Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Selamat Datang Si Bongsor

TNI Angkatan Darat membeli seratus tank tempur senilai Rp 2,5 triliun. Diniatkan memotong peran broker.

12 Desember 2011 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PERTEMUAN selama empat jam di Hotel Hilton, Amsterdam, Belanda, akhir September lalu menjadi awal terwujudnya keinginan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat memiliki tank perang berbadan besar. Tim yang dipimpin Wakil Kepala Staf Angkatan Darat Letnan Jenderal Budiman mengemban tugas penting membawa pulang tank tempur (main battle tank) jenis Leopard 2A6 ke Indonesia.

Sumber Tempo yang ikut dalam rapat itu mengatakan Jo Fick, Kepala Pemasaran dan Penjualan Kementerian Pertahanan Belanda, sangat antusias menjelaskan rencana menjual alat utama sistem persenjataan. "Cukup banyak yang ditawarkan Jo Fick kala itu," katanya.

Selain menjual tank tempur, Belanda ingin melego pesawat F-16, pesawat Fokker 50, dan kendaraan tempur Cheetah. Namun pembicaraan saat itu akhirnya hanya khusus membahas pembelian tank Leopard 2A6, sesuai dengan penawaran pemerintah Belanda ke Indonesia pada Juli lalu.

Pemerintah Belanda memang sedang mengurangi sistem persenjataannya dalam rangka reorganisasi sesuai dengan tuntutan Uni Eropa. Dalam surat penawaran Juli lalu, ada tawaran 150 unit tank Leopard jenis 2A6, lengkap dengan perawatan dan amunisi.

Menurut Budiman, dalam pertemuan tersebut telah dicapai kesepakatan dengan Kementerian Pertahanan Belanda untuk segera merealisasi tran­saksi itu. Namun ada satu syarat penting yang diminta pemerintah Belanda: transaksi itu dilakukan antarpemerintah dan tanpa komisi. "Kami langsung menyetujuinya," kata Budiman. "Ini sesuai dengan amanat Jenderal Pramono Edhie Wibowo (Kepala Staf Angkatan Darat)."

Pramono membenarkan soal itu. "Kami ingin menghilangkan peran broker dalam pembelian persenjataan," ujarnya kepada Tempo, Kamis pekan lalu (lihat "Jadi Presiden Itu Enggak Enak").

Sebagai main battle tank, Leopard sudah lama menjadi idaman TNI Angkatan Darat. Penggunanya adalah satuan kavaleri. "Bayangkan, selama ini, kavaleri kita tak memiliki tank berat," kata Pramono Edhie. Saat ini Angkatan Darat memiliki 100 unit tank Scorpion buatan 1980-an. Scorpion adalah tank ringan buatan Inggris. Sedangkan negara tetangga, Malaysia, telah memiliki 48 unit main battle tank T-91 buatan Ukraina, dan Singapura mempunyai 196 unit.

Ipar Presiden Susilo Bambang Yu­dhoyono itu melanjutkan, TNI Angkatan Darat memutuskan memilih Leopard karena pertimbangan teknis dan keunggulan. Menurut dia, Leopard merupakan tank tempur terbaik di dunia. "Saat ini dipakai di 15 negara di dunia," kata Pramono Edhie.

Kendati bekas, Budiman memastikan Leopard ini masih dalam keadaan baik. "Tidak pernah dipakai perang, tidak pernah dipakai latihan besar," ujarnya. Tank yang dibeli pada 2003 itu saat ini tersimpan di gudang yang terpelihara dengan baik.

Budiman menegaskan, transaksi pembelian 100 unit Leopard itu hampir rampung. Saat ini masih dilakukan negosiasi harga. "Hampir tercapai kesepakatan harga," katanya. Dia memperkirakan tahun depan semua tank itu tiba di Indonesia.

Sumber Tempo mengatakan, sejak sepuluh tahun lalu, inilah pembelian senjata dari luar negeri yang tidak melibatkan broker. Maka besar kemungkinan rencana ini bakal mendapat penolakan dari dalam negeri. "Ada info, para broker yang biasa main di sini mulai masuk ke Dewan Perwakilan Rakyat," ujarnya.

Secara kebetulan, nada sumbang itu sudah mulai terlontar dari Senayan. Salim Mengga, anggota Komisi Pertahanan DPR, mengatakan Leopard tidak sesuai dengan kondisi geografis di Indonesia. "Dengan alam yang berbukit-bukit dengan sungai dan danau, Leopard yang berat itu tidak cocok," katanya Rabu pekan lalu.

Budiman menangkis pendapat itu. "Saya sudah mencoba Leopard. Efisiensi bahan bakar dan kelincahannya adalah yang terbaik. Abrams (tank buatan Amerika Serikat) saja kalah," ujarnya. Jika memang mesti melewati pohon, tank pun akan menabrak pohon itu dan langsung melindasnya dengan kecepatan cukup tinggi.

Jembatan di desa mungkin memang tak terlalu kuat untuk dilewati. "Tapi Leopard kan bisa menyelam ke dalam air sampai 100 meter," kata Budiman.

Berat tank yang mencapai 62,5 ton memang menuai kritik karena jembatan di Jakarta dikhawatirkan tak sanggup menahan beban seberat itu. Namun, menurut Pramono Edhie, kekhawatiran itu tidak masuk akal. "Saya sudah tanya kepada yang membangun jalan, enggak jadi masalah," ujarnya.

Komandan Pusat Kesenjataan Kavaleri Brigadir Jenderal Purwadi Mukson menjelaskan, lebar rantai tank 0,6-0,8 meter, sedangkan panjang rantai 5,8-6 meter. Jika berat tank dibagi dengan luas permukaan dua rantai, tekanan yang dihasilkan tak lebih dari satu kilogram per sentimeter persegi. "Tekanan jejaknya hanya sekitar 7,64 ton per meter persegi atau 0,764 kilogram per sentimeter persegi," katanya.

Rencananya, 100 tank ini ditempatkan di Pulau Jawa. Seorang petinggi Angkatan Darat menyebutkan 38 tank akan ditempatkan di Komando Daerah Militer Jaya. Sisanya akan ditempatkan di batalion kavaleri di Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat di Jakarta, Malang, dan Pasuruan, serta untuk latihan di Baturaja dan Padalarang. "Sedangkan tank lama akan dipindahkan ke Bengkayang, Kalimantan Barat, serta ke Bulungan, Kalimantan Timur," ujarnya.

Fanny Febiana


Macan Tutul dari Jerman

Seratus tank tempur merek Leopard akan melengkapi alat utama sistem persenjataan TNI Angkatan Darat. Tank ini diproduksi Jerman pada 2000-an dan teruji tangguh dalam perang di Afganistan dan Irak.

Leopard 2A6
Spesifikasi

  • Berat: 62,5 ton
  • Kecepatan maksimal: 68 km per jam
  • Kekuatan: 1.500 HP
  • Jumlah produksi: 832 unit

    Penangkal serangan udara:

  • Peluru kaliber 7,62 mm sebanyak 4.700 butir
  • Rotasi 360 derajat
  • Remote control weapon system (RCWS)

    Senjata dan amunisi:

  • Kanon kaliber 120 mm, laras L55 smoothbore, dilengkapi dengan perangkat DM11 capability
  • Jenis amunisi: DM33, DM38/48, DM12, DM18, DM53A1, DM63, DM11, DM58, DM31

    Keterangan

  • Commander's brake: pengembangan baru untuk sistem kendali sehingga tank dapat berhenti seketika pada saat darurat oleh kendali komandan kendaraan tempur.
  • RCWS: penggunaan senjata penangkal serangan udara yang dikendalikan dari dalam tank dengan menggunakan joystick dan sistem penglihatan optronik.
  • DM11 capability: jenis peledak high explosive canggih terbaru dengan konsep ledakan yang dapat diprogram sesuai dengan jarak dan ketinggian yang diinginkan.
  • Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    Image of Tempo
    Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
    • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
    • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
    • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
    • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
    • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
    Lihat Benefit Lainnya

    Image of Tempo

    Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

    Image of Tempo
    >
    Logo Tempo
    Unduh aplikasi Tempo
    download tempo from appstoredownload tempo from playstore
    Ikuti Media Sosial Kami
    © 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
    Beranda Harian Mingguan Tempo Plus