Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Memukul kulit timah

Sebagian besar penduduk pulau seribu hidup dari hasil laut. di musim angin timur misalnya, ada yang mencari ikan sampai ke belitung berbulan-bulan. kini ada pula yang mencari kulit timah. (dh)

22 Mei 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

NAMANYA memang Kepulauan Seribu, tapi jumlah pulau yang ada di wilayah Kecamatan Kepulauan Seribu itu hanya 105 buah. Tak semua bisa didiami. "Hanya 15 pulau yang berpenduduk". kata Ambang Djamaludin, Camat Kepulauan Seribu. Namun sebagai wilayah kepulauan dengan 4 Kelurahan yaitu Kelurahan Pulau Panggang? Untung Jawa, Pulau Kelapa dan Pulau Tedungang berada di bawah Pemerintahan Walikota Jakarta Utara, kecamatan yang berpenduduk 9000 jiwa ini tampaknya mendapat perhatian yang lumayan dari Pemerintan DKI. Untuk mencapai pulau-pulau tersebut oleh Pemerintah DKI disediakan sarana angkutan laut berupa 4 buah kapal ukuran 20 ton. Ke Pulau Panggang misalnya, setiap minggu ada 2 kapal dari Tanjung Priok yang menyinggahi pulau tersebut. Dengan jarak 31 mil laut dari Priok, orang baru akan tiba di Pulau Panggang setelah menempuh 4 jam perjalanan. Itupun kalau cuaca laut sedang baik. Sebagai wilayah kepulauan yang letaknya cukup jauh dari Jakarta, penduduk wilayah ini tentu saja punya corak dan gaya kehidupan yang jauh berbeda dengan penduduk metropolitan. Hampir sebagian besar penghasilan mereka tergantung dari kebaikan laut dan musim. Penduduk Pulau Tidung misalnya sebagai nelayan mereka lebih suka mencari ikan ke Belitung. Dan ini memakan waktu berbulan-bulan. Itu mereka lakukan dalam musim angin timur. Sedang dalam musim barat pada bulan-bulan Oktober, Nopember, Desember mereka tak berani bertarung dengan ombak besar, karena itu mereka lebih suka memancing tongkol di sekitar pulau-pulau Seribu. Lagi pula pada musim itu merupakan panen tongkol bagi penduduk wilayah tersebut. Menurut seorang penduduk, dalam masa musim tongkol itu penghasilan mereka agak baik. Seharinya mereka bisa mendapat 3 kwintal dan biasanya itu dibagi 4 karena setiap perahu yang beroperasi selalu dengan awak 4 orang. Harga sekilogram tongkol pada musim-musim itu bisa mencapai Rp 175 sampai Rp 200. Lain halnya dengan penduduk Pulau Panggang. Sejak adanya matapencaharian baru bagi penduduk di sini yaitu mencari kulit timah - fosil kerang yang berumur ratusan tahun untuk bahan teraso--kehidupan sebagai nelayan nyaris tak diutamakan lagi. Dari mula orang tua, isteri sampai anak-anak sehari-harinya punya kesibukan memukul kulit timah itu. Bagi yang mencari ke laut oleh pedagang setempat dibayar Rp 6 per Kg, sedang upah menghaluskan juga Rp 6 per Kg-nya. Sehari mereka bisa menyelesaikan 1 kwintal kulit timah. Mungkin karena itu pula, seperti yang dituturkan seorang pegawai Kelurahan, "ada peningkatan taraf hidup" rakyat di sini. Biia melihat bagaimana sibuknya penduduk pulau memukuli bahan teraso itu mungkin juga ada benarnya. Lebih-lebih bila melihat adanya perbaikan rumah-rumah reot - yang nyaris bukan merupakan rumah lagi --- menjadi tempat tinggal yang agak lumayan. Tapi anehnya pulau yang tak memiliki sumber air tawar ini tergolong yang padat penduduknya. Dengan luas 10 Ha, pulau Panggang didiami 2450 jiwa. Sedang pulau di dekatnya yaitu Pulau Karya dan Pulau Pramuka yang baru dalam 3 tahun terakhir ini dibuka --. masih tergolong sepi. Padahal kedua pulau ini memiliki sumber air tawar. Namun khusus bagi Pulau Karya yang dalam peta masih disehut Pulau Cina. memang tak boleh didiami. Pulau ini dikhususkan bagi pusat pemerintahan Kecamatan Kepulauan Seribu. Di sini ada Kantor Kecamatan, rumah Camat dan Kantor Polisi serta Puskesmas dan tempat kediaman Dokter Puskesmas yang juga nyaris jarang didiami. Yang pasti penduduk Pulau Panggang kenal dengan Oma Irama dari pesawat tv umum yang terpancang di dekat dermaga. Lebih dari itu mereka umumnya penggemar dangdut dan gambang kromong. Itu saja.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus