Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi kembali menyampaikan ucapan perpisahan. Pada Selasa, 24 September 2024, Jokowi berpamitan kepada warga di Pasar Mawar, Pontianak, Kalimantan Barat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Sebulan lagi saya akan purnatugas, mohon maaf yang sebesar-besarnya, kepada bapak ibu sekalian,” kata Presiden Jokowi terlihat dalam akun resmi Instagram Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sambil menggunakan megafon, Jokowi minta maaf kepada warga apabila dalam sepuluh tahun memimpin negara ini ada kekurangan. “Berkenan, ada kesalahan, ada kekhilafan, ada kekurangan, sekali lagi saya mohon maaf yang sebesar-besarnya, “ kata eks Gubernur Jakarta ini.
Ini bukan pertama kalinya Presiden Jokowi meminta maaf kepada masyarakat. Sebelumnya, Jokowi juga telah menyampaikan permintaan maaf dalam sambutan pada acara zikir kebangsaan di Istana Merdeka, Jakarta, pada malam Kamis, 1 Agustus 2024, serta dalam sidang tahunan MPR. Berikut sejumlah respons atas permintaan maaf Jokowi
Pakar Komunikasi: Karena Sadar Banyak Salah Tak Penuhi janji
Pakar komunikasi politik dari Universitas Paramadina, Hendri Satrio, berpendapat bahwa alasan Presiden Jokowi meminta maaf adalah karena ia menyadari banyak kesalahan terkait janji politik yang belum dipenuhi. Hendri Satrio juga menyoroti bahwa proyek ambisius Ibu Kota Nusantara (IKN) gagal terwujud.
Pendiri Lembaga Survei KedaiKOPI ini menyebutkan bahwa Jokowi tampaknya terpengaruh oleh laporan media yang membahas 10 tahun masa kepemimpinannya. Bahkan, Majalah Tempo mengungkapkan adanya 18 kesalahan yang dilakukan Jokowi dan 9 nawacita yang tidak terealisasi.
Pengamat Pertanyakan Ketulusan Jokowi
Aktivis demokrasi, Gde Siriana, juga mengamati permintaan maaf yang disampaikan Presiden Jokowi menjelang akhir masa jabatannya pada bulan Oktober mendatang. Ia menilai permintaan maaf tersebut kompleks, karena tidak sesuai dengan hasil survei yang menunjukkan peningkatan kepuasan masyarakat terhadap pemerintahan Jokowi-Ma’ruf Amin menjelang purnatugas.
“Karena tidak ada yang tegas menyatakan kepuasan. Pandangan saya, ketulusan permintaan maaf ini perlu dipertanyakan,” kata Gde dalam keterangan tertulis yang diperoleh Tempo, Jumat, 2 Agustus 2024.
Permintaan maaf tersebut, menurut Gde, juga tampak sebagai sekadar formalitas. Hal ini disebabkan kurang jelasnya tujuan dari permintaan maaf tersebut dan kebijakan apa yang dimaksud. Selain itu, tidak ada pernyataan penyesalan yang mendalam terkait tindakan dan kebijakan yang telah diterapkan.
Pengamat Minta Jokowi Sebut Kesalahan yang Membuatnya Minta Maaf
Sementara itu, Direktur Lingkar Madani Indonesia, Ray Rangkuti, meminta Jokowi untuk menjelaskan kebijakan-kebijakan mana yang dianggap salah sehingga ia merasa perlu meminta maaf. Rangkuti berpendapat bahwa Presiden harus mengidentifikasi faktor-faktor yang mendorong permintaan maaf tersebut agar dapat diperbaiki di masa depan.
“Kalau negarawan tolong disebutkan kira-kira apa yang keliru yang dilakukan Pak Jokowi selama 10 tahun terakhir, supaya kita perbaiki,” kata Rangkuti dalam Kompas Petang di Kompas TV, Jumat, 2 Agustus 2024.
Menurut Rangkuti, permintaan maaf yang disampaikan oleh Kepala Negara cukup mengejutkan. Hal ini disebabkan oleh pandangan para pendukungnya yang selalu menganggap bahwa kebijakan-kebijakan Jokowi selama ini selalu benar.
Amnesty International Indonesia: Pidato Kosong
Direktur Amnesty International Indonesia, Usman Hamid, mempertanyakan permintaan maaf yang disampaikan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam sidang tahunan MPR. Usman menilai bahwa Jokowi tidak memberikan penjelasan mengenai tindakan dan kesalahan yang mendasari permintaan maaf tersebut.
“Itu pidato yang kosong, karena tidak ada pengakuan atas kegagalan dari apa yang pernah ia janjikan,” ujar Usman, dalam diskusi publik di kantor Amnesty International Indonesia, Jakarta, Jumat, 16 Agustus 2024. Usman menyebut seharusnya permintaan maaf itu diucapkan karena Jokowi telah melakukan berbagai kegagalan selama sepuluh tahun menjadi presiden.
Pengamat: Sudah Seharusnya Jokowi Minta Maaf
Menurut pengamat politik dari Citra Institute, Yusak Farhan permohonan maaf dari Presiden Jokowi memang sudah seharusnya. Pihaknya mengatakan permohonan maaf dari Jokowi di ujung pemerintahannya merupakan sikap ksatria pemimpin. Jokowi disebutnya mengakui ada kesalahan.
“Memang sudah seharusnya Jokowi minta maaf karena banyak program yang belum tuntas selama 10 tahun menjabat presiden,” kata Yusak kepada wartawan, Jumat.
Menurut Yusak, masyarakat tentu perlu mengapresiasi Jokowi minta maaf. Sebab, kata dia, permohonan maaf kepada rakyat bisa menjadi tradisi politik yang baik ke depan dalam kultur masyarakat Indonesia.
“Jokowi dipilih dan diberikan mandat oleh rakyat untuk memimpin. Ketika berakhir masa jabatannya, sudah seharusnya Jokowi berpamitan kepada rakyat,” kata Yusak.
SUKMA KANTHI NURANI | DANIEL A. FAJRI | HENDRIK KHOIRUL MUHID