Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Paragraf Deduktif: Pengertian, Ciri, dan Contohnya

Paragraf deduktif adalah paragraf yang ide pokok atau gagasan utamanya terletak di awal paragraf. Ini pengertian, ciri, dan contoh penerapannya.

26 Desember 2024 | 13.25 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Paragraf deduktif. Foto: Canva

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Paragraf deduktif adalah salah satu jenis paragraf yang dikelompokkan berdasarkan pola penalarannya. Saat akan membuat sebuah karya tulis, perlu dipahami terlebih dahulu jenis-jenis paragraf yang akan digunakan saat menyusun tulisannya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Seperti diketahui, dalam sebuah karya tulis, gagasan dikemas dalam bentuk paragraf-paragraf. Karena itu, perlu dipastikan bahwa setiap paragraf memiliki gagasan utama di dalamnya. Adapun gagasan lain yang ada dalam paragraf itu merupakan penjelas.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Berdasarkan buku Seri Penyuluhan Bahasa Indonesia PARAGRAF oleh Suladi, sebuah paragraf dibagi kedalam tiga kelompok utama, yakni berdasarkan urutan, gaya ekspresi/pengungkapan, dan pola penalarannya.

Berdasarkan urutan, paragraf dibagi menjadi tiga jenis yakni paragraf pembuka, isi, dan penutup. Menurut gaya ekspresi/pengungkapannya, paragraf terdiri dari narasi, deskripsi, eksposisi, persuasi, dan argumentasi. 

Sedangkan menurut pola penalarannya, paragraf dibagi menjadi deduktif, induktif, deduktif-induktif, ineratif, dan menyebar.

Berikut ini penjelasan lebih lanjut mengenai paragraf deduktif, mulai dari pengertian, ciri-ciri, dan contoh penerapannya.

Pengertian Paragraf Deduktif

Dalam bukunya, Suladi menjelaskan bahwa paragraf deduktif adalah paragraf yang ide pokok atau gagasan utamanya terletak di awal paragraf. Ini kemudian diikuti oleh kalimat-kalimat penjelas untuk mendukung gagasan utama.

Ide pokok atau gagasan utama berupa pernyataan umum yang dikemas dalam kalimat topik. Kalimat topik itu kemudian diikuti oleh kalimat-kalimat pengembang yang berfungsi memperjelas informasi yang ada dalam kalimat topiknya.

Paragraf seperti ini sering ditemukan dalam berbagai jenis karya tulis, baik yang bersifat fiksi maupun nonfiksi. Hal ini karena paragraf tersebut mendukung penyampaian ide secara jelas, terstruktur, dan sesuai dengan tujuan penulisan.

Mengutip dari situs e-ujian, secara bahasa kata "deduktif" berasal dari bahasa Latin, yaitu deducere, deductum, dan deduxi, yang memiliki arti "menurunkan ke bawah". Selain itu, konsep deduksi sering dikaitkan dengan proses penyimpulan, penuntunan, atau pengantaran suatu gagasan dari prinsip umum menuju kesimpulan khusus sebagai penjelasannya.

Ciri-Ciri Paragraf Deduktif

Untuk membedakannya dengan jenis paragraf lain, menurut laman Penerbit Deepublish, beberapa ciri paragraf deduktif adalah sebagai berikut:

1. Ide Pokok di Awal Paragraf

Paragraf deduktif memiliki ciri khas ide pokok yang terletak di awal paragraf. Tidak semua paragraf menempatkan ide pokok di awal, beberapa memilih menaruhnya di tengah atau akhir. 

Pada paragraf deduktif, ide pokok bersifat umum, yang kemudian dijelaskan lebih rinci melalui kalimat-kalimat penjelas.

2. Menggunakan Pola Umum-Khusus

Pola utama paragraf deduktif adalah dari kalimat umum menuju kalimat khusus. Ide pokok yang bersifat umum dijelaskan lebih rinci dengan kalimat penjelas. 

Pola ini menjadi ciri utama paragraf deduktif karena tidak semua paragraf menggunakan struktur serupa.

3. Kalimat Pendukung Menjelaskan Rincian

Kalimat pendukung dalam paragraf deduktif memberikan penjelasan rinci seperti ciri-ciri, langkah, atau contoh. Setelah ide pokok disampaikan, kalimat pendukung memperluas pemahaman melalui uraian lebih spesifik.

Contoh Paragraf Deduktif

Berikut contoh paragraf deduktif beserta penjelasannya.

Contoh 1:

Fenomena macet sudah biasa dijumpai di beberapa kota besar di Indonesia. Hal tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal. Di antaranya volume kendaraan yang sudah tinggi dan melampaui target kapasitas jalan. Selain itu, tingkat kesadaran warga yang kurang disiplin, serta masih banyaknya aparat yang kurang tegas menindak pelanggaran pengguna jalan, semakin mengakibatkan lalu lintas tidak terkendali. 

Ide pokok dalam contoh tersebut adalah "Fenomena kemacetan yang sering terjadi di beberapa kota besar di Indonesia." Penulis kemudian menjelaskan beberapa faktor yang menyebabkan kemacetan tersebut.

Contoh 2:

Tenaga kerja yang diperlukan dalam persaingan bebas adalah tenaga kerja yang mempunyai etos kerja tinggi, yaitu tenaga yang pandai, terampil, dan berkepribadian. Tenaga kerja yang pandai adalah tenaga kerja yang mempunyai kemampuan akademis memadai sesuai dengan disiplin ilmu tertentu. 

Terampil artinya mampu menerapkan kemampuan akademis yang dimiliki disertai kemampuan pendukung yang sesuai untuk diterapkan agar diperoleh hasil maksimal. Sementara itu, tenaga kerja yang berkepribadian adalah tenaga kerja yang mempunyai sikap loyal, disiplin, dan jujur.

Kalimat utama dalam paragraf tersebut adalah “Tenaga kerja yang dibutuhkan dalam persaingan bebas adalah tenaga yang memiliki etos kerja tinggi, seperti pandai, terampil, dan berkepribadian”. Penulis kemudian menguraikan aspek-aspek yang mendukung etos kerja tinggi, termasuk kepandaian, keterampilan, dan kepribadian yang diperlukan dalam tenaga kerja.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus