Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Sowan PP Muhammadiyah, Partai Ummat Soroti Mekanisme Pemilu 2024

Ketua Umum Partai Ummat Ridho Rahmadi menuturkan, kedatangannya untuk bersilaturahmi sebagai partai baru.

20 Mei 2022 | 16.25 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Ridho Rahmadi. Istimewa

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah pengurus Partai Ummat menemui Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Haedar Nashir di Yogyakarta, Jumat, 20 Mei 2022. Ketua Umum Partai Ummat Ridho Rahmadi menuturkan, kedatangannya untuk bersilaturahmi sebagai partai baru.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selain itu, ia juga mengusulkan sejumlah gagasan agar dapat diteruskan PP Muhammadiyah ke forum forum internalnya dan menjadi wacana kritis masyarakat. "Salah satu bahasan yang kami sampaikan tadi ke PP Muhammadiyah soal mekanisme pemilu, untuk semakin menekan kecurangan, pelanggaran, sekaligus menghemat anggaran belanja negara," kata Ridho Rahmadi usai pertemuan yang berlangsung satu jam itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Ridho menjelaskan, dengan mempertahankan mekanisme pemilu baik legislatif maupun eksekutif seperti selama ini, akan banyak hal negatif yang akan terus berulang dan tak kunjung selesai. Ia merinci pada Pemilu 2019 tak kurang ada 20.000 pelanggaran dilaporkan ke Badan Pengawas Pemilu. "Dengan mekanisme pemilu yang sekarang, anggaran belanja negara juga pasti akan kembali membengkak," kata dia.

Saat ini, Ridho melanjutkan, untuk pelaksanaan pemilu serentak 2024 dialokasikan anggaran negara sekitar Rp 110 triliun. Jumlah ini membengkak 25 kali lipat dari pemilu 2019. "Makanya dalam pertemuan dengan PP Muhammadiyah tadi kami usulkan soal e-voting berbasis blockchain untuk pelaksanaan pemilu di masa datang," kata Ridho.

Menurutnya, pelaksaan pemungutan suara secara elektronik atau e-voting sudah sepatutnya mulai dipertimbangkan. Walaupun sistem itu pernah diterapkan di negara maju seperti Jerman -namun akhirnya Jerman kembali ke sistem konvesional karena persoalan transparansi- Ridho menilai sistem itu bisa lebih disempurnakan. Misalnya dengan sistem blockchain yang keamanan datanya terdesentralisasi.

"Dengan sistem pemilu e-voting blockchain seperti itu, untuk persoalan keamanan data lebih aman, sulit dibobol, dan melaksanakan prinsip-prinsip pemilu langsung, umum, bebas dan rahasia," kata dia.

Ridho menambahkan sistem baru pelaksaan pemilu itu penting demi menghemat anggaran negara. Ia merinci postur anggaran negara untuk KPU sebesar Rp 76 triliun. Dari jumlah itu Rp 46 triliun untuk honor tim adhoc dan Rp 16 triliun untuk material seperti kertas, tinta dan kebutuhan lain pemungutan suara.

Adapun untuk anggaran Bawaslu sebesar Rp 33 triliun. "Kalau dengan e-voting tentu anggaran besar yang dialokasikan di KPU sebesar Rp 46 triliun untuk adhoc dan Rp 16 triliun untuk material bisa lebih ditekan," kata dia. "Juga anggaran di Bawaslu bisa hemat 80 persen karena tak akan banyak pengawasan di lapangan."

Ketua Dewan Pimpinan Wilayah Partai Ummat DI Yogyakarta Dwi Kuswantoro mengungkapkan bahwa dalam pertemuan itu PP Muhammadiyah memberikan sejumlah masukan kepada partai baru besutan Amien Rais itu. "PP Muhammadiyah meminta Partai Ummat bisa seirama dengan suara masyarakat, karena seringkali suara elit berbeda dengan suara masyarakat di bawah," kata Dwi.

Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini

Kukuh S. Wibowo

Kukuh S. Wibowo

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus