Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Soeharto dan Gus Dur Masuk Kembali dalam Kandidat Pahlawan Nasional

Mantan Presiden Soeharto dan Gus Dur kembali diusulkan untuk menyandang gelar pahlawan nasional. Berikut kiprah keduanya.

20 Maret 2025 | 16.02 WIB

Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur bersalaman dengan mantan Presiden Soeharto di rumah mantan Presiden Soeharto di Jln. Cendana, Jakarta Pusat,  8 maret 2000. TEMPO/ Rully Kesuma
Perbesar
Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur bersalaman dengan mantan Presiden Soeharto di rumah mantan Presiden Soeharto di Jln. Cendana, Jakarta Pusat, 8 maret 2000. TEMPO/ Rully Kesuma

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Sosial (Kemensos) bersama Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Pusat (TP2GP) sedang membahas pengusulan sepuluh tokoh nasional untuk menerima gelar Pahlawan Nasional. Di antara nama yang diusulkan terdapat mantan presiden RI, termasuk Soeharto dan Abdurrahman Wahid (Gus Dur).  

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut Direktur Jenderal Pemberdayaan Sosial Kemensos, Mira Riyati Kurniasih, dari sepuluh nama tersebut, empat merupakan usulan baru, sementara enam lainnya telah diajukan pada tahun-tahun sebelumnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

“Untuk 2025 sampai dengan saat ini, memang sudah ada proposal yang masuk ke kami, itu ada sepuluh. Empat pengusulan baru, dan enam adalah pengusulan kembali di tahun-tahun sebelumnya,” kata Mira Riyati, dikutip dari keterangan tertulis pada Selasa, 18 Maret 2025.

Beberapa tokoh yang kembali diusulkan, antara lain K.H. Abdurrahman Wahid (Jawa Timur), Jenderal Soeharto (Jawa Tengah), K.H. Bisri Sansuri (Jawa Timur), Idrus bin Salim Al-Jufri (Sulawesi Tengah), Teuku Abdul Hamid Azwar (Aceh), dan K.H. Abbas Abdul Jamil (Jawa Barat).

Sementara itu, empat nama baru yang diusulkan tahun ini, yaitu Anak Agung Gede Anom Mudita (Bali), Deman Tende (Sulawesi Barat), Prof. Dr. Midian Sirait (Sumatera Utara), dan K.H. Yusuf Hasim (Jawa Timur).

“Nah, semangatnya Presiden sekarang ini kan semangat kerukunan, semangat kebersamaan, semangat merangkul, semangat persatuan. Mikul duwur mendem jero,” kata Menteri Sosial Saifullah Yusuf (Gus Ipul) di Ruang Rapat Menteri, Selasa,18 Maret 2025.

Soeharto

Suharto lahir di Kemusuk, Yogyakarta, pada 8 Juni 1921 dalam keluarga sederhana. Ia menempuh pendidikan dasar di beberapa sekolah sebelum melanjutkan ke SMP Muhammadiyah Yogyakarta. Karena keterbatasan ekonomi, ia tidak dapat melanjutkan ke SMA.  

Pada usia 26 tahun, Soeharto menikah dengan Siti Hartinah yang saat itu berusia 24 tahun. Siti Hartinah adalah putri Soemoharjomo, seorang wedana di Wuryantoro sekaligus pegawai Keraton Mangkunegaran, Surakarta. Pernikahan mereka berlangsung di Solo pada 26 Desember 1947.

Karier militernya dimulai saat bergabung dengan TNI pada 5 Oktober 1945. Ia memimpin pasukan melawan Belanda dan kemudian memimpin Komando Mandala dalam operasi merebut Irian Barat pada 1961. Setelah itu, ia naik pangkat menjadi Mayor Jenderal dan diangkat sebagai Panglima Kostrad pada 1962.  

Pada 1965, Angkatan Darat mengalami perpecahan akibat pengaruh paham Nasakom yang digagas Sukarno, membagi TNI AD ke dalam kubu sayap kiri dan kanan.  

Pada 1 Oktober 1965, enam jenderal diculik dan dibunuh oleh kelompok Gerakan 30 September (G30S). Peristiwa ini mendorong Sukarno mengeluarkan Surat Perintah 11 Maret (Supersemar), yang memberi Soeharto wewenang untuk memulihkan keamanan.  

Setelah menerima Supersemar, Soeharto menjadi Panglima Kopkamtib. Pada 27 Maret 1968, MPRS melantik Soeharto sebagai Presiden RI, menandai dimulainya era Orde Baru.

Soeharto mulai menjabat sebagai Presiden RI pada 1966 dan resmi dilantik oleh MPRS pada 1968. Dalam kepemimpinannya, ia memiliki beberapa wakil presiden, dari Sultan Hamengkubuwono IX hingga B.J. Habibie. Namun, pemerintahannya kemudian dikenal dengan praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN), yang berujung pada krisis ekonomi dan akhirnya desakan rakyat dan gerakan reformasi mendorongnya mundur dari jabatan pada 1998. Kemudian, menyudahi era Orde Baru yang dipimpinnya lebih dari tiga dekade.

Soeharto meninggal dalam usia 87 tahun pada Ahad, 27 Januari 2008 pukul 13.10 WIB setelah sempat dirawat selama 23 hari di Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP), Jakarta Selatan, kemudian dimakamkan di Astana Giribangun, Karanganyar, Jawa Tengah.

Abdurrahman Wahid (Gus Dur)

Abdurrahman Wahid, atau Gus Dur, lahir di Jombang pada 7 September 1940. Ia merupakan cucu KH Hasyim Asy'ari, pendiri Nahdlatul Ulama (NU), dan putra KH A Wahid Hasyim, mantan Ketua Tanfidziyah NU dan Menteri Agama era Sukarno.  

Gus Dur menempuh pendidikan di pesantren serta beberapa negara seperti Mesir, Irak, dan Belanda, meskipun tidak memiliki ijazah perguruan tinggi. Ia banyak membawa gagasan baru ke Indonesia dan aktif menulis di media seperti Kompas dan Tempo.  

Sejak 1980-an, ia terjun ke politik dan pada 1984 terpilih sebagai Ketua PBNU. Ia dikenal kritis terhadap pemerintahan Soeharto. Pada 1998, ia mendirikan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan dicalonkan sebagai presiden pada 1999. Meskipun PKB hanya meraih 12 persen suara, ia terpilih sebagai Presiden RI ke-4.  

Sebagai presiden, Gus Dur mencabut larangan perayaan Imlek yang berlaku sejak Orde Baru. Selain itu, Konghucu juga diakui sebagai agama resmi pada masa kepemimpinannya. Gus Dur juga kembali mengubah nama Papua yang selama Orde Baru disebut “Irian Jaya”. Tak hanya itu, bendera bintang kejora juga diperbolehkan dengan catatan tidak lebih tinggi dari bendera Merah Putih.

Bapak Toleransi ini menjabat selama 21 bulan sebelum lengser. Mengidap berbagai penyakit seperti stroke dan diabetes, Gus Dur wafat pada 30 Desember 2009 dan dimakamkan di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang. Makamnya masih sering dikunjungi peziarah.

Nabiila Azzahra dan Sharisya Kusuma Rahmanda berkontribusi dalam penulisan artikel ini.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus