Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Pendidikan

Universitas Asean ? $ 400 juta ?

Pulau Batam direncanakan sebagai tempat universitas asean. Persatuan para alumni dari Jepang sudah menghubungi pemerintah Jepang untuk minta bantuan dana. (pdk)

23 April 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

PULAU Batam yang nyaris mubazir - setelah banyak proyek Pertarnina yang didrop - rupanya mau dihidupkan. Di sana akan didirikan Universitas Asia Tenggara. Gagasan ini muncul ketika Persatuan Para Alumni Dari Jepang (Persada) mengadakan reuninya yang pertama. 12 April kemarin. Memang luar biasa. Sebab selain pemerintah Jepang akan memberikan bantuan sebesar 400 juta dolar, universitas yang akan makan tanah seluas 1450 ha itu diharapkan bisa menampung mahasiswa sebanyak 30 ribu orang. Jumlah ini lebih besar dibanding dengan daya tampung 40 universitas negeri ditambah lebih 300 perguruan tinggi swasta. Sebab mereka tahun lalu hanya mampu menerima 26 ribu dari 8 ribu calon mahasiswa yang mendaftar. Universitas yang gagasannya diprakarsai oleh Persada-Persada dari Indonesia, Pilipina. Singapura. Malaysia dan Muangthai itu rencananya merupakan perguruan tinggi yang lengkap dengan asrama. Di sana tidak ada fakultas. Setiap disiplin ilmu merupakan "school" misalnya School of Agriculture, Medicine, Comparative Religions, Law, Economic dan lain-lain. "Gagasan ini sudah didatangkan menjadi rencana yang kongkrit", ucap Omar Tusin, Ketua Umum II Persada. Bahkan Omar mengaku telah bertemu dengan Perdana Menteri Takeo Fukuda. "Pertemuan itu lancar dan bisa diatur", katanya. Buat apa universitas ini? Ini, demikian Omar Tusin, merupakan cara untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. "Keadaan mutu pendidikan kita kaul, ya begitulah", ucapnya. Lagi pula menurut Omar Tusin, berdirinya universitas ini untuk menunjukkan kepada negara-negara maju, bahwa negeri-negeri tropis bukan punya orang bodoh melulu. Kepada Khoe Hak Liep dari TEMPO di Singapura, Omar Tusin bahkan menyebut telah minta kesediaan Bekas Wakil Presiden Mohamad Hatta untuk menjadi rektornya yang pertama. Namun pembangun universitas yang akan makan waktu lima tahun nampaknya terlalu lama bagi Hatta yang sudah tua itu untuk menunggunya. Hatta menolak. Dan Carlos Romulo, Menteri Luarnegeri dan negarawan Pilipina, sudah dicalonkan sebagai rektor universitas tersebut oleh delegasi Pilipina. Bagi Departemen P&K, Hatta atau Romulo yang akan jadi rektor bukan merupakan soal. "Setiap usaha untuk menambah kesempatan belajar, kita sambut baik", ucap Direktur Jenderal Pendikan Tinggi Prof. Doddy Tisna Amidjaja. Tapi ia mengaku belum pernah dihubungi oleh Persada. Menurut Doddy, selain harus dipertanyakan sampai seberapa jauh keterikatan negara Asia Tenggara terhadap universitas itu nanti, juga perlu ditanya apakah program pendidikannya cukup relevan dengan kepentingan negara yang bersangkutan. Tak Usah Malu Tapi kenapa gagasan ini dilontarkan tiba-tiba? "Persada memang perlu kerja cepat", ujar ir. H.W. Tohir, Ketua Lembaga Persahabatan Indonesia - Jepang, "karena Pilipina sangat berminat untuk minta dana yang serupa dari Jepang bagi universitas di negerinya". Diakui memang belum ada pembicaraan resmi antara pemerintah Indonesia dan Jepan mengenai rencana pendirian universitas tersebut. Namun inisiatif dilakukan oleh Persada dulu, sebagai badan tidak resmi, agar bila gagal tidak usah malu. Setelah nanti ada kesanggupan Jepang untuk membantu, "baru urusan dengan P&K digarap", ucap Tohir. "Yang penting sekarang dapatkan dana itu dulu". Bagaimana tanggapan Jepang? Menurut Hiroharu Hashi, Atase Pers pada Kedutaan Besar Jepang di Jakarta, gagasan pendirian universitas itu sudah beberapa kali disiarkan oleh pers Jepang. Namun biarpun diakui sudah ada Pembicaraan antara Omar Tusin dan Perdana Menteri Fukuda, Hashi menganggap sampai saat ini pemerintahnya belum memikirkan universitas Asia Tenggara itu. "Karena belum ada pemlintaan resmi dari pemerintah manapun", katanya, "sebab idealnya pemerintah-pemerintah Asean lah yang harus minta kepada Jepang, karena ide itu merupakan salah satu cara pendekatan Asean - Jepang. Kalau Persada saja yang minta pada pemerintah Jepang, kami tidak bisa layani". Nampaknya gagasan Universitas Asia Tenggara ini, masih tanda tanya. Meskipun seperti yang dibilang Prof. Doddy Tisna Amidjaja, sepanjang tujuannya untuk menambah kesempatan pendidikan, bisa didukung. Soalnya, maukah Jepang memberikan dana sebesar yang diminta itu, bila diingat rencana Universitas PBB di Tokyo saja. sampai saat ini, baru diberi bantuan sebesar $ 100 ribu dolar.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus