Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Gerakan Kepanduan atau Scouting yang di Indonesia dikenal dengan nama Gerakan Pramuka dikembangkan oleh salah seorang anggota angkatan darat Inggris, Lord Robert Baden Powell of Gilwell atau dikenal dengan Lord Baden Powell. Ia melihat masalah sosial di negaranya yang banyak disebabkan oleh remaja. Karena itu ia ingin menemukan cara bagaimana membina kaum muda di Inggris ini tidak lagi terlibat dalam kekerasan dan tindakan kejahatan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari laman Universitas Islam Indonesia, fpscs.uii.ac.id, Baden Powell pun mengajak sebanyak 21 orang remaja berkemah ke pulau Brownsea selama delapan hari pada 1907. Di sana ia menerapkan scouting secara intensif dan menuliskan keberhasilannya sebelum dan sesudah melakukan perkemahan tersebut. Tulisan tersebut diberi judul Scouting for Boy yang sampai saat ini masih digunakan sebagai buku kepanduan di seluruh dunia, termasuk Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Benih kepanduan di Indonesia mulai muncul pada 1912 ditandai dengan adanya cabang kepanduan Nederlandsche Padvinders Organisatie atau NPO yang kemudian diganti menjadi Nederlands-Indische Padvinders Vereeniging atau NIPV pada 1916 oleh S. P. Mangkunegara VII di Surakarta. Dalam kurun waktu tahun 1950 hingga 1960, organisasi kepanduan di Indonesia tumbuh semakin banyak jumlah dan ragamnya, bahkan di antaranya merupakan organisasi kepanduan yang berafiliasi pada partai politik, yang menyalahi prinsip dasar dan metode kepanduan.
Berkat bukunya, yang dituliskan berdasarkan pengalamannya menerapkan scouting, Lord Baden Powell dianggap sebagai bapak kepanduan atau bapak Pramuka. Pengalamannya dijadikan dasar pembinaan remaja di Inggris, yang di kemudian pembinaan tersebut disebut dengan kepanduan. Baden Powell lahir pada 22 Februari 1857 dengan nama Robert Stephenson Smyth. Ayahnya bernama Powell seorang Professor Geometry di Universitas Oxford, yang meninggal saat Stephenson masih kecil.
Karena itu sejak kecil, Baden Powell mendapatkan binaan watak dari ibunya. Baden Powell juga mendapatkan latihan keterampilan berlayar, berenang, berkemah, olah raga, serta oleh fisik lainnya dari sang kakak. Baden Powell disenangi oleh teman-temannya karena ia adalah sosok yang cerdas, gembira, lucu, senang musik, bersandiwara, olah raga, mengarang dan menggambar.
Semasa menjadi anggota angkatan darat Inggris, Baden Powell pernah membantu Letnan pada Resimen 13 Kavaleri di India dan berhasil mengikuti jejak kuda yang hilang di puncak gunung, kemampuannya melatih kepekaan indra tersebut juga ia ajarkan kepada Kimball O’Hara. Baden Powell juga memiliki pengalaman survival selama dikepung bangsa Boer di Mafering, Afrika Selatan selama 127 hari. Selain itu, ia juga pernah mengalahkan Kerajaan Zulu di Afrika dan mengambil manik kayu milik Raja Dinizulu.
Semua pengalamannya itu ditulisnya dalam sebuah buku berjudul Aids To Scouting yang menjadi buku panduan bagi Tentara Muda Inggris sebagai buku petunjuk untuk melaksanakan tugas penyelidikan dengan baik. Lalu kemudian ia diminta untuk mengajak 21 pemuda berkemah si pulau Browns Sea untuk melakukan Scouting selama 8 hari tersebut dan menuliskan buku Scouting for Boys sepulang dari sana pada 1907.
Pada 1910, Baden Powell pensiun dari tentara dengan pangkat terakhir Letnan Jenderal, dan menikah pada 1912 dengan Ovale St. Clair Soames dan dianugerahi 3 orang anak. Baden Powell mendapat titel Lord dari Raja George pada tahun 1929. Ia meninggal pada 8 Januari 1941 di Nyeri, Kenya, Afrika.
HENDRIK KHOIRUL MUHID