Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA - Wakil Kepala Kepolisian RI, Komisaris Jenderal Syafruddin, mengatakan operasi Tinombala di wilayah Poso, Sulawesi Tengah, diperpanjang. Menurut dia, perpanjangan satuan tugas operasi tersebut dilakukan untuk membersihkan sisa anggota kelompok Mujahidin Indonesia Timur. "Memang itu (pemberantasan kelompok teror) harus diselesaikan," kata dia, kemarin.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Syafruddin menuturkan, operasi Tinombala akan diperpanjang dari masa tugas yang berakhir pada bulan ini hingga September mendatang. Kepolisian memutuskan untuk menambah masa tugas satgas Tinombala lantaran masih ada tujuh anggota kelompok teror Indonesia timur yang belum tertangkap. Mereka adalah Ali Muhammad alias Ali Kalora alias Ali Ambon, Muhammad Faisal alias Namnung alias Kobar, Qatar alias Farel, Nae alias Galuh, Basir alias Romzi, Abu Alim, dan Kholid.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Satuan tugas operasi Tinombala yang beranggotakan Tentara Nasional Indonesia dan Polri sebelumnya dibentuk pada 10 Januari 2016. Mereka menargetkan menangkap pemimpin Mujahidin Indonesia Timur, Santoso, beserta para anggotanya. Dalam masa tugasnya, sejumlah baku tembak dilakukan melawan para anggota kelompok teror. Puncaknya, pada 18 Juli 2016, Santoso tewas bersama Mukhtar, anggotanya, dalam kontak tembak di pegunungan Desa Tambarana, Poso Pesisir Utara, sekitar pukul 17.00 waktu setempat.
Menurut Syafruddin, perpanjangan operasi Tinombala dilakukan dengan menyesuaikan kondisi. Dia mengatakan personel yang ditugaskan tak lagi berasal dari pusat, melainkan hanya personel dari kepolisian di daerah. "Itu hanya pakai personel di wilayah, tapi operasinya tetap," kata dia. Meski begitu, operasional dalam operasi Tinombala lanjutan ini tetap menggunakan anggaran pusat.
Juru bicara Mabes Polri, Inspektur Jenderal Setyo Wasisto, mengatakan perpanjangan operasi Tinombala dilakukan setelah evaluasi. Berdasarkan hasil penilaian, Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian, kata Setyo, memutuskan untuk melanjutkan operasi Tinombala. Ketika awal dibentuk, satgas operasi Tinombala mulanya beranggotakan Brimob, Marinir, Komando Strategis Angkatan Darat, dan Komando Pasukan Khusus. "Kini, operasi Tinombala melibatkan Kopassus dan Brimob Polri untuk menangkap tujuh teroris kelompok Santoso di Poso," ujar dia.
Pengamat terorisme, Al Chaidar, mengatakan perpanjangan masa tugas operasi Tinombala memang diperlukan. Ia mencermati kelompok Santoso masih berpotensi melakukan tindakan teror. Terlebih, kata dia, kelompok tersebut memiliki sejumlah senjata api. Selain itu, satgas operasi Tinombala perlu mencermati bahwa tujuh anggota yang tersisa mulai mencari dukungan hingga ke wilayah Bima, Tolitoli, dan Mindanao. Bahkan, kata dia, tiga bulan lalu mereka mencoba menculik tokoh-tokoh partai di wilayah Jawa Barat. "Mereka sudah memulai sebuah rencana," kata dia. Chaidar menilai, satgas operasi Tinombala perlu ekstra hati-hati lantaran kelompok Santoso termasuk teroris bersifat teritorial yang sangat menguasai wilayah. ANDITA RAHMA | DANANG FIRMANTO
Memburu Kelompok Santoso
Satuan tugas operasi Tinombala yang melibatkan kepolisian dan Tentara Nasional Indonesia kembali diperpanjang. Sejak dibentuk pada 2016, operasi pemberantasan kelompok radikal di wilayah Poso, Sulawesi Tengah, tersebut mengalami beberapa kali perpanjangan. Kali ini, akan diperpanjang hingga September 2018. Berikut ini lini masa pembentukan operasi Tinombala.
10 Januari 2016
Satuan tugas operasi Tinombala dibentuk melibatkan sekitar 2.000 personel gabungan TNI-Polri.
9 Februari 2016
Baku tembak dalam jarak dekat terjadi pertama kali di Sangginora, Poso, wilayah pesisir selatan. Dua anggota kelompok pimpinan Santoso tewas.
9 Maret 2016
Operasi Tinombala diperpanjang hingga September 2016 karena belum berhasil menangkap Santoso.
18 Juli 2016
Santoso alias Abu Wardah dan anggotanya, Mukhtar, tewas dalam kontak senjata dengan satgas operasi Tinombala.
14 September 2016
Satgas operasi Tinombala menangkap anggota Santoso, Basri, dan istrinya.
20 September 2016
Kepala Kepolisian RI Jenderal Tito Karnavian mengatakan anggota Mujahidin Indonesia Timur diperkirakan tinggal 11 orang.
21 Desember 2016
TNI AD membantu kepolisian memberantas sisa kelompok Santoso di Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.
21 Desember 2016
Kepolisian menyatakan satgas operasi Tinombala di Kabupaten Poso yang berakhir pada 3 Januari 2017 akan diperpanjang hingga April 2017.
13 Maret 2017
Kepolisian menyatakan kekuatan kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur semakin lemah dengan tersisa sekitar tujuh anggota.
10 September 2017
Untuk mengejar tujuh terduga teroris yang tersisa, kepolisian kembali memperpanjang operasi Tinombala, yang telah berakhir 3 Juli 2017, hingga 3 Oktober 2017.
19 September 2017
Kepolisian menyatakan operasi Tinombala kembali diperpanjang hingga 29 Desember 2017.
12 Januari 2018
Operasi Tinombala di Poso kembali diperpanjang hingga Maret 2018.
29 Maret 2018
Kepolisian kembali memperpanjang operasi Tinombala hingga Juli 2018.
DANANG FIRMANTO
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo