Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
MASJID yang dibangun pada 1832 itu kini doyong, nyaris terkulai. Raden Dee Gaos, pengurus masjid kuno di Manonjaya, Tasikmalaya, Jawa Barat, itu seperti tak percaya. Gempa dengan kekuatan 7,3 pada skala Richter mengguncangnya, Rabu siang pekan lalu.
Gempa tektonik di kedalaman laut 30 kilometer, 134 kilometer barat daya Tasikmalaya, dengan episentrum 8,24 Lintang Selatan dan 107,32 Bujur Timur itu bagai godam penghancur. Wilayah selatan Jawa Barat hingga Cilacap, Jawa Tengah, porak-poranda. Bukit terban, kampung musnah, 67 penduduk tewas, 37 hilang, 444 luka, dan 27.770 mengungsi.
Puluhan ribu penduduk di Bandung, Tasikmalaya, Pangalengan, Cianjur, Garut, Ciamis, Bogor, hingga Cilacap mendadak bangkrut. Hampir 32 ribu rumah rusak berat, 15 rusak sedang, dan 55.918 rusak ringan, 836 gedung sekolah runtuh.
Meski 1.623 rumah ibadah hancur, para korban tak kehilangan iman. Mereka saling menolong, sa ling menguatkan. ”Kami kehilangan segalanya,” ka ta Utar, perempuan 74 tahun di Kampung Legok Bako, Pangalengan. Rumahnya remuk, harta ben da nya bersetai-setai. ”Tuhan tak akan menimpa kan semua ini jika kami tak mampu menerimanya.”
DUM
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo