Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Momen

3 Maret 2013 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SIDOARJO
Pengusaha Korban Lapindo Terabaikan

Hampir tujuh tahun bencana semburan lumpur Lapindo di Porong, Sidoarjo, nasib pemilik pabrik yang terkubur lumpur luput dari perhatian. Senin pekan lalu, 23 pengusaha yang tergabung dalam Gabungan Pengusaha Korban Lumpur Lapindo mengadu ke Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Sidoarjo.

Mereka menuntut perlindungan agar hak mereka yang belum dituntaskan PT Minarak Lapindo Jaya segera didapatkan. "Kami ini sudah cukup sabar, tapi Minarak Lapindo hingga kini belum ada niat baik untuk melunasi," kata Tikno Santoso, pemilik PT Ardaya Jasa yang juga korban lumpur Lapindo, di sela-sela pertemuan dengan Panitia Khusus Lumpur Lapindo Sidoarjo.

Menurut dia, sejak lumpur meluap pada Mei 2006, Minarak Lapindo hanya membayar dua kali angsuran sebesar 20 persen dan 10 persen dari total nilai aset. Karena tak kunjung ada kepastian, mereka berharap sisa tagihan senilai Rp 109,5 miliar diambil alih pemerintah. Para pengusaha mengaku sudah lelah berhadapan dengan Minarak melalui pola business to business.

Ketua Panitia Khusus Lumpur Lapindo DPRD Sidoarjo Emir Firdaus mendukung perjuangan pengusaha korban. Menurut dia, bakal ada revisi kelima Peraturan Presiden Nomor 14 Tahun 2007 tentang Badan Penanggulangan Lumpur Sidoarjo, yang bisa menjadi peluang memasukkan skema ganti rugi bagi pengusaha korban lumpur.

Direktur Utama Minarak Lapindo Andi Darussalam Tabusalla mengaku perusahaannya tak punya duit lagi. Apalagi, ujar dia Selasa pekan lalu, perjanjian dengan pengusaha korban sudah berakhir. Sesuai dengan perjanjian ikatan jual-beli pada 2007, pengusaha berhak mengambil lagi sertifikat tanah dan bangunan di notaris bila Minarak tak sanggup melunasi hingga akhir 2008. "Silakan ambil saja sertifikatnya. Kami sudah banyak ngeluarin uang untuk mereka."

Diananta P. Sumedi

BANYUWANGI
Blambangan Punya Perguruan Tinggi Negeri

Masyarakat Banyuwangi boleh berbangga hati. Kini kabupaten yang berada di ujung tenggara Pulau Jawa tersebut sudah memiliki perguruan tinggi negeri sendiri. Itu setelah Menteri Pendidikan M. Nuh mengabulkan usulan Politeknik Banyuwangi dinaikkan statusnya sebagai kampus negeri.

"Dari 17 politeknik yang akan menjadi perguruan tinggi negeri, Banyuwangi paling cepat," kata M. Nuh dalam sambutan peresmian Kampus Poliwangi, Ahad dua pekan lalu. Politeknik Banyuwangi menjadi perguruan tinggi negeri pertama yang ada di Kabupaten Banyuwangi. Kampus ini memiliki tiga program studi: teknik informatika, teknik sipil, dan teknik mesin.

Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, pada tahun ajaran baru 2013-2014, Poliwangi menambah program studi sarjana sains terapan. Program ini memiliki tiga jurusan: agribisnis, teknologi hasil peternakan, dan manajemen bisnis pariwisata. "Ini salah satu persiapan kami mengembangkan pariwisata serta potensi lokal di sektor pertanian," ujar Bupati Abdullah Azwar Anas.

Ika Ningtyas

MALANG
Burung Maskot Nyaris Punah

Burung cucak hijau atau cucak ijo (Chloropsis sonnerati), maskot Kabupaten Malang, nyaris punah. Populasinya berkurang drastis karena banyak diburu. "Diburu karena pamor dan harga jualnya naik tinggi," kata pendiri lembaga pemerhati lingkungan ProFauna Indonesia, Rosek Nursahid, Rabu pekan lalu.

Kerusakan hutan yang kronis juga mengancam kelangsungan hidup cucak ijo. Beberapa tahun lalu tim ProFauna masih gampang menjumpai cucak ijo di alam. Namun, dalam survei terakhir, frekuensi perjumpaan cucak ijo di tempat yang sama mendekati nol. Tim ProFauna hanya dua kali menjumpai cucak ijo di cagar alam Pulau Sempu.

Harga burung ocehan ini memang tinggi. Burung liar yang baru ditangkap bisa laku Rp 70-75 ribu per ekor. Cucak yang sudah mulai berkicau harganya mencapai Rp 200-300 ribu. Sedangkan yang sudah canggih bernyanyi sehingga bisa ikut lomba bisa Rp 2 juta.

Rosek pun mendesak pemerintah menghentikan perusakan hutan sekaligus merehabilitasinya. Para pemburu dan penangkap cucak ijo juga harus ditangkap. Bupati Malang Rendra Kresna mengatakan pemerintah pernah mencoba menangkarkan cucak ijo di Taman Burung Jeru di Kecamatan Tumpang, tapi gagal.

Abdi Purmono

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus