Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Survei Indikator Politik Indonesia menemukan harga kebutuhan pokok yang mahal masih menjadi masalah utama masyarakat untuk diselesaikan calon gubernur Jawa Barat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Rizka Halida, peneliti utama Indikator Politik Indonesia, mengatakan harga kebutuhan pokok yang mahal menjadi perhatian masyarakat dengan 33 persen. Sedangkan susah lapangan kerja menjadi perhatian 29,8 persen masyarakat Jawa Barat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Disusul kondisi jalan rusak sebesar 11,4 persen,” kata Rizka dalam konferensi pers survei Indikator Politik Indonesia, Kamis, 21 November 2024.
Survei Indikator Politik Indonesia untuk Pilkada Jawa Barat dilakukan pada periode 14-20 November 2024. Survei ini melibatkan 800 responden yang memiliki hak pilih atau minimal usia 17 tahun dengan metode simple random sampling. Adapun margin of error -/+ 3,5 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Dalam survei ini, Dedi Mulyadi masih unggul sebagai calon gubernur Jawa Barat. Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi, mengatakan dalam simulasi top of mind, sebanyak 55,3 persen responden langsung menyebut Dedi Mulyadi ketika ditanya siapa yang akan mereka pilih tanpa disodorkan daftar nama lain. Angka ini lebih tinggi dari survei sebelumnya, 3-12 Oktober 2024, di mana hanya 47,5 persen yang menyebut nama Dedi secara spontan untuk calon gubernur.
“Tanpa harus di-brief melalui simulasi surat suara, mereka sudah bisa menyebut nama Dedi Mulyadi di angka 55,3 persen,” kata Burhanuddin.
Sedangkan Ahmad Syaikhu menempati posisi kedua dalam simulasi top of mind, yakni 12,1 persen dari sebelumnya 9 persen pada survei Oktober. Burhanuddin mengatakan dua nama tersebut memiliki kenaikan pemilih yang kuat atau strong voters. Sebab, mereka menyebut dua nama tersebut secara spontan tanpa dibeberkan opsi nama-nama calon.
Adapun nama-nama lain cenderung stagnan pada simulasi top of mind, seperti Acep Adang Ruhiat (2,2 persen), Jeje Wiradinata (1,9 persen), dan Ilham Akbar Habibie (0,6 persen).
Nama Dedi juga masih memimpin dalam simulasi 8 nama, 4 nama calon gubernur dan 4 nama calon wakil gubernur. Dedi unggul dengan 66,8 persen, meskipun ada penurunan kecil dari sebelumnya 70 persen. Sedangkan Ahmad Syaikhu naik menjadi 14,2 persen dari sebelumnya 12 persen. Enam nama lain jauh tertinggal, yakni Jeje Wiradinata (3,1 persen), Acep Adang Ruhiat (2,9 persen), Erwan Setiawan (2 persen), Ilham Habibie (0,6 persen), Gitalis Dwi Natarina (0,1 persen), dan Ronal Surapradja (0 persen). Adapun tidak tahu atau tidak menjawab ada 10,3 persen.
Pasangan Dedi Mulyadi-Erwan Setiawan juga unggul jauh dalam simulasi surat suara atau empat pasang calon. Pasangan ini unggul 71,5 persen disusul pasangan Ahmad Syaikhu-Ilham Akbar Habibie dengan 16,4 persen. Sedangkan pasangan Acep Adang Ruhiat-Gitalis Dwi Natarina memperoleh 4,4 persen, beda tipis dengan Jeje Wiradinata-Ronal Surapradja sebesar 4 persen. Adapun sebanyak 3,7 persen responden dalam simulasi surat suara ini menjawab tidak tahu atau tidak menjawab.
Dalam survei yang dilakukan Litbang Kompas pada 1-9 November juga menyatakan Dedi Mulyadi dan Erwan Setiawan unggul dengan elektabilitas 65 persen. Adapun elektabilitas Syaikhu-Ilham 9 persen, Jeje-Ronal 4,6 persen, dan Acep-Gita 4,1 persen. Ada 17,3 persen responden yang belum menyatakan pilihannya.
Survei Litbang Kompas melibatkan 630 responden dipilih secara acak menggunakan metode pencuplikan sistematis di survei ini. Margin of error penelitian sekitar 3,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.
Pilihan Editor: Alasan Ridwan Kamil Akan Mencoblos di Jawa Barat dan Bukan di Jakarta