Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Meutya Hafid Dorong Polisi Selidiki Pelaku Teror Kepala Babi kepada Tempo

Kementerian Komdigi yang mewakili pemerintah menyayangkan peristiwa teror kepala babi kepada Tempo.

22 Maret 2025 | 07.19 WIB

Paket berisi kepala babi yang ditujukan kepada wartawan Tempo Fransisca Christy Rosana di Kantor Tempo, Jakarta, 20 Maret 2025. Tempo/Amston Probel
Perbesar
Paket berisi kepala babi yang ditujukan kepada wartawan Tempo Fransisca Christy Rosana di Kantor Tempo, Jakarta, 20 Maret 2025. Tempo/Amston Probel

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Komunikasi dan Digital (Komdigi) Meutya Hafid menyayangkan teror kepala babi yang dialami jurnalis Tempo pada Kamis, 20 Maret 2025. Ia pun mendorong Polri untuk menyelidiki intimidasi terhadap jurnalis Tempo.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

“Nanti mungkin Dewan Pers yang melaporkan kepada kami. Dewan Pers belum ada (laporan ke Komdigi). Kita dorong justru silakan untuk diproses secara hukum di Kepolisian,” kata Meutya usai rapat kabinet di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Jumat, 21 Maret 2025.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

Meutya mengatakan Kementerian Komdigi yang mewakili pemerintah menyayangkan peristiwa itu dan mendorong Tempo untuk melaporkan secara hukum kepada kepolisian. Ia mengatakan pemerintah sangat prihatin sengan kebebasan pers. 

“Kami lihat berbagai masukan justru ditampung oleh pemerintah, presiden, bahwa masukan-masukan dari masyarakat, dari sosial media pun, beliau (Presiden Prabowo Subianto) mendengarkan dan beberapa kebijakan kan dikoreksi,” kata Meutya. 

Pernyataan Meutya ini berbeda dengan respons Kepala Kantor Kepresidenan Hasan Nasbi. Merespons teror kepala babi yang dikirim ke Kantor Tempo, Hasan justru menyarankan untuk memasak kepala babi itu. "Sudah dimasak saja," kata dia di Kompleks Istana Kepresiden, Jakarta Pusat, Jumat, 21 Maret 2025.

Hasan beralasan pernyataan terlontar karena tanggapan Francisca Christy Rosana atau Cica di media sosial X. Hasan menganggap Francisca melalui cuitannya menanggapi teror itu dengan lelucon. Cica adalah jurnalis desk politik dan host siniar Bocor Alus Politik Tempo yang mendapat kiriman kepala babi dari orang tak dikenal. 

"Saya lihat medsos Cica. Dia minta dikirim daging babi. Artinya dia tidak terancam. Dia bisa bercanda. Kirimin daging babi dong," kata Hasan. 

Menurut Hasan, teror itu merupakan masalah Tempo dengan pihak lain. Pemerintah tidak mau dikaitkan dengan teror itu. "Ini kan kami enggak tahu. Ini problem mereka dengan entah siapa. Entah siapa yang mengirim. Buat saya enggak bisa tanggapi apa-apa," kata Hasan.

Hasan juga mempertanyakan apakah kepala babi yang dikirim memang benar seperti itu atau hanya lelucon (jokes). Sebab, redaksi Tempo menanggapi teror itu dengan jokes. "Apakah itu beneran seperti itu. Atau cuma jokes. Karena mereka menanggapinya dengan jokes," kata Hasan. 

Hasan pun meminta tidak perlu membesarkan kasus teror ini. Pemerintah Prabowo Subianto menjamin kebebasan pers.

Pernyataan Hasan Nasbi ini sontak mendapat reaksi keras dari Koalisi Masyarakat Sipil. Tujuh organisasi masyarakat sipil mengecam pernyataan Hasan. Mereka adalah Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat (ELSAM), Centra Initiative, Imparsial, Perhimpunan Bantuan Hukum dan Hak Asasi Manusia Indonesia (PBHI), Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI), De Jure, dan Human Rights Working Group (HRWG).

Peneliti dan pengamat militer dari Centra Initiative, Al Araf, mengecam Hasan. Ia menyebut pernyataan tersebut cenderung merendahkan dan tidak patut disampaikan oleh seorang Kepala Kantor Komunikasi Presiden. 

“Untuk itu kami mengingatkan kepada Presiden bahwa pernyataan ini sama sekali tidak seharusnya didiamkan, karena mengandung unsur kebencian terhadap kelompok jurnalis atau media yang kritis,” kata Araf dalam pernyataan tertulis bersama dengan kelompok organisasi pegiat HAM dan Demokrasi yang diterima Tempo, 21 Maret 2025. 

Sementara itu, Ketua PBHI Julius Ibrani mengatakan, pernyataan menyepelekan teror kepada Tempo mengusik rasa aman para jurnalis. Hal ini, kata Julius, menunjukkan rendahnya komitmen pemerintah terhadap demokrasi dan kebebasan sipil. 

“Kami mendesak kepada Presiden untuk meninjau kembali posisi Hasan Nasbi dari jabatan Kepala Kantor Komunikasi Kepresidenan. Dengan sikap tersebut di atas, nampak ia tidak cukup patut secara etika untuk menyampaikan pesan kepresidenan kepada masyarakat,” kata Julius. 

Hendrik Yaputra berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

Eka Yudha Saputra

Alumnus Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia. Bergabung dengan Tempo sejak 2018. Anggota Aliansi Jurnalis Independen ini meliput isu hukum, politik nasional, dan internasional

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus