Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Di Antara Ranjang dan Maut

Pasien Covid-19 kelimpungan mencari kamar isolasi. Tingkat keterisian ranjang isolasi di Ibu Kota mencapai 87 persen.

9 Januari 2021 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ruang IGD RSUD Wonosari, Gunungkidul, Yogyakarta, 9 Januari 2021. Wenang Budiargo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Lonjakan jumlah kasus positif Covid-19 membuat rumah sakit dan pemerintah kelimpungan.

  • Penderita gangguan jiwa yang positif Covid-19 kesulitan mencari kamar isolasi.

  • Di Rumah Sakit Pulau Galang justru masih tersisa 150 ranjang.

MENJELANG tahun berganti, Intania Fransiska Shalihah tak pernah berjauhan dari telepon selulernya. Perempuan 22 tahun itu sibuk mengontak sejumlah rumah sakit di Semarang dan sekitarnya untuk mencari kamar perawatan intensif atau ICU untuk ibunya yang sedang dirawat di Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran karena Coronavirus Disease 2019 (Covid-19). Lewat media sosial, dia pun meminta warganet memberi informasi jika ada kamar kosong.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Intania juga menghubungi koleganya yang bekerja di Rumah Sakit Santa Elisabeth, Semarang, untuk mengecek ketersediaan kamar. Semua usaha Intania tak kunjung berhasil. “Sudah ditanyakan oleh perawat ke rumah sakit se-Jawa Tengah, semuanya penuh,” ujar Intania pada Rabu, 6 Januari lalu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Malam itu, ibunda Intania menghadapi masa kritis. Kadar oksigen dalam darah perempuan 57 tahun itu melorot drastis. Dokter menyarankan dia agar dirujuk ke rumah sakit yang memiliki kamar perawatan intensif untuk pasien corona. RSUD Ungaran tak punya fasilitas tersebut. Tiga hari Intania lintang-pukang mencari ICU kosong. Pada 3 Januari lalu, ibunya meninggal tanpa sempat dirujuk.

Ibunda Intania masuk RSUD Ungaran pada 28 Desember 2020 setelah tes cepat antigen menunjukkan hasil reaktif. Menurut Intania, ibunya terbaring di ranjang instalasi gawat darurat selama tiga hari. Baru pada 30 Desember, ibunya bisa masuk ke kamar isolasi sekaligus menjalani tes usap, yang hasilnya positif.

Tingkat keterisian ranjang isolasi di Jawa Tengah memang sudah melampaui batas aman. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menyebutkan ruang isolasi di ICU telah terisi 64 persen. Adapun ruang isolasi biasa telah 71 persen terisi. Padahal ambang batas okupansi tempat tidur rumah sakit pada masa pandemi adalah 60 persen.

Di Rumah Sakit Umum Daerah Wongsonegoro, Semarang, keterisian ranjang bahkan mencapai 97 persen. Direktur Utama RSUD Wongsonegoro Susi Herawati bercerita, ruang isolasi Covid-19 di rumah sakitnya sempat tak sanggup menampung pasien pada akhir 2020. Namun para pasien itu rela antre. “Ada empat sampai lima orang yang antre,” ucap Susi.

Kondisi serupa terjadi di Rumah Sakit Umum Daerah Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Bayu Arsita Mandreana, 34 tahun, bercerita, pada Kamis siang, 31 Desember 2020, dia datang ke rumah sakit itu setelah mengetahui hasil uji usapnya positif. Bapak satu anak itu diminta menunggu karena ruang isolasi di instalasi gawat darurat penuh. Empat jam menunggu, Bayu lalu mengirim pesan ke Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Gunungkidul dan Dinas Kesehatan Gunungkidul. Bakda magrib, Bayu baru mendapat kabar dia dirujuk ke Rumah Sakit Bethesda, Wonosari.

Direktur RSUD Wonosari Heru Sulistyowati menyatakan staf rumah sakit telah berupaya mencarikan kamar isolasi kosong di rumah sakit. Ruang perawatan khusus Covid-19, termasuk bangsal ICU, sudah sesak. “Sejumlah tenaga medis di rumah sakit kami juga terkena corona,” kata Heru. Dihubungi pada Kamis, 7 Januari lalu, Kepala Dinas Kesehatan Gunungkidul Dewi Irawaty mengatakan jumlah tempat tidur yang tersisa di tujuh rumah sakit rujukan Covid-19 hanya tinggal 60 unit. Pemerintah Gunungkidul pun berencana membuat selter darurat untuk menampung lonjakan jumlah pasien.

Pada Selasa, 5 Januari lalu, juru bicara pemerintah untuk penanganan Covid-19, Wiku Adisasmito, menyatakan Indonesia berada dalam kondisi darurat Covid-19. Wiku menyebutkan tingkat keterisian ruang isolasi dan ICU pasien corona lebih dari 70 persen. Kondisi itu terjadi di Jakarta; Banten; Yogyakarta; Jawa Barat, Tengah, dan Timur; serta Sulawesi Tengah, Barat, dan Selatan.

Wiku menyatakan ranjang yang tersisa belum tentu bisa digunakan akibat terbatasnya jumlah tenaga kesehatan. “Sebanyak 237 dokter telah meninggal dan trennya terus meningkat sejak Oktober 2020,” tuturnya. Pada Jumat, 8 Januari lalu, Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mencatat 10.617 kasus positif baru. Adapun total kasus positif di Tanah Air mencapai 808 ribu.

Penuhnya ranjang rumah sakit dirasakan Rizky, warga Yogyakarta, pada pertengahan Desember 2020. Saat itu, dia membantu ayahnya, Yuni Edi, mencari kamar perawatan. Edi adalah penghuni panti milik Yayasan Rehabilitasi Mental Wisma Budi Makarti, Boyolali, Jawa Tengah. Di panti itu, Edi dan sebelas pasien lain ditengarai tertular virus corona dari seorang perawat. Sebagian di antaranya dirujuk ke Rumah Sakit Umum Daerah Moewardi di Surakarta. Namun Edi tak bisa masuk karena kamar isolasi di rumah sakit itu sudah penuh.

Rizky turun tangan menelepon lima rumah sakit di Yogyakarta, Solo, hingga Magelang. “Semua penuh. Sulit mencari kamar untuk Papa, yang termasuk orang dengan gangguan jiwa,” ujar perempuan 29 tahun itu. Edi akhirnya mendapatkan ruang isolasi pada 19 Desember—dua hari sejak mengalami demam dan sesak napas. Ia dirawat di Rumah Sakit Pusat TNI Angkatan Udara Dr Suhardi Hardjolukito, Bantul, Yogyakarta. Sempat dipindahkan ke Rumah Sakit Jiwa Grhasia di Sleman, Yogyakarta, Edi masih dinyatakan positif menurut hasil swab test pada 5 Januari lalu.

Pun di Ibu Kota, kondisinya tak lebih baik. Berdasarkan data Dinas Kesehatan DKI Jakarta, kapasitas tempat tidur di ruang perawatan intensif sudah terisi hingga 79 persen pada 3 Januari lalu. Di ruang isolasi biasa, okupansi lebih tinggi, mencapai 87 persen.

Relawan Lapor Covid-19, Tri Maharani, kerap dimintai tolong kolega dan kerabatnya untuk mencari rumah sakit rujukan buat pasien corona. Pada Rabu, 6 Januari lalu, sambil menatap tiga layar komputer jinjing sekaligus, dia menghubungi 69 nomor rumah sakit yang terdaftar dalam Sistem Penanggulangan Gawat Darurat Terpadu DKI Jakarta. Hanya 42 rumah sakit yang merespons pesan WhatsApp Tri. “Semuanya menjawab kamar penuh,” katanya.

