Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
ADA banyak cara menyelesaikan pertempuran. Tak selalu harus di medan laga, meja makan bisa dipilih sebagai alternatif yang lebih damai?lebih nikmat dan tanpa korban. Ahad dua pekan silam, Akbar Tandjung dan Wiranto sepakat memakai santap malam sebagai babak penutup rivalitas mereka. Keduanya sudah bertempur dalam konvensi Partai Golkar, dan Wiranto yang terpilih sebagai kandidat presiden partai itu.
Yang menjadi tuan rumah malam itu adalah Akbar, di rumahnya di kawasan Widya Candra, Jakarta Selatan. Akbar mempercayakan urusan dapur kepada istrinya, Krisnina Maharani, yang sangat akrab menjamu Wiranto dan juga sang istri, Rugaya. Maka, ketegangan yang tampak jelas ketika konvensi berjalan pun kontan luruh. "Semuanya selesai setelah makan malam," kata Ketua Golkar Marzuki Darusman kepada TEMPO, Rabu lalu.
Makan malam mendamaikan segalanya. Pendukung Akbar dan tim sukses Wiranto pun kelihatan melebur ke dalam rapat partai itu, Senin malam pekan lalu. Kata Berliana Kartakusumah, anggota tim sukses Wiranto, "Pertemuan pertama berlangsung hangat, ketegangan langsung cair," ujarnya.
Pembahasan pun lebih fokus: mencari calon wakil presiden yang akan mendampingi Wiranto maju ke pemilu presiden 5 Juli. Agenda yang tak kalah penting untuk meraih Istana juga dibahas, membentuk tim sukses yang akan mulai melakukan lobi dan persiapan kampanye. Maklum, Wiranto sampai akhir pekan ini belum punya calon "pendamping". Lamaran Wiranto untuk Hasyim Muzadi, Ketua Umum Nahdlatul Ulama, besar kemungkinan sudah didahului Megawati.
Kerja keras pun membayang. Untuk itu, Golkar mengajukan tujuh pejabat untuk menyusun tim gabungan: Akbar, Sekretaris Jenderal Budi Harsono, Koordinator Bidang Politik Mahadi Sinambela, Koordinator Bidang Organisasi Agung Laksono, Ketua Badan Pemenangan Pemilu Slamet Effendy Yusuf, Bendahara Umum M.S. Hidayat, dan Ketua Fraksi Golkar DPR M. Hatta. Namun, sebagai penyusun strukturnya ditunjuk Slamet Effendy. Adapun dari tim sukses Wiranto, yang diminta jadi wakil "perundingan" bekas Wakil Panglima TNI Jenderal (Purn.) Fachrul Razy.
Menurut Slamet Effendy, tulang punggung tim sukses nantinya tetap struktur Golkar. Selain di pusat, tim sukses juga menjalar sampai ke kabupaten dan provinsi. Ketua Golkar setempat akan menjadi pemimpin tim sukses di wilayah masing-masing.
Maka, di pusat, yang akan turun tangan adalah Ketua Umum Akbar Tandjung, yang menjabat penanggung jawab "tim kampanye Pemilu 2004". Akbar akan bekerja bersama calon presiden, Wiranto, dan calon wakil presiden. Susunan ini memang sedikit lain dibandingkan dengan ketentuan Undang-Undang Pemilu Presiden dan Wakil Presiden Nomor 23/2003, yang jelas menyebut bahwa penanggung jawab tim sukses adalah calon presiden dan wakil presiden. Tapi Slamet Effendy yakin bahwa "tiga sekawan" itu tak akan membuat repot koordinasi. "Ah, buktinya kami bisa bekerja," ujarnya.
Hanya dalam empat hari, duet Slamet-Fachrul mampu menyusun "kabinet". Lalu tim menggelar rapat pertama pada esok siangnya, di markas Wiranto di Gedung Imperium lantai 21. Tim berisi gabungan kedua kubu, meski didominasi elite Partai Kuning. "Saya sudah minta kepada Pak Wiranto agar tim dipimpin oleh fungsionaris Golkar," kata Akbar, Rabu lalu.
Benar juga. Slamet menjabat ketua, wakilnya Fachrul Razy dan figur dari tim sukses calon wakil presiden?yang belum "ditemukan". Jajaran pimpinan tim juga berisi pejabat Beringin. Posisi sekretaris ditempati "orang Wiranto", Afandi, wakilnya Rully dan Andi Mattalata. Bendaharanya, Benny Pranoto, juga dari Wiranto, dibantu Setya Novanto dan Nurul Arifin. "Semua posisi ada cadangan buat tim calon wakil presiden," tutur Slamet.
Di bawah pengurus elite tadi ada koordinator di enam wilayah, yakni Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Bali-Nusa Tenggara, serta Maluku-Papua. Sembilan bidang pun sudah disiapkan untuk memperkuat kerja tim, empat di antaranya dipimpin "orang Imperium". Bidang itu meliputi perencanaan, operasional, logistik, dan penanganan isu aktual. "Kubu" Wiranto mengaku tak ada masalah. "Pak Wiranto jadi tanggung jawab Golkar," ujar Berliana.
Wiranto memang harus bisa bekerja sama dengan Golkar kalau ia mau sukses, ketimbang "digembosi", misalnya. Dan menarik ditunggu apakah tim sukses Golkar mampu mengantar Wiranto merebut impiannya?.
Jobpie Sugiharto
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo