Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Si Kaya Nikahi Si Miskin, Muhadjir Effendy: Memutus Kemiskinan

Muhadjir Effendy mengatakan pernyataannya soal si kaya menikahi si miskin hanya anjuran agar memutus rantai kemiskinan.

20 Februari 2020 | 14.18 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Menteri PMK Muhadjir Effendy memberikan kata sambutan pada Malam Syukuran dan Apresiasi Tim Kemanusiaan Pelepasan WNI dari Wuhan dengan Masyarakat Natuna di Gedung Sri Serindid, Ranai, Natuna, Kepulauan Riau, Sabtu, 15 Februari 2020. ANTARA/Muhammad Adimaja.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy mengatakan fatwa tentang pernikahan antartingkat ekonomi yang ia sebut hanyalah sebuah anjuran. Meski begitu, ia masih meyakini hal ini dapat membantu menyelesaikan masalah perekonomian di Indonesia.

"Fatwa kan artinya anjuran, saran. Silakan saja saya minta ada semacam gerakan moral bagaimana memutus mata rantai kemiskinan itu," ujar Muhadjir saat ditemui di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Kamis, 20 Februari 2020.

Karena berupa anjuran saja, Muhadjir tak ingin hal itu justru dimaknai sebagai hal yang wajib. Bahkan hal ini ia sampaikan di depan Menteri Agama Fachrul Razi secara selewat saja di acara Rapat Kerja Kesehatan Nasional di Jiexpo, Kemayoran, Jakarta Pusat, kemarin.

"Waktu itu intermezo saja saya, cobalah Pak Menag mungkin perlu ada fatwa mbok yang kaya kawin dengan yang miskin," kata Muhadjir.

Muhadjir kembali mengatakan bahwa saat ini kesadaran umum yang terjadi adalah masyarakat melakukan pernikahan sesama tingkat ekonomi yang sama. Hal ini membuat rantai kemiskinan justru berlanjut dan bukannya terputus.

Ia mengatakan, di Indonesia saat ini, ada 9,4 persen keluarga miskin, dari total 57,116 juta rumah tangga per September 2019. Angka 9,4 persen itu hampir sama saja 5 juta keluarga miskin.

"Salah satu yang saya amati, walau belum penelitian yang mendalam, perilaku ini dipengaruhi perilaku masyarakat di mana orang akan mencari kesetaraan yang kaya mencari yang sesama yang kaya, yang miskin juga cari yang miskin," kata Muhadjir.

Karena itu, ia mengatakan usulan dia ini lebih kepada gerakan moral dibanding sebuah perintah. Ia berharap gerakan moral itu bisa menghilangkan cara pandang yang menurut dia memperpanjang rantai kemiskinan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Egi Adyatama

Egi Adyatama

Bergabung dengan Tempo sejak 2015. Alumni Universitas Jenderal Soedirman ini sejak awal meliput isu politik, hukum, dan keamanan termasuk bertugas di Istana Kepresidenan selama tiga tahun. Kini menulis untuk desk politik dan salah satu host siniar Bocor Alus Politik di YouTube Tempodotco

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus