNO sebaliknya ber anggapan, dengan diteri manya topik perdebatan tak bisa lain PAS telah mengakui mengafirka UMNO. Tanggal 15 September Mahathir mengumumkan topik perdebatan itu. Hanya dua hari kemudian PAS menyatakan menerima tantangan. Dan 28 September, UMNO menyampaikan surat reaksi yang ditandatangani sekjennya, Sanusi Junid. Tanggal 15 Oktober, UMNO menyampaikan surat resml kepada PAS, dan keesokan harinya PAS melemparkan surat jawaban. Perdebatar pun ditetapkan: 11 November. Tempatnya: televisi. Dan akan berlangsung tak kurang dari dua jam. PAS akan menurunkan tiga pembicara: Abdul Hadi Awang, M. Nakha'ie, dan Harun Taib. Sedangkan formasi UMNO: Anwar Ibrahim Wan Mochtar (keduanya menteri), dan Ibrahim Azmi Hasan. Beberapa pengamat menilai, acara itu akan lebih menguntungkan PAS, yang lebih kecil, ketimbang UMNO yang raksasa. Beberapa kalangan di UMNO sendiri mengakui, tidak terlalu menguntungkan berdebat dengan PAS. Malah banyak yang mengkhawatirkan perdebatan itu. Kamaruddin Noor, wakil presiden ABIM, dalam wawancara dengan TEMPO, mengakui, ia berusaha keras menggagalkannya. ABIM, kata Kamaruddin, menghubungi Yusuf Rawa, presiden PAS, dan Sanusi Junid, sekjen UMNO. Konon kedua pihak menyatakan ini: bukan mereka terlalu bernafsu untuk berdebat, tapi mereka merasa tak bisa mengelak karena "ditantang". ABIM kemudian menulis surat kepada Yang Dipertuan Agung, mohon agar Sri Baginda berkenan membatalkan debat itu. ABIM menilai, debat tidak akan menyelesaikan masalah, malah akan memperuncing perbedaan pendapat di kalangan umat Islam sendiri. Dan, ternyata, Tunku Abdulrahman juga mengimbau Raja aga menggagalkan debat itu. Begitulah, dalam siaran televisi puku 19.45, Kamis 8 November, Sri Baginda membuyarkan acara itu. Raja mengutarakan, antara lain, "Hal-Hal Ugama Islam adalah kuasa mutlak Raja-Raja sekalian, sebagai ketua-ketua ugama di negeri-negeri dalam Malaysia. Oleh yang demikian, tiada sesiapa pun dari mana-mana pihak samaada Parti PAS atau UMNO berhak memutuskan." Sebuah letupan memang batal terjadi. Tapi ketegangan panjang - yang bukan cuma mengenai hal-hal agama antara UMNO dan PAS tak bisa dikatakan selesai. Ketegangan dua kelompok Islam ini (UMNO disebutkan Asiaweek sebagai "partai Muslim terbesar di dunia dengan anggota yang mendaftar di atas I Juta") sudah berlangsung lama. Tepatnya sejak pemilu kedua, 1964-1965, dan memuncak 1967, tahun terakhir keduanya bergabung (bersama sekitar 10 kelompok lain) dalam partai koalisi Barisan Nasional. Di tahun 1967 itu, presiden PAS, Datuk Asri, yang menjabat sebagai menteri besar (gubernur) Kelantan, diganti orang PAS lain, M. Nasir. Datuk Asri menerima penggantian itu, dan ia kemudian cuma menjabat sebagai presiden PAS. Tapi ketegangan muncul karena terungkap bahwa Nasir naik akibat permainan politik: dalam programnya Nasir dituduh berat ke UMNO. Akibatnya, DPRD Kelantan - yang dikuasai wakil-wakil PAS - memvetonya, dan Nasir jatuh. Namun, masalah tak berakhir. Sultan I Kelantan, yang pro-UMNO, menolak melantik pengganti Nasir. Ketegangan berlarut. Kelantan dinyatakan berada dalam keadaan darurat. Datuk Asri tersinggung, dan meletakkan jabatan sebagai menteri pusat Sejak itu PAS keluar dan menjadi partai oposisi. Lalu muncul Dr. Mahathir (UMNO) di panggung kekuasaan Malaysia, 1981, yang kiprahnya akan terbukti banyak merugikan Pas (Lihat: Negara Islam dengan Satu Kursi) sedangkan Anwar Ibrahim, presiden ABIM, yang netral tapi lebih berat ke PAS, tiba-tiba di tahun 1982 masuk UM,NO. Tahun itu pula, PAS pecah: Datuk Asri tersingkir - lalu membentuk Hizbul Muslimin. Dan itu pun harus dikatakan akibat kiprah Mahathir dalam UMNO. Maka, tak bisa lain, PAS membenci UMNO sampai ke jantung. Keadaan "daerah kekuasaan" PAS, Kelantan dan Trengganu di sebelah utara, ikut menaikkan suhu. Separuh penduduk kedua negara bagian ini hidup di bawah garis kemiskinan - berdasarkan evaluasi pemerintah, dengan menentukan ambang garis kemiskinan berdasar pendapatan per kapita 350 dolar Malaysia. Muncul isu - atau mungkin juga sebenarnya - bahwa pembangunan daerah daerah miskin yang PAS ini tersendat-sendat. Artinya, dianaktirikan pemerintah. Misalnya, orang PAS tak mendapat pembagian pupuk, bibit, bajak, benih, lembu, dan kerbau. Juga sulit mendapatkan kredit untuk membeli jaring dan kapal motor. April tahun ini, PAS melancarkan "operasi ceramah" besar-besaran ke empat negara bagian di utara: Perlis, Kedah, Kelantan, dan Trengganu. Tujuannya kini semakin nyata: menggerakkan perhatian masyarakat ke satu sasaran, membangun negara Islam di Malaysia. Begitu intensifnya ceramah-ceramah itu di Kuala Trengganu saja satu malam konon bisa diselenggarakan 12 ceramah. Sementara itu, poster dan kaset-kaset hampir tak terhitung penyebarannya. Rakyat yang miskin dan kurang terpelajar di empat negara bagian itu seolah mendapat jawaban. Ceramah-ceramah itu seakan telah menawarkan "jalan keluar", entah bagaimana. TEMPO menyaksikan, kalangan rakyat kecil di Trengganu umumnya buta politik dan sekaligus penganut Islam yang kuat. Pertengahan Juli lalu benturan pun terjadi. UMNO - atau pemerintah - yang khawatir melihat gerak PAS, menggunakan UU Darurat (Internal Security Act) untuk menghadang. Pemerintah waktu itu menahan tiga aktivis PAS: Abu Bakar Chik Mohamed Sabu, dan Bunyamin Yacoob dengan tuduhan terlalu keras berceramah. Pemerintahan federal pun mengeluarkan larangan berceramah, khusus bagi penceramah PAS. Tanggal 11 Oktober larangan ceramah dicabut. Tapi para aktivis PAS diasingkan: Mohamed Sabu dari Penang ke Negeri Sembilan, Bunyamin Yacoob dari Kelantan ke Ipoh. Di Malaysia, agaknya, kini sedang bangkit sebuah kekuatan yang dengan berang mencoba menggaet kembali kekuatannya yang lama. Yakni PAS, yang sebenarnya sudah sangat mundur itu. Berapa besarkah sebenarnya partai yang galak itu, sekarang? Hasil pemilu 1982 menetapkan kursi parlemen dibagi kepada empat partai. Barisan Nasional mendapat 135 kursi DAP (Democratic Action Party) atau kelompok oposisi Cina menguasai 10 kursi Hizbul Muslimin (sempalan PAS yang dipimpin Datuk Asri) kebagian 3 kursi. Dan PAS, yang menggegerkan itu? Cuma kebagian satu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus