Untuk pertama kalinya, Singapura memberi beasiswa kepada lulusan SMP Indonesia. Dan sekitar 500 siswa, yang sudah mendaftar, hanya 30 siswa akan diterima. Apa saja syaratnya? INI kabar baik bagi pelajar Indonesia dari pemerintah Singapura. Melalui iklim di beberapa media massa terkemuka, pekan lalu, pemerintah negara tetangga itu menawarkan beasiswa bagi pelajar Indonesia yang baru saja menamatkan pelajaran di SMP. Bila dilihat tingginya mutu pendidikan di Singapura, beasiswa ini tentu saja menggiurkan. Selama dua tahun, siswa yang lulus seleksi akan mendapat pendidikan cuma-cuma, makan dan tidur gratis, dan tiket pesawat pulang pergi. Malah, selama di Singapura mereka mendapat uang saku S$ 800 per tahun. Jika siswa memilih tinggal sendiri, disediakan uang saku S$ 2.500 per tahun. Tak seperti biasanya, beasiswa ini tak mewajibkan para penerimanya menjalani ikatan dinas pada pemerintah Singapura. "Mereka tak ada ikatan sama sekali. Beasiswa itu sebuah pelayanan untuk dunia pendidikan di negara ASEAN. Kami tak mengharapkan apa-apa," kata Duta Besar Singapura untuk Indonesia, Barry Desker. Tawaran negara tetangga itu mendapat sambutan besar dari para lulusan SMP. Pekan ini, para lulusan SMP, sambil menenteng guntingan iklan, bergerombol di lobi Kantor Kedutaan Besar Singapura di Jalan H.R. Rasuna Said, Jakarta. Kabarnya, sampai pekan ini, sudah 500 lebih formulir pendaftaran dikeluarkan. Rencananya, pendaftaran ditutup 13 Juli. Menurut, Barry Desker sebenarnya sudah lama pemerintah Singapura mengadakan program pemberian beasiswa untuk anak-anak di negara ASEAN. "Untuk siswa Indonesia, kami belum pernah memberikan. Karena ketika itu terbentur peraturan pemerintah Indonesia tentang sekolah ke luar negeri," katanya. Sebelum 1985, Departemen P dan K memang mengontrol ketat siswa yang akan sekolah ke luar negeri. Misalnya, harus memiliki izin khusus dari Departemen P dan K. Baru sejak 1985, ada kelonggaran. Para siswa cukup memberitahukan secara tertulis. Sejak itu pula pihak Singapura menjajaki kemungkinan pemberian beasiswa bagi pelajar Indonesia. Hasilnya, mulai tahun ajaran baru nanti para pelajar Indonesia sudah bisa ikut menikmati pendidikan di negara yang tergolong maju itu. Namun, untuk itu, syarat-syaratnya tentu saja tak gampang. Beasiswa itu hanya akan diberikan kepada lulusan SMP yang benar-benar jago di sekolahnya, yakni yang memiliki nilai ebtanas murni minimal 48. Artinya, rata-rata nilai 8. Setelah syarat itu terpenuhi, mereka berhak mengikuti tes yang diadakan Kementerian P dan K Singapura di Jakarta akhir September mendatang. Tes tersebut meliputi pengetahuan umum, matematika dan bahasa Inggris. Jika lulus, barulah mereka berhak mengikuti pendidikan gaya Singapura pada tahun ajaran baru, Januari 1992. Sistem pendidikan di Singapura, seperti halnya di berbagai negara Persemakmuran, berbeda dengan Indonesia. Sekolah dasarnya (primary school) selama enam tahun, kemudian empat tahun SMP (secondary school), lalu dua tahun SMA (junior college). Bagi siswa penerima beasiswa, mereka langsung bergabung dengan siswa kelas tiga di secondary school. Bukan masuk ke kelas empat. Artinya, mereka rugi setahun. Alasannya, "Supaya mereka bisa mengikuti pelajaran dengan baik," kata Barry Desker. Sebab, katanya, kondisi kebudayaan di Indonesia dan Singapura berbeda, misalnya masalah bahasa. Selanjutnya, pada dua tahun terakhir di tingkat secondary school itu, para penerima beasiswa tersebut akan dipersiapkan untuk mengikuti Ujian Umum Cambridge Singapura Tingkat Biasa, yang biasa disebut Ordinary Level (O Level). Jika hasil ujian mereka bagus, siswa bisa mengikuti beasiswa lanjutan ke junior college kalau di Indonesia setingkat SMA kelas 2. Kalau selama dua tahun di junior college juga mulus, siswa bisa mengikuti Ujian Umum Cambridge Singapura Tingkat Lanjutan atau Advanced Level (A Level). "Jika siswa mampu mengantungi ijazah A Level itu, mereka bisa masuk ke universitas top di beberapa negara Persemakmuran, seperti Inggris, Kanada, Australia, dan Singapura. Juga di negara Barat lainnya seperti Amerika," kata Barry Desker. Sekarang beasiswa yang ditawarkan pada siswa Indonesia, kata Desker, masih pada O Level. "Tapi kalau memang ada yang berhasil lulus O Level, mereka juga akan ditawari beasiswa A Level," katanya. Tahun ini merupakan tahun percobaan sehingga, kata Duta Besar Singapura itu, harus dilakukan dengan hati-hati. Ada ancar-ancar sekitar 30 siswa yang akan diterima. Tapi kalau banyak siswa yang berkualitas, jumlah itu bisa berubah. Rencananya, siswa tersebut akan disebar di 10 sekolah top di Singapura. "Yang jelas, anak-anak yang mendapat beasiswa diharapkan sebaik dan sepandai anak-anak di Singapura dan ASEAN lainnya," katanya. Bagi siswa yang sehari-hari tak menggunakan bahasa Inggris, seperti Indonesia dan Muangthai, menurut Desker, akan disediakan kelas tambahan bahasa Inggris. "Tes seleksi nanti memang tak terlalu menekankan kemampuan bahasa Inggris bagi siswa Indonesia karena kami tahu kesulitan itu," katanya. Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah, Prof. Hasan Walinono, yakin siswa Indonesia ada yang mampu meraih beasiswa itu. Asal, katanya, semua siswa yang top tahu tentang pengumuman beasiswa itu sehingga punya kesempatan untuk mencoba. "Jadi, kalau nanti hanya sedikit anak yang lulus, jangan menyimpulkan siswa kita tak mampu. Ada kemungkinan siswa yang baik tak membaca pengumuman beasiswa itu," katanya. Gatot Triyanto dan Leila S. Chudori
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini