Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Rame-Rame Lompat Partai

Partai politik ramai-ramai merekrut anggota baru. Dari selebritas hingga anak presiden.

14 Januari 2008 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Lama tak terdengar di jagat hiburan, sejumlah pemeran serial televisi Si Doel Anak Sekolahan kembali naik panggung. Mereka tampil dalam peringatan ulang tahun PDI Perjuangan di Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Kamis pekan lalu.

Rano Karno dan adiknya, Suti Karno, duduk satu baris di belakang Ketua Umum Megawati Soekarnoputri. Bukan sebagai bintang pengisi acara, keduanya menjadi anggota baru partai itu. Hari itu mereka menerima kartu tanda anggota plus rompi partai.

Megawati juga memperkenalkan sederetan selebritas yang bergabung ke partainya. Di antaranya pecatur Utut Adianto, perenang Richard Samberra, aktivis perempuan dan pemeran Oneng dalam serial Bajaj Badjuri Rieke Diah Pitaloka, komedian Dedy Suwandi ”Miing” Gumilar, dan penyanyi Edo Kondologit. ”PDIP berterima kasih atas kepercayaan mereka,” kata Mega.

Demam pemilihan umum memang sudah dekat. Para aktivis partai kini kasak-kusuk menyusun daftar calon anggota DPR. Tak mengherankan bila mereka pun giat mencari tokoh pengumpul suara, termasuk para artis itu.

Rano Karno mengatakan tak tahan lagi masuk partai politik. Sudah dua puluh tahun lebih ia berkutat di dunia hiburan. Kini, katanya, saatnya ”memperjuangkan seni dan budaya lewat jalur politik”. Kini ia adalah calon wakil bupati dari partai ini dalam pemilihan Bupati Tangerang, Banten, bulan ini.

Rieke Diah Pitaloka, mantan Wakil Sekretaris Jenderal Partai Kebangkitan Bangsa, memiliki alasan lebih jelas. Ia menyatakan punya garis ideologi yang sama dengan partai banteng bermoncong putih itu. Tapi, yang lebih penting, PDIP memastikan dirinya menjadi calon anggota DPR.

Partai yang sama juga menjamin bakal menempatkan Rieke di jajaran dewan pengurus pusat. Karena itu, ”Oneng” menganggap angin lalu tawaran partai lain yang datang sejak ia meninggalkan Partai Kebangkitan Bangsa, November silam.

Pramono Anung, Sekretaris Jenderal PDIP, mengatakan bahwa direkrutnya para selebritas bukan karena alasan aji mumpung—untuk meraup suara dalam Pemilihan Umum 2009. ”Tapi karena kemampuan dan komitmen mereka,” katanya.

Menurut Pramono, para anggota baru tidak otomatis menjadi calon anggota DPR. Ia mengingatkan para selebritas itu harus bekerja keras untuk membuktikan konsistensi mereka.

Tak seperti PDIP yang lebih banyak merekrut pesohor hiburan, Partai Demokrat memilih pangsa lain. Partai yang didirikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini menggaet Andi Mallarangeng, staf khusus dan juru bicara Presiden.

Menurut Anas Urbaningrum, Ketua Partai Demokrat, mantan Panglima TNI Marsekal Djoko Suyanto dan sejumlah pejabat yang dekat dengan Presiden juga akan bergabung dengan partainya. ”Semua dalam proses untuk menjadi anggota,” kata bekas anggota Komisi Pemilihan Umum ini.

Andi Mallarangeng mengatakan sudah lama cocok dengan idealisme Partai Demokrat. ”Satu kehormatan saya diajak bergabung,” katanya. Andi akan menempati posisi strategis dalam partai berlambang bintang biru itu, yakni sekretaris jenderal atau wakilnya.

Anas menyatakan bahwa rencana merekrut Andi Mallarangeng sudah dibicarakan sejak beberapa bulan lalu. ”Saya sudah lama berteman dengan Andi. Ideologinya tengah, sama dengan Demokrat,” ujarnya.

Dalam Pemilihan Umum 2004, Andi bertanding sebagai calon anggota DPR dari Partai Persatuan Demokrasi Kebangsaan pimpinan Ryaas Rasyid. Ia hengkang ketika partai itu mendukung Jenderal (Purn.) Wiranto dalam pemilihan presiden, Juli 2004.

Marsekal Djoko Suyanto membantah klaim Anas. Kepada Tempo, ia mengatakan tidak pernah dihubungi pengurus Partai Demokrat untuk membicarakan soal itu. ”Saya pun belum tertarik masuk partai politik,” kata Djoko, yang baru menyerahkan jabatan Panglima TNI kepada Jenderal Djoko Santoso, Selasa pekan lalu.

Rombongan pendatang baru juga hadir di Partai Persatuan Pembangunan. Di antaranya artis Marissa Haque dan Paula Simangunsong, istri bintang film era 1980, Ongky Alexander. Menurut Lukman Hakim Saefudin, ketua partai itu, mereka bergabung atas keinginan sendiri.

Marissa sebelumnya menjadi anggota Dewan dari PDIP. Ia yang ditendang partai itu karena menentang keputusan pengurus pusat dalam pemilihan Gubernur Banten, tahun lalu. Marissa ketika itu menjadi calon wakil gubernur, berpasangan dengan Zulkieflimansyah, kandidat dari Partai Keadilan Sejahtera. Padahal PDIP menyokong Ratu Atut dan Masduki, yang diusung Partai Golkar. Marissa sempat melamar menjadi anggota Partai Keadilan Sejahtera tapi ditolak.

Partai Persatuan Pembangunan juga kedatangan ”barang lama”, yakni Zainuddin M.Z. Ia dulu aktivis partai itu, tapi hengkang dan mendirikan Partai Bintang Reformasi. Ia kembali pulang kandang ketika Partai Bintang Reformasi dipimpin Zaenal Maarif.

Bachrum Siregar, anggota Majelis Pakar Partai Bintang Reformasi, mengatakan kepindahan Zainuddin tak akan menggembosi suara partainya. Toh, sejak Februari lalu, Zainuddin memang sudah mundur dari partai itu.

Pada zaman Orde Baru, para artis pun direkrut oleh partai politik, terutama Golongan Karya. Miing, yang kini masuk PDIP, dulu adalah anggota Beringin. Para selebritas itu kemudian menyebar ke berbagai partai dalam Pemilihan Umum 1999 dan 2004.

Bagaimanapun, perekrutan sosok-sosok baru tak selalu disambut dengan riang. Pemuda Partai Demokrat, organ pemuda di Partai Demokrat, misalnya, justru menentangnya. ”Kami kecewa karena partai tidak mementingkan pembinaan kader,” kata Akbar Faizal, ketua organisasi itu.

Akbar menyatakan, anggota yang baru ditarik—termasuk putra bungsu Presiden SBY, Edi Baskoro—tidak pernah berjuang membesarkan partai. Ia pun membubarkan organisasinya dua pekan lalu. Ia lalu bergabung dengan Partai Hati Nurani Rakyat yang dipimpin mantan Panglima ABRI Jenderal (Purn.) Wiranto.

Tak cuma soal kaderisasi yang membuat Pemuda Demokrat berang. ”Pengurus tak pernah menggubris usul kami,” ujarnya. Ia menilai, anggota Dewan dari Partai Demokrat pun lebih banyak mengekor partai besar, terutama Golkar.

Adek Media dan Kurniasih Budi

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus