Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tujuh Bayi Komodo Menetas
Koleksi komodo di Kebun Binatang Surabaya bertambah. Tujuh telur komodo menetas dari dua induk. Bayi komodo itu tampak sehat. "Dengan anakan itu, koleksi komodo menjadi 63 ekor," ujar Kepala Hubungan Masyarakat Kebun Binatang Surabaya Anthan Warsito, Selasa pekan lalu.
Selain tujuh telur itu, masih ada 13 telur yang belum menetas. Telur komodo membutuhkan 8-9 bulan untuk menetas. Anthan memprediksi 13 telur ini akan menetas pada Mei mendatang. "Karena itu, kapasitas kandang perlu ditambah," katanya. Ia mengatakan perluasan kandang ditargetkan selesai tahun ini.
Telur-telur itu mendapat perlakuan khusus agar bisa menetas. Mereka ditempatkan di dalam kotak inkubator manual yang tersimpan di ruang perawatan kebun binatang. Berat badan normal telur komodo 125-150 gram. Telur prematur biasanya hanya mencapai 60-70 gram.
Telur komodo rentan terhadap kelembapan dan suhu udara yang tinggi. Pada musim hujan, misalnya, telur mudah busuk karena lembap. Musim kemarau dengan suhu udara yang tidak teratur juga bisa merusak telur. Pada 2009, sebanyak 47 anakan komodo mati. "Penyebabnya kekurangan cahaya matahari sehingga mengalami gangguan pencernaan," ujar Anthan.
Agita Sukma Listyanti
Puluhan Benda Purbakala Ditemukan
Lesung batu, arca tembikar, keramik, gerabah, dan kendi sudah setahun dipajang di rumah Nihalil, warga Dusun Melik, Desa Sumberrejo, Kecamatan Banyuputih, Situbondo, Jawa Timur. Benda-benda purbakala yang berjumlah 17 buah itu merupakan temuan di tiga lokasi di dusun yang berbatasan dengan Taman Nasional Baluran. Ia menemukan benda-benda tersebut secara tak sengaja saat menggali pasir pada April 2012.
Nihalil menitipkan benda purbakala itu ke Forum Penyelamat Cagar Budaya, Senin pekan lalu. "Temuan itu akan diserahkan ke Dinas Kebudayaan dan Pariwisata," kata juru bicara Forum Penyelamat Cagar Budaya, Irwan Rakhday.
Misyono, 44 tahun, warga Desa Sumberwaru, Banyuputih, Situbondo, juga menemukan arca Dewi Tara pada Ahad dua pekan lalu. Arca sosok perempuan bersila itu terbuat dari batu andesit berukuran tinggi 40 sentimeter dan berbobot 15 kilogram. Dia menemukannya saat mencari rumput di Taman Nasional Baluran. Arca berada di kedalaman sekitar satu meter dengan posisi terlilit akar pohon jati.
Ika Ningtyas
Mogok Sehari Akibat Salah Memaknai Peraturan Menteri
Aktivitas transportasi lumpuh di Pelabuhan Tanjung Perak, Rabu pekan lalu. Sebanyak 7.396 truk dan trailer berhenti beroperasi. Angkutan transportasi pelabuhan menolak pemberlakuan Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pengendalian Penggunaan Bahan Bakar Minyak.
Mereka menafsirkan angkutan kehutanan, pertambangan, dan pertanian harus menggunakan BBM nonsubsidi. Padahal alokasinya terbatas. "Ini akan menyebabkan iklim usaha tidak sehat," kata Ketua Masyarakat Maritim Lukman Ladjoni, Rabu pekan lalu. Stenven H. Lesawengen, Ketua Indonesia National Ship Owners Association, mengatakan, jika pembatasan BBM subsidi diberlakukan untuk transportasi di pelabuhan, pelaku usaha merugi puluhan miliar rupiah.
Setelah itu, Organisasi Pengusaha Angkutan Darat menggelar pertemuan dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Badan Pengatur Hilir Migas, Kepala Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Jawa Timur, serta Kepala Dinas Perhubungan Jawa Timur. "Soal peraturan itu hanya salah pemahaman," ujar Ketua Dewan Perwakilan Cabang Khusus Organisasi Pengusaha Angkutan Darat Tanjung Perak Kody Fredy Lamahayu.
Kesalahpahaman itu terjadi di Pertamina dan BPH Migas. Akibatnya, SPBU tidak menyediakan solar bersubsidi untuk angkutan transportasi industri. Padahal sebenarnya peraturan menteri menyebutkan pembatasan BBM bersubsidi hanya berlaku di hulu, seperti pertambangan, kehutanan, dan pertanian. Angkutan transportasi dan pelaku usaha juga mendapat jaminan akan memperoleh pasokan solar bersubsidi. Mereka pun mengakhiri aksi mogoknya pada Rabu sore.
Agita Sukma Listyanti
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo