Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Beberapa hari terakhir, nama Hadi Pranoto mendadak populer lantaran penampilannya di saluran YouTube milik seorang musikus. Dalam video tersebut, Hadi mengatakan telah menemukan “herbal antibodi Covid-19”. Ia mengklaim herbal itu ditemukan bersama orang lain yang disebutnya tim riset.
Hadi, yang awalnya enggan membeberkan komposisi herbal antibodi itu, kemudian menyebutkan bahwa ramuannya mengandung senyawa dari buah sirsak dan manggis. Ia mengatakan bahan-bahan itu diekstraksi untuk membuat ramuan herbal antibodi.
Ramuan herbal ini nantinya dikonsumsi agar bisa diterima oleh tubuh manusia untuk meningkatkan daya tahan tubuh melawan virus corona. “Jadi itu aman dan akan bermanfaat bagi tubuh, terutama dalam penguatan imun,” kata Hadi saat dihubungi Tempo, kemarin.
Kepada Tempo, Hadi mengaku tinggal di DKI Jakarta. Pada awal Juli lalu, ia mengaku sebagai anak angkat Surya Atmaja, tokoh masyarakat Pamijahan, Kabupaten Bogor, yang sempat viral karena mengundang Rhoma Irama dalam pertunjukan musik pada masa pandemi.
“Semua orang tua saya, saya tinggal di Jakarta,” jawab Hadi saat dikonfirmasi mengenai hal ini.
Hadi membantah memiliki gelar doktor dari Institut Pertanian Bogor. Ia menjelaskan, kesalahpahaman itu terjadi karena dirinya memperkenalkan herbal antibodi kepada media di salah satu restoran di Dramaga, yang berdekatan dengan kampus IPB.
"Ndak (bukan lulusan IPB). Saya tidak mau membahas latar belakang pendidikan saya,” ujar dia.
Ia menambahkan, tim riset yang dipimpinnya beranggotakan beberapa dokter. Hadi mengklaim timnya sudah memproduksi ratusan ribu botol herbal antibodi Covid-19 dengan nilai pembiayaan hingga puluhan miliar rupiah. Hadi menyatakan akan segera mendaftarkan temuannya ke Badan Pengawas Obat dan Makanan.
Tempo mendatangi Pamijahan, Kabupaten Bogor, kemarin. Salah seorang warga setempat, Fajri Ma'ruf, mengatakan hanya mengetahui Hadi sebagai pengusaha asal Jakarta yang dekat dengan Surya Atmaja. “Salah jika nyari rumah Pak Hadi ke sini karena dia orang Jakarta. Saya tahu Pak Hadi pun saat membantu Abah Surya waktu hajatan,” kata Fajri.
Ahli mikrobiologi dari IPB, Sri Budiarti, mengatakan apa yang dilakukan Hadi merupakan tindakan gegabah, berisiko membahayakan masyarakat, serta membuat malu dunia kedokteran. Sebab, menurut Sri, istilah “herbal antibodi” keliru karena antibodi hanya dimiliki oleh manusia dan hewan.
“Pernyataannya itu membahayakan. Gimana coba kalau para siswa mempercayainya. Masak, tumbuhan memiliki antibodi,” kata Sri kepada Tempo, kemarin.
Menurut Sri, jika betul seorang ahli, seharusnya Hadi tahu prosedur pengujian obat, yaitu melalui uji coba kepada hewan dan manusia. Namun, ucap Sri, tanpa menempuh pelbagai prosedur itu, Hadi langsung mengklaim temuannya ampuh untuk melawan Covid-19.
“Bagaimana jika ada yang meminumnya dan mengalami gagal ginjal? Siapa yang bertanggung jawab?” tutur Sri.
Ketua Umum Perkumpulan Profesi Kesehatan Tradisional dan Komplementer Indonesia, Agus Purwadianto, menyebutkan tindakan Hadi berisiko melawan hukum. Aturan pertama yang dilanggar, ucap dia, adalah Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2010 tentang Sertifikasi Jamu. Ia menambahkan, jamu seharusnya tidak bersifat kuratif, melainkan promotif, preventif, dan rehabilitatif.
Kedua, seharusnya klaim penemuan obat herbal dilakukan oleh seorang dokter yang memiliki sertifikasi jamu. “Ini kan tidak, dan klaim dia luar biasa seperti mahadewa dan mengarah pada kuratif,” kata Agus saat dihubungi, kemarin. Agus mengimbuhkan, Hadi bukan anggota Ikatan Dokter Indonesia dan tidak terdaftar dalam konsorsium riset Covid-19.
M.A. MURTADHO (BOGOR) | DIKO OKTARA
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo