Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Realistis dengan tahun prihatin

Rapbn 1986/1987 turun 7% dari tahun sebelumnya. akibat situasi ekonomi dunia yang tidak menentu. langkah penghematan dilakukan. sektor pendidikan dan bulog mendapat perhatian.

11 Januari 1986 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PRIHATIN tetapi tetap optimistis. Itulah nada dasar pidato Presiden Soeharto, Selasa pagi pekan ini, tatkala menyampaikan RAPBN 1986 - 1987 pada DPR. Suasana keprihatinan itu tampak terasa. Cuma satu kali tepuk tangan terdengar di tengah pidato. Pidato Presiden kali ini juga lebih singkat, hanya 75 menit dibanding 83 menit pada tahun silam. Sikap prihatin itu, misalnya, tampak dari ucapan seperti "Di hadapan kita terbentang medan juang yang sulit dan berat". Sedang sikap optimistis dan percaya diri sangat terasa dari sambungan ucapan itu, "Medan juang itu akan kita masuki dengan sikap realistis. Kita yakin bahwa dengan sikap realistis, dengan melihat masa depan yang mengandung harapan dan dengan menyalakan semangat pejuang tidak ada halangan yang tidak bisa kita tundukkan, tidak ada rintangan yang tidak bisa kita singkirkan, dan tidak ada kesulitan yang tidak bisa kita atasi." Dan sikap realistis itulah yang tampaknya mendasari penyusunan RAPBN 1986 - 1987, tahun Macan yang tampaknya masih akan merupakan tahun yang muram bagi ekonomi Indonesia. Untuk pertama kali sejak pembangunan dicanangkan di masa Orde Baru, RAPBN turun 7 persen dari tahun 1985 - 1986, dari Rp 23.046 milyar menjadi Rp 21.421,6 milyar (lihat Laporan Utama). Beberapa faktor disebut Presiden sebagai hal yang tidak menguntungkan pembangunan kita. Perbaikan perekonomian dunia tahun silam ternyata berlangsung singkat, malah tampak gelagat perekonomian dunia akan menurun lagi. Keadaan bertambah sulit bagi negara yang sedang membangun karena sejumlah negara industri maju memasang hambatan bagi masuknya barang nonmigas ke negara mereka. Tingkat harga dan permintaan minyak bumi yang melemah di pasaran internasional juga memukul kita. Toh masih ada sejumlah peluang yang bisa dimanfaatkan. Kepala Negara menyebutkan beberapa contoh. Antara lain daya tahan dan kekuatan ekonomi Indonesia yang kini cukup memadai, yang tampak dari stabilitas ekonomi yang dapat dikendalikan. Itu terbukti pada tingkat inflasi 1985 yang 4,3%, dibanding 8,7% (1984), dan 11,4% (1983). Selain itu, cadangan devisa kita saat ini lumayan US$ 10,7 milyar. Hingga, untuk kesekian kalinya, Presiden menegaskan: pemerintah tidak akan mendevaluasi rupiah. Presiden, lalu mencanangkan sejumlah langkah yang perlu diambil untuk menjaga agar pembangunan terus bergerak maju. "Kita harus mengadakan gerakan efisiensi dan penghematan secara nasional," katanya tegas. Selain itu juga meningkatkan disiplin pembangunan. "Artinya, dana dan daya yang kita miliki harus kita gunakan sebaik baiknya dan dengan rasa tanggung jawab yang sebesar-besarnya," kata Presiden. Beberapa contoh langkah penghematan itu diberikan Kepala Negara. Antara lain: pengurangan belanja barang, pembatasan perjalanan dinas di dalam dan luar negeri, pembatasan penyelenggaraan rapat dinas atau seminar, serta pembatasan upacara peresmian proyek atau upacara lain. Selain itu: gaji pegawai tahun ini tidak akan naik. Belanja pegawai memang naik menjadi sekitar Rp 4,2 trilyun (2,3%), tapi kenaikan itu terutama untuk menampung tambahan pegawai baru. Tapi Presiden mengingatkan: langkah penghematan dan efisiensi itu diharapkan tidak mengurangi mutu pelayanan pemerintah kepada masyarakat, dan tidak mengurangi tugas umum pemerintahan serta pemeliharaan hasil pembangunan. Presiden Soeharto meminta agar semua pejabat dan pegawai negeri memahami keprihatinan ini. "Pada saat yang sulit inilah semua pejabat dan pegawai mendapatkan kesempatan sebaik-baiknya untuk menunjukkan diri sebagai abdi masyarakat yang bertanggung jawab," kata Kepala Negara, disambut tepuk tangan riuh - satu-satunya keplok di tengah pidato. Pengetatan pengeluaran pembangunan juga dilakukan dengan menunjuk empat prioritas. Prioritas pertama adalah proyek yang dewasa ini sedang dibangun. Besar dananya disesuaikan dengan kemampuan penggunaannya. Prioritas kedua: untuk melengkapi kebutuhan dana rupiah bagi proyek yang memperoleh bantuan proyek luar negeri. Lalu: untuk melanjutkan proyek yang bersifat pemerataan dan memperluas kesempatan kerja. Dan yang terakhir: untuk penyediaan biaya operasi dan pemeliharaan proyek yang telah selesai Akibatnya, pelaksanaan pembangunan gedung kantor yang belum dimulai akan ditunda. Namun, pembangunan di sektor pendidikan, yang tetap memperoleh anggaran lebih Rp I trilyun, akan berlanjut. Artinya, pembangunan gedung sekolah, rumah guru, kampus, dan laboratorium diteruskan. Selain itu, pembangunan ratusan kilometer jalan baru dilanjutkan. Meski buat banyak departemen RAPBN ini merupakan "kabar buruk", buat Bulog ada kabar baik. Yakni adanya pos pengeluaran untuk pembiayaan cadangan pangan. Pos ini dianggap perlu karena Bulog mendapat kesulitan untuk menanggung beban pengadaan dan penyimpanan cadangan beras, yang sekarang ini berjumlah 3,5 juta ton. Dari jumlah ini, 1,5 juta ton diperlukan untuk operasional Bulog setiap saat, sedang yang dua juta ton merupakan cadangan yang memerlukan pembiayaan untuk penyimpanan, pemeliharaan, dan penyusutan. Maka, mulai tahun ini, pemerintah akan menanggung pembiayaan cadangan beras, sedang Bulog hanya dibebani pembiayaan beras yang untuk operasional saja. Untuk 1986--1987, pemerintah menyediakan anggaran Rp 417 milyar untuk cadangan pangan satu juta ton beras ditambah bunga kreditnya. Maka, kalau dilihat anggaran untuk pupuk juga naik, pemerintah tampaknya bertekad mempertahankan produksi beras yang kini melimpah.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus