Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Prabowo Subianto kembali dipercaya menjabat sebagai Ketua Umum DPP Partai Gerindra untuk periode 2025-2030. Keputusan tersebut diambil dalam Kongres Luar Biasa ke-VII Partai Gerindra yang digelar di Padepokan Garuda Yaksa, Hambalang, Bogor, Jawa Barat, pada Kamis, 13 Februari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Salah satu politikus Gerindra yang turut hadir dalam acara tersebut, Rahmat Sorialam Harahap mengungkapkan bahwa hasil kongres menetapkan Prabowo tidak hanya sebagai ketua umum, tetapi juga sebagai ketua dewan pembina Partai Gerindra. “Pak Prabowo menerima kembali diangkat sebagai ketum DPP dan ketua dewan pembina," kata Rahmat saat dihubungi, Kamis.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kader Gerindra yang juga Menteri Hukum Supratman Andi Agtas mengatakan, setelah dipilih menjadi ketua kembali, Prabowo berpesan supaya semua kader membantunya membawa kemakmuran bagi seluruh rakyat Indonesia.
Prabowo saat ini menjabat sebagai Presiden RI setelah memenangkan Pilpres 2024 lalu. "Pesan beliau kepada semua kader bantu beliau untuk membawa kemakmuran bagi rakyat," kata Supratman saat dihubungi pada Kamis, 13 Februari 2025.
Sejarah Partai Gerindra
Prabowo Subianto telah menjabat sebagai Ketua Umum Partai Gerindra sejak 2014. Ia ditunjuk untuk menggantikan Suhardi, yang sebelumnya memimpin partai hingga wafat pada Agustus 2014.
Partai berlambang kepala burung Garuda ini telah meramaikan panggung politik Indonesia selama lebih dari satu dekade. Partai ini dideklarasikan menjelang Pemilu 2009, tepatnya 6 Februari 2008. Partai ini lahir berkat peran sejumlah tokoh seperti Hashim Djojohadikusumo, Fadli Zon, dan Prabowo Subianto.
Melansir Antara, ide pembentukan Gerindra muncul dari Fadli dan Hashim, yang merupakan adik dari Prabowo Subianto. Keduanya menilai bahwa sembilan tahun setelah reformasi, sistem demokrasi di Indonesia dalam pelaksanannya telah diselewengkan oleh para elite politik dan penguasa untuk kepentingan golongan dan individu tertentu.
Akibatnya rakyat tidak menikmati manfaat penuh dari sistem demokrasi dan justru menjauhkan rakyat dari kesejahteraan. Demokrasi dianggap terus berjalan, namun tidak mengacu pada landasan upaya untuk mensejahterakan rakyat.
Diskusi mengenai pendirian partai ini semakin intens ketika beberapa pertemuan digelar bersama Prabowo Subianto, yang saat itu masih menjabat sebagai anggota Dewan Penasihat Partai Golkar. Keberadaannya di Golkar sempat menjadi kendala dalam pembentukan Gerindra. Namun pada akhirnya mereka sepakat untuk membentuk partai dengan visi yang jelas, yaitu memperjuangkan kesejahteraan rakyat.
Pada Desember 2007, sekelompok politisi berkumpul di kantor Institute for Policy Studies (IPS), lembaga kajian milik Fadli Zon, untuk merumuskan konsep partai baru. Beberapa tokoh yang hadir di antaranya Ahmad Muzani, M. Asrian Mirza, Amran Nasution, Halida Hatta, Tanya Alwi, dan Haris Bobihoe.
Di tengah diskusi, Hashim mengusulkan nama "Gerindra" sebagai identitas partai. Nama ini muncul dari keinginan untuk membangun partai dengan karakter nasionalis dan berpihak pada rakyat.
Sementara itu, Prabowo Subianto mengusulkan lambang kepala burung Garuda sebagai simbol partai. Padahal, berdasarkan survei yang sebelumnya dilakukan Fadli Zon, mayoritas responden lebih memilih lambang harimau.
Akhirnya, pada 6 Februari 2008, Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) resmi dideklarasikan dengan visi, misi, dan manifestonya untuk mewujudkan tatanan masyarakat dan pemerintahan yang demokratis, kerakyatan dan sejahtera.
Partai Gerindra kemudian berhasil menjadi partai politik yang resmi terdaftar di KPU. Sehingga pada Pemilu 2009, Partai Gerindra memperoleh suara sebanyak 4.646.406 atau 4,46 persen dan mendapat jatah 26 kursi di DPR. Kemudian pada 2014 Gerindra mendapat 73 kursi dan pada 2019 bertambah menjadi 78 kursi di parlemen. Terakhir pada Pemilu 2024, Gerindra memperoleh 86 kursi di parlemen.
Pernah Dihina dan Diejek
Prabowo Subianto pernah bercerita tentang kesulitan yang dihadapinya saat akan mendirikan Partai Gerindra. Kenangan ini dia ceritakan saat perayaan hari ulang tahun ke-12 Gerindra di kantor DPP Gerindra, Ragunan, Jakarta Selatan pada Kamis, 6 Februari 2020.
Prabowo mengatakan, dirinya dan sejumlah penggagas Gerindra, seperti Ahmad Muzani, Fadli Zon, dan Hashim Djojohadikusumo ketika itu ditertawakan orang. "Ada kawan-kawan kita yang menertawakan kita," kata Prabowo dalam pidatonya.
Prabowo mengatakan, yang menertawakan itu adalah orang-orang yang berjuang bersamanya sedari dulu, bahkan orang yang dia besarkan sewaktu Orde Baru. Namun reaksi mereka justru tertawa.
"Mereka tanya, 'Apa? Partai? Apa itu, Gerindri, Gerindru?' Ini demi Allah," kata mantan Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus ini.
Meski begitu, Prabowo mengatakan mereka tak ragu dan berkecil hati. Kendati dihina dan diejek, kata dia, mereka bertekad mendirikan partai untuk memperjuangkan kepentingan rakyat Indonesia.
Prabowo berujar sikap kukuh mereka itu dilandasi kecintaan kepada Indonesia. Mereka juga menilai Indonesia tidak berjalan dengan tepat dan benar sesuai yang dicita-citakan para pendiri bangsa.
Hendrik Yaputra dan Budiarto Utami Putri berkontribusi dalam penulisan artikel ini.