Tempo menghubungi layanan gawat darurat di Rumah Sakit Mitra Keluarga Kemayoran, Jakarta Pusat. Petugas menyebutkan ICU yang memiliki 60 ranjang sudah penuh sejak November tahun lalu. Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan—salah satu rumah sakit rujukan Covid-19—pun demikian. Juru bicara RSUP Persahabatan, Erlina Burhan, mengungkapkan penderita Covid yang datang ke rumah sakit itu harus antre menunggu pasien lain keluar karena kamar isolasi penuh.

Sementara rumah sakit di Jawa kepayahan menampung pasien Covid-19, Rumah Sakit Khusus Infeksi Covid-19 di Pulau Galang, Kepulauan Riau, justru lowong. Rumah sakit untuk menampung pasien corona, khususnya warga Indonesia yang baru dari luar negeri, itu kini cuma diisi tak lebih dari 200 orang. Kapasitas maksimal rumah sakit di Pulau Galang mencapai 350 orang. Kepala Rumah Sakit Khusus Infeksi Pulau Galang, Kolonel Khairul Ihsan Nasution, menduga penurunan jumlah pasien terjadi karena pelacakan kontak pasien positif mulai kendur. “Kami juga bingung, kasus nasional meningkat, Pulau Galang malah sepi,” ujar Khairul.

Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional Airlangga Hartarto (kanan) bersiap memberikan pengumuman tentang pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat, di Jakarta, 6 Januari 2021. ekon.go.id

Melonjaknya jumlah kasus positif corona dan penuhnya ruang perawatan membuat pemerintah menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat di Jawa dan Bali mulai 11 hingga 25 Januari. Pada masa itu diberlakukan sistem kerja dari rumah hingga 75 persen kapasitas gedung dan kegiatan belajar-mengajar secara online. Kebijakan itu mengubah keputusan pemerintah memperbolehkan pembelajaran tatap muka mulai Januari ini.

Pada Selasa, 5 Januari lalu, Menteri Koordinator Perekonomian yang juga Ketua Komite Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, Airlangga Hartarto, menghubungi sejumlah kepala daerah. Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan Airlangga meminta dia bekerja sama dengan para gubernur di seluruh Jawa dan Bali untuk menekan lonjakan jumlah kasus Covid-19. “Pak Gubernur, kita harus kerja bareng dengan gubernur lain,” kata Ganjar menirukan ucapan Airlangga kepada Tempo.

Besoknya atau 6 Januari, Presiden Joko Widodo menggelar pertemuan dengan para gubernur untuk membahas penanganan Covid-19. Ganjar bercerita, dalam pertemuan virtual itu, Presiden memaparkan kondisi pagebluk di negara lain yang juga mengganas. Para gubernur kemudian diminta menyampaikan situasi wabah di daerah masing-masing.

Kepada Presiden, Ganjar mengusulkan agar pelaksanaan uji usap dilaksanakan khusus untuk melacak kontak erat. Politikus Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan itu juga menyampaikan agar pusat kesehatan masyarakat dioptimalkan untuk mengatasi kelangkaan ruang perawatan dan adanya kolaborasi kepala daerah untuk menekan lonjakan jumlah kasus corona. Setelah mendengar paparan para gubernur, sebagaimana ditirukan Ganjar, Jokowi merespons, “Lho, ini para gubernur kompak semua.”

RAYMUNDUS RIKANG, LANI DIANA, ADAM PRIREZA (JAKARTA), JAMAL A. NASHR (SEMARANG), SHINTA MAHARANI (YOGYAKARTA), YOGI EKA (BATAM)

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Raymundus Rikang

Raymundus Rikang

Menjadi jurnalis Tempo sejak April 2014 dan kini sebagai redaktur di Desk Nasional majalah Tempo. Bagian dari tim penulis artikel “Hanya Api Semata Api” yang meraih penghargaan Adinegoro 2020. Alumni Universitas Atma Jaya Yogyakarta bidang kajian media dan jurnalisme. Mengikuti International Visitor Leadership Program (IVLP) "Edward R. Murrow Program for Journalists" dari US Department of State pada 2018 di Amerika Serikat untuk belajar soal demokrasi dan kebebasan informasi.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus