NAMANYA memang Kepulauan Seribu, tapi jumlah pulau yang ada di
wilayah Kecamatan Kepulauan Seribu itu hanya 105 buah. Tak semua
bisa didiami. "Hanya 15 pulau yang berpenduduk". kata Ambang
Djamaludin, Camat Kepulauan Seribu. Namun sebagai wilayah
kepulauan dengan 4 Kelurahan yaitu Kelurahan Pulau Panggang?
Untung Jawa, Pulau Kelapa dan Pulau Tedungang berada di bawah
Pemerintahan Walikota Jakarta Utara, kecamatan yang berpenduduk
9000 jiwa ini tampaknya mendapat perhatian yang lumayan dari
Pemerintan DKI. Untuk mencapai pulau-pulau tersebut oleh
Pemerintah DKI disediakan sarana angkutan laut berupa 4 buah
kapal ukuran 20 ton. Ke Pulau Panggang misalnya, setiap minggu
ada 2 kapal dari Tanjung Priok yang menyinggahi pulau tersebut.
Dengan jarak 31 mil laut dari Priok, orang baru akan tiba di
Pulau Panggang setelah menempuh 4 jam perjalanan. Itupun kalau
cuaca laut sedang baik.
Sebagai wilayah kepulauan yang letaknya cukup jauh dari Jakarta,
penduduk wilayah ini tentu saja punya corak dan gaya kehidupan
yang jauh berbeda dengan penduduk metropolitan. Hampir sebagian
besar penghasilan mereka tergantung dari kebaikan laut dan
musim. Penduduk Pulau Tidung misalnya sebagai nelayan mereka
lebih suka mencari ikan ke Belitung. Dan ini memakan waktu
berbulan-bulan. Itu mereka lakukan dalam musim angin timur.
Sedang dalam musim barat pada bulan-bulan Oktober, Nopember,
Desember mereka tak berani bertarung dengan ombak besar, karena
itu mereka lebih suka memancing tongkol di sekitar pulau-pulau
Seribu. Lagi pula pada musim itu merupakan panen tongkol bagi
penduduk wilayah tersebut. Menurut seorang penduduk, dalam masa
musim tongkol itu penghasilan mereka agak baik. Seharinya mereka
bisa mendapat 3 kwintal dan biasanya itu dibagi 4 karena setiap
perahu yang beroperasi selalu dengan awak 4 orang. Harga
sekilogram tongkol pada musim-musim itu bisa mencapai Rp 175
sampai Rp 200.
Lain halnya dengan penduduk Pulau Panggang. Sejak adanya
matapencaharian baru bagi penduduk di sini yaitu mencari kulit
timah - fosil kerang yang berumur ratusan tahun untuk bahan
teraso--kehidupan sebagai nelayan nyaris tak diutamakan lagi.
Dari mula orang tua, isteri sampai anak-anak sehari-harinya
punya kesibukan memukul kulit timah itu. Bagi yang mencari ke
laut oleh pedagang setempat dibayar Rp 6 per Kg, sedang upah
menghaluskan juga Rp 6 per Kg-nya. Sehari mereka bisa
menyelesaikan 1 kwintal kulit timah. Mungkin karena itu pula,
seperti yang dituturkan seorang pegawai Kelurahan, "ada
peningkatan taraf hidup" rakyat di sini.
Biia melihat bagaimana sibuknya penduduk pulau memukuli bahan
teraso itu mungkin juga ada benarnya. Lebih-lebih bila melihat
adanya perbaikan rumah-rumah reot - yang nyaris bukan merupakan
rumah lagi --- menjadi tempat tinggal yang agak lumayan. Tapi
anehnya pulau yang tak memiliki sumber air tawar ini tergolong
yang padat penduduknya. Dengan luas 10 Ha, pulau Panggang
didiami 2450 jiwa. Sedang pulau di dekatnya yaitu Pulau Karya
dan Pulau Pramuka yang baru dalam 3 tahun terakhir ini dibuka
--. masih tergolong sepi. Padahal kedua pulau ini memiliki
sumber air tawar. Namun khusus bagi Pulau Karya yang dalam peta
masih disehut Pulau Cina. memang tak boleh didiami. Pulau ini
dikhususkan bagi pusat pemerintahan Kecamatan Kepulauan Seribu.
Di sini ada Kantor Kecamatan, rumah Camat dan Kantor Polisi
serta Puskesmas dan tempat kediaman Dokter Puskesmas yang juga
nyaris jarang didiami. Yang pasti penduduk Pulau Panggang kenal
dengan Oma Irama dari pesawat tv umum yang terpancang di dekat
dermaga. Lebih dari itu mereka umumnya penggemar dangdut dan
gambang kromong. Itu saja.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini