Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Menyelisik Keterlibatan Orang Dalam

Aparat keamanan berhasil merampas kembali sebagian senjata yang diambil saat penyerbuan di Markas Kodim Jayawijaya. Kemungkinan besar orang dalam terlibat.

13 April 2003 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Polisi dan tentara di Papua sepekan belakangan ini tampak kompak. Mereka bahu-membahu setelah penyerangan Markas Komando Distrik Militer (Kodim) 1702/Jayawijaya, Jumat dua pekan lalu. Pertemuan antarpetinggi dua instansi itu terus dilakukan. "Sampai saat ini saya sudah rapat dua kali. Hasil dari pertemuan dengan Pangdam terdapat beberapa kesepakatan, yakni dalam proses penyelidikan dibantu oleh Polres setempat dan juga satuan dari Brimob," kata Kepala Polda Papua, Inspektur Jenderal Budi Utomo. Brimob, menurut Kapolda, bertugas mengamankan kota, terutama pengamanan obyek vital dan kantor penting. "Agar tidak ada penyerangan kedua kali," ujar Irjen Budi Utomo. Memang, penyerangan ke Kodim Wamena dua pekan lalu itu cukup terencana. Berawal dari padamnya lampu di Kota Wamena, Kamis malam. Sekitar pukul 01.10 Jumat dini hari, menurut laporan yang dihimpun pos kontak Lembaga Studi dan Advokasi Hak Asasi Manusia (Elsham) di Wamena, sekitar 30 orang mengepung Markas Kodim. Sebagian penyerang itu menyerbu masuk ke markas. Mereka menodong Sersan Satu Philamon Pawika, Sersan Mayor Karel Itlay, seorang anggota wanra, dan warga sipil yang sedang ikut jaga malam di pos Kodim. Penyerang yang lainnya bergerak cepat menuju ke gudang senjata yang letaknya 50 meter dari pos, lalu berusaha membuka gudang senjata dan amunisi dengan linggis dan kapak. Karena sulit dibuka, pintu gudang ditembak hingga rusak. Penjaga gudang senjata, Sersan Satu Ruben Lena, berusaha mempertahankan gudang itu. Tapi malang, lelaki itu langsung ditembak, hingga terjerembap tewas. Para penyerang langsung menjarah dan membawa kabur 13 senjata M-16, 13 pucuk SP, tiga stan pistol, dan lima peti berisi ribuan butir amunisi. Letnan Satu Ignatius Binsar Napitulu, yang memergoki para penjarah itu, juga ditembak hingga mati. Komandan Kodim, Letnan Kolonel Kavaleri Masrumasyah, yang bangun dari tidur setelah mendapat laporan anak buahnya, langsung menembakkan senjata ke arah penyerang yang lari. Seorang penyerang, Terius Murib, mati diterjang timah panas, seorang lagi juga kena tembak, tapi masih bisa lari. Baku tembak baru berakhir satu jam kemudian, setelah para penyerang lari ke arah utara Wamena, ke Kampung Walesi. Kampung itu, menurut Direktur Elsham Papua, Hans Bonay, selama ini dikenal sebagai basis satuan tugas Merah Putih, kelompok milisi Papua binaan TNI. Dari tempat kejadian, aparat keamanan menemukan sejumlah kartu tanda pengenal Tentara Pembebasan Organisasi Papua Merdeka, stempel, pas foto, rol film, perlengkapanI<> make up, jaket, tas obat-obatan, lebih dari 100 butir peluru, kartu anggota Laskar Papua Merdeka, dan beberapa kartu tanda penduduk. Tentara dan polisi juga bergerak cepat. Hanya dalam hitungan hari, sembilan senjata curian dapat dirampas. "Enam dirampas oleh aparat keamanan, tiga pucuk diserahkan warga setempat," kata juru bicara Kodam Trikora, Mayor CAJ G.T. Situmorang. Sehari setelah itu, 10 pucuk senjata juga ditemukan. "Tinggal 10 senjata lagi yang belum ditemukan," kata juru bicara Markas Besar TNI, Mayor Jenderal Sjafrie Sjamsoedin. Menurut Sjafrie, ada tiga tahap untuk menyelisik peristiwa penyerbuan markas Kodim Jayawijaya di Wamena itu. Operasi yang dipimpin oleh Panglima Kodam Trikora Mayjen Nurdin Zainal itu akan melakukan pengejaran taktis, penyelidikan terhadap pelaku dan dalangnya, serta melakukan pembersihan. "Operasi pengejaran dilakukan secara optimal dari Kodam Trikora dengan bantuan dua SSK dari Mabes TNI, yaitu satu kompi Kostrad dan satu kompi parakomando Kopassus,'' kata Sjafrie. Sejauh ini, menurut bekas Pangdam Jaya itu, operasi intelijen telah menemukan titik terang kantong-kantong keberadaan kelompok penyerang itu. "Itu juga karena bantuan