Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sekretaris Jenderal Indonesian Conference on Religion and Peace (ICRP) Siti Musdah Mulia membantah dirinya merupakan aktivis partai. "Saya tidak pernah menjadi aktivis partai, termasuk PDIP (Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan)," kata dia dalam video di kanal YouTube ICRP4Peace Channel.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pernyataan Musdah Mulia itu dilontarkan untuk menjawab video yang dikirimkan kepadanya. "Saya ingin klarifikasi terhadap sebuah video yang dikirim oleh seorang teman, maksudnya dia kirim untuk tabayun apakah benar video tersebut," ujar Musdah.
Di video yang dimunculkan dalam klarifikasi Musdah Mulia itu tampak seseorang tengah berceramah. "Bisa dilihat di YouTube, ini pernyataan politisi PDIP, Musdah Mulia, kalau PDIP menang lagi 2019, pelajaran agama Islam seluruh Indonesia akan dihapus," ucap pria dalam video tersebut.
Menurut Musdah Mulia, ia pernah menjadi Direktur Megawati Institute. "Tapi itu tidak ada kaitannya dengan aktivitas partai," tuturnya. Ia beralasan, di Megawati Institute berkumpul sejumlah ilmuwan independen yang ingin mengembangkan wawasan kebangsaan.
Selanjutnya, kata Musdah, mengenai tuduhan dirinya akan menghapus pelajaran agama Islam. Musdah kembali membantah hal tersebut. "Saya besar dari lingkungan pesantren. Sepanjang hidup saya, saya aktif dalam pengembangan ilmu agama. Jelas tuduhan tersebut tidak benar," ujarnya.
Musdah berpendapat pelajaran agama merupakan salah satu modal untuk membangun spiritual dan moralitas negara. Sebab, dalam pendidikan agama diajarkan nilai-nilai keadilan, toleransi, soliditas, dan kejujuran.
Menurut dia, pelajaran agama Islam adalah salah satu pelajaran yang wajib diikuti peserta didik. "Saya pikir pendidikan agama wajib diikuti oleh seluruh peserta didik," ucapnya.
Lewat klarifikasinya ini, Musdah Mulia berharap tak ada lagi orang yang termakan fitnah, bahkan tidak ada lagi orang yang berdosa karena fitnah atau hoax. "Marilah kita biasakan tradisi tabayun di antara sesama," katanya.