Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Nusa

Sekali Ini: Muntaber

Penduduk kabupaten Pidie, Aceh, banyak yang terserang wabah muntah berak. Sumber penyakit datang dari sungai Sigli yang dijadikan penduduk sebagai tempat mandi, cuci dan membuang segala kotoran.(dh)

23 September 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

HAMPIR secara beruntun malapetaka menimpa Pidie, salah sebuah kabupaten di Aceh. April lalu wereng menyerbu, sisanya masih terasa sampai sekarang. Sementara itu pengacauan oleh sisa gerombolan llasan Tiro belum lenyap samasekali. Dan sejak Juli hingga akhir Agustus tadi wabah muntah berak menyerang penduduk kabupaten yang berjarak 120 km dari Banda Aceh itu. Puncak wabah itu terjadi minggu pertama bulan puasa lalu. Dan berlanjut terus hingga akhir bulan lalu. Tercatat lebih 20 orang meninggal dari hampir 1.000 orang penderita. "Angka-angka ini yang tercatat dalam map kami saja," kata seorang pejabat Dinas Kesehatan Pidie. Yaitu dari jumlah korban yang dirawat di RS Sigli. Di Udara Terbuka Tak mengherankan jika RS Sigli luber oleh pasien. Lorong-lorong rumah sakit penuh, bahkan di antaranya ada yang dirawat di atas tikar di udara terbuka. Di mana-mana dalam lingkungan RS terlihat botol infus bergelantungan. Dan karena penderita terus bertambah pilak RS buru-buru membeli cairan itu ke Medan. Tim penanggulangan yang dibentuk Pemda bekerja cukup cepat. Di samping dengan gesit berusaha menyelamatkan yang sakit, juga regu-regu penerangan soal-soal kesehatan langsung berhadapan dengan penduduk. Kecamatan Sigli dan Kecamatan Pidi termasuk paling banyak terkena wabah penyakit itu. Sumber penyakit tampaknya tak lain dari Sungai Sigli sendiri yang selama ini dijadikan penduduk sebagai tempat mandi, cuci dan sekaligus membuang segala kotoran. Padahal akhir-akhir ini aliran air sungai ini kurang begitu lancar akibat muaranya tersumbat pasir dibawa hempasan ombak musim barat. Lingkungan hidup warga Kota Sigli juga masih jauh dari sehat. Tak heran jika semua ini membukakan pintu bagi kunjungan wabah itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus