Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Majelis Permusyawatan Rakyat (MPR) Bambang Soesatyo menyebut Presiden ke-2 RI Soeharto layak dipertimbangkan untuk mendapat gelar pahlawan nasional. Hal ini dia sampaikan dalam momen silaturahmi pimpinan MPR dengan keluarga besar Soeharto, sekaligus menyerahkan surat jawaban untuk penghapusan nama Soeharto dari Ketetapan (TAP) XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme atau KKN.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Rasanya tidak berlebihan sekiranya mantan Presiden Soeharto dipertimbangkan oleh pemerintahan yang akan datang untuk mendapatkan anugerah gelar pahlawan nasional," kata Bambang Soesatyo atau biasa dipanggil Bamsoet di Ruang Delegasi, Gedung Nusantara IV, kompleks Senayan, Jakarta Pusat, pada Sabtu, 28 September 2024.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia mengatakan, jasa dan pengabdian Soeharto besar terhadap bangsa Indonesia. Dia menyebut perihal Soeharto yang telah memimpin Indonesia selama lebih dari tiga dekade.
"Beliau berjasa besar dalam mengantarkan bangsa Indonesia beranjak menjadi negara miskin menjadi negara berkembang," ujar Bamsoet.
Dia menyinggung kondisi Indonesia sekitar tahun 1960-an yang menjadi salah satu perjalanan tersulit bagi bangsa. Pada tahun 1963, kata dia, pertumbuhan ekonomi Indonesia terkontraksi atau minus 2,25 persen. Kemudian pada 1966, inflasi tercatat melonjak hingga 635,3 persen.
"Tahun 1967 Indonesia adalah negara miskin dengan catatan utang sebesar US$700 juta. Jadi, jauh lebih kecil dari sekarang."
Namun, Bamsoet mengklaim bahwa beratnya tantangan tersebut tak dapat menyurutkan langkah Soeharto, sehingga dapat membalikkan keadaan. Pada 1969 atau setahun setelah menjabat sebagai presiden, Bamsoet menyebut pertumbuhan ekonomi melonjak menjadi 12 persen dan inflasi ditekan menjadi kisaran 9,9 persen.
"Tahun 1976, Indonesia berhasil menjadi negara pertama di Asia Tenggara yang sukses meluncurkan satelit dan tahun 1984, Indonesia sukses swasembada pangan. Hari ini, kita sukses dengan impor," tutur politikus Partai Golkar itu.
Pilihan Editor: KSAL Ungkap Pertimbangan Sematkan Jokowi Brevet Hiu Kencana