masyarakat Wamena dan kepala suku," ujar Sjafrie. Penyerangan dan perampasan senjata itu menimbulkan banyak pertanyaan dan diduga sudah terencana matang. Menurut Ketua Komite untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Papua, Pieter Ell, ditemukan ada pelepah pisang dan rotan yang basah tersampir di kabel listrik Kota Wamena, sehingga terjadi korsleting dan seluruh kota menjadi gelap. Lalu dari sisi pelaku penyerangan, menurut Pieter, mereka sangat terlatih. "Coba bayangkan, hanya 15 orang yang menyerbu, sedangkan senjata yang dicuri 29 pucuk, plus 5 kotak amunisi berisi ribuan peluru. Berarti tiap orang membawa lebih dari satu senjata. Apalagi saat lari sambil menembak. Sangat tidak mungkin jika tidak dilakukan oleh orang yang terlatih secara khusus," kata Pieter. Kontras curiga, ada "orang dalam" yang terlibat penyerbuan itu. Karena dalam keadaan gelap-gulita para penyerang bisa mengetahui dengan pasti letak gudang senjata. "Padahal gudang yang dibobol penyerang itu baru dibangun sekitar satu bulan lalu. Dan senjata yang ada di dalamnya dipindahkan secara rahasia oleh Kodim. Jadi, sangat mustahil orang luar mengetahui hal tersebut. Kalau orang luar, mana mungkin mengetahui seluk-beluk wilayah di sekitar markas Kodim itu," ujar Pieter. Kecurigaan ada orang dalam yang terlibat dibenarkan Panglima TNI, Jenderal Endriartono Sutarto. "Dalam penyidikan internal memang telah diketahui adanya indikasi keterlibatan oknum di Kodim dalam aksi pembobolan itu," kata Jenderal Sutarto kepada Cahyo Junaedi dari TEMPO, Kamis pekan lalu. Lima "orang dalam" yang diduga terlibat penyerbuan itu kini tengah diperiksa Polisi Militer (Pomdam) Trikora. Menurut Komandan Pomdam Trikora, Kolonel CPM Sutarna, pemeriksaan ini masih dalam tahap dimintai keterangan. "Tentang siapa dan jumlahnya berapa kami belum dapat memberitahukan," ujar Sutarna. Panglima TNI, yang mendapat laporan lengkap soal kasus itu, juga masih merahasiakan nama-nama dan pangkat oknum TNI yang terlibat itu. "Saya belum dapat memberikan jawaban, karena kasus ini sedang kami selidiki. Tetapi saya tegaskan, indikasi keterlibatan orang dalam sangat kuat. Bagaimana mereka dapat masuk ke lokasi gudang kalau tidak melibatkan orang dalam?" ujar Jenderal Tarto. Motif penyerangan itu, menurut Kapolda, adalah untuk kemerdekaan. "Sudah jelas bahwa kasus ini mempunyai motif untuk memerdekakan Papua dari Indonesia," kata Irjen Budi Utomo. Ada tiga kelompok yang diduga pelaku penyerangan Markas Kodim Wamena: kelompok pimpinan Titus Murib, Kelly Kwalik, dan Yanto Tabuni. Dari puluhan saksi yang diperiksa polisi, sepuluh orang disidik sangat intensif. Namun sepuluh orang yang diperiksa di Polres Jayawijaya itu belum ditetapkan menjadi tersangka. Kesepuluh orang itu kebanyakan adalah pendeta dan guru agama, yang diduga melindungi persembunyian para pelaku penyerangan itu. Ketua Lembaga Masyarakat Adat Jayawijaya, Nico Hubi, berharap aparat keamanan tak hanya memeriksa warga sipil untuk mengungkapkan peristiwa itu. "Kami harapkan penyidik juga memeriksa anggota TNI/Polri yang ada di dalam. Kalau dipelajari kenapa pihak luar dapat masuk ke dalam Kodim dan menguras habis senjata yang ada di dalamnya oleh kelompok tertentu, itu sangat mustahil kalau tidak ada petunjuk dari orang dalam," kata Nico. Yang kini dikhawatirkan masyarakat Wamena adalah operasi door to door yang dilakukan pasukan gabungan selama sepekan setelah peristiwa penyerangan itu. Akibat dari penyisiran tersebut, sejumlah sarana umum seperti saluran telepon terputus. Tidak hanya itu, warga juga takut keluar rumah. Sejumlah bank di Wamena juga tampak dipenuhi nasabah yang ingin mengambil tabungan. Wakil Direktur Elsham Papua, Aloy Renwarin, berharap agar operasi pengejaran pelaku penyerbuan Markas Kodim itu tidak sampai membangkitkan trauma masyarakat. "Jangan sampai operasi Wamena tahun 1977 yang menimbulkan gejolak dan banyak korban sipil terjadi lagi," kata Aloy. Ahmad Taufik, Cunding Levi (Jayapura)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus