Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MENGHITUNG hari. Boleh jadi, itu yang kini sedang dilakukan Jaksa Agung Marzuki Darusman. Tanda-tandanya telah diungkap juru bicara kepresidenan, Wimar Witoelar. Senin pekan lalu, Wimar melansir keterangan pers mengagetkan. Dia bilang, Presiden Abdurrahman Wahid sulit mempertahankan Marzuki di kursinya, kecuali jika sampai akhir Maret ini yang bersangkutan membuktikan kinerjanya. Bentuknya, menangkap tiga koruptor kelas kakap. "Jadi, mudah-mudahan akhir bulan ini sudah ada penangkapan atau hal-hal yang mudah dimengerti oleh masyarakat," kata Wimar.
Soal ini, masih kata Wimar, dinyatakan Presiden ketika diwawancarai wartawan asing pagi harinya. Keterangan diberikan Wimar selepas pertemuan mendadak Presiden dengan Jaksa Agung, Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Baharuddin Lopa, serta Kepala Kepolisian RI Jenderal Surojo Bimantoro, siang sesudahnya di Istana Merdeka.
Marzuki kontan kebakaran jenggot. Di kantornya, ia langsung menggelar konferensi pers dan balik menuding Wimar telah main pelintir. Kata Marzuki kepada TEMPO, pertemuan itu cuma membahas evaluasi umum kinerja aparat hukum. Soal ultimatum sama sekali tak disinggung. Marzuki telah mengonfirmasikannya langsung, dan memang dibantah Presiden. "Artinya, pernyataan dia (Wimar) menyesatkan dan sudah di luar garis sebagai juru bicara," katanya sewot. Marzuki juga menolak pengaitan berbagai perkara yang sedang diurusnya sebagai sekadar upaya politik pemerintahan Abdurrahman agar tak terguling. Ia juga menyatakan keheranannya diberitakan pernah berjanji menangkap 10 koruptor. Sejak duduk di kursinya, katanya, hampir tiap dua minggu ia diisukan bakal diganti. Dan kabar selalu diembuskan dari dalam Istana sendiri.
Benarkah Wimar main pelintir? Tidak, kata seorang sumber TEMPO. Rabu siang kemarin, ia mendengar penegasan yang sama langsung dari mulut Presiden. Ketika itu, Abdurrahman menerima delegasi dari Indonesia Project, Universitas Nasional Australia. Ini kelompok para pakar Australia yang mendalami Indonesia. Hadir antara lain ekonom kondang Profesor James A.C. Mackie. Selama pertemuan satu jam, Presiden tampak fit. Pembicaraannya cukup terfokus, dan sama sekali tak jatuh tertidur. Guyon juga cuma sesekali dilempar. Abdurrahman antara lain berbicara tentang rencana lawatannya ke Negeri Kanguru awal bulan depan dan niatnya membantu pemulihan ekonomi Timor Timur.
Lalu seorang hadirin menanyakan ihwal polemik Wimar dan Marzuki. Mana yang benar? Dijawab Presiden, Wimar memang tak keliru mengutip. Memang begitu sikap Presiden Abdurrahman. Jika sampai akhir bulan ini tiga tokoh penting yang terkait dengan kasus korupsi tak juga ditangkap, Marzuki musti berkemas meninggalkan Gedung Kejaksaan Agung. Siapa nama ketiganya, tak disebut. Ketika ditanya alasannya, Abdurrahman bilang itu sudah jadi tuntutan khalayak ramai.
Wimar tak bersedia memberikan penjelasan lagi. Tapi konfirmasi didapat dari juru bicara lainnya, Adhi Massardi. Menurut Adhi, ultimatum itu memang tidak disampaikan saat pertemuan dengan Jaksa Agung, Menteri Kehakiman, dan Kapolri, tapi dalam berbagai kesempatan sebelumnya, antara lain ketika bertemu dengan Barisan Nasional. Kata Adhi, akhir Maret itu cuma batas waktu buat Marzuki menunjukkan kinerjanya. Tapi Presiden tak mengaitkannya dengan pemecatan.
Namun, menurut Sekretaris Dewan Syuro Partai Kebangkitan Bangsa, Arifin Junaedi, Presiden memang sudah lama berencana mengganti Marzuki. Ketika itu, akhir Februari silam, Marzuki sendiri yang berjanji akan menangkap 10 koruptor kakap dalam tempo tiga minggu. Dan sekarang, tenggat sudah lewat. "Gus Dur bilang, jika sepulang naik haji belum juga ada penangkapan, Jaksa Agung akan diganti," kata Arifin.
Dua dari ketiga nama itu diungkap Adhi Massardi. Mereka adalah Wakil Ketua MPR dari Golkar, Ginandjar Kartasasmita, dan pentolan Poros Tengah, Fuad Bawazier. Seorang kalangan dekat Presiden menyebut satu lagi: Ketua Fraksi PDI Perjuangan Arifin Panigoro. Sejauh ini, baru Ginandjar yang dijadikan tersangka. Kasusnya menyangkut patgulipat technical assistance contract (TAC) empat sumur minyak di Jawa Barat dan Sumatra Selatan, yang dinilai merugikan negara US$ 24,8 juta.
Jarak Ginandjar ke bui tampaknya masih jauh. Kejaksaan kerepotan menembus benteng pertahanan kukuh yang disusun politisi kawakan dari Golkar ini. Menerima dua surat panggilan dalam kasus yang samapertama sebagai saksi, berikutnya sebagai tersangkaGinandjar bersikukuh cuma akan hadir di Gedung Bundar sebagai saksi. Ia juga mengajukan asas koneksitas. Ketika kasus ini terjadi, ia masih berdinas sebagai perwira militer aktif. Karena itulah penyidikan tak bisa dilakukan cuma oleh kejaksaan, tapi juga mesti melibatkan oditur militer.
Toh "pemanasan" sudah mulai dilakukan. Sejak Rabu petang kemarin, seorang tersangka lain dalam kasus itu, mantan direktur utama Pertamina, Faisal Abda'oe, telah dijebloskan ke sel kejaksaan selama 20 hari. Adapun Fuad dan Arifin, jangankan ditangkap, apa kasusnya dan bagaimana mereka dijerat pun masih tanda tanya. Dua tokoh ini lebih sebagai musuh politik Abdurrahman dibandingkan adanya kasus korupsi itu.
Jadi, akankah Marzuki segera turun panggung? Jawabannya masih ditunggu pekan ini. Siapa tahu, Presiden yang "memelintir" ucapannya sendiri, seperti biasanya.
Karaniya Dharmasaputra, Rian Suryalibrata, Andari Karina Anom
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo