PULAU Batam yang nyaris mubazir - setelah banyak proyek
Pertarnina yang didrop - rupanya mau dihidupkan. Di sana akan
didirikan Universitas Asia Tenggara. Gagasan ini muncul ketika
Persatuan Para Alumni Dari Jepang (Persada) mengadakan reuninya
yang pertama. 12 April kemarin.
Memang luar biasa. Sebab selain pemerintah Jepang akan
memberikan bantuan sebesar 400 juta dolar, universitas yang
akan makan tanah seluas 1450 ha itu diharapkan bisa menampung
mahasiswa sebanyak 30 ribu orang. Jumlah ini lebih besar
dibanding dengan daya tampung 40 universitas negeri ditambah
lebih 300 perguruan tinggi swasta.
Sebab mereka tahun lalu hanya mampu menerima 26 ribu dari 8
ribu calon mahasiswa yang mendaftar.
Universitas yang gagasannya diprakarsai oleh Persada-Persada
dari Indonesia, Pilipina. Singapura. Malaysia dan Muangthai itu
rencananya merupakan perguruan tinggi yang lengkap dengan
asrama. Di sana tidak ada fakultas.
Setiap disiplin ilmu merupakan "school" misalnya School of
Agriculture, Medicine, Comparative Religions, Law, Economic
dan lain-lain. "Gagasan ini sudah didatangkan menjadi rencana
yang kongkrit", ucap Omar Tusin, Ketua Umum II Persada. Bahkan
Omar mengaku telah bertemu dengan Perdana Menteri Takeo Fukuda.
"Pertemuan itu lancar dan bisa diatur", katanya.
Buat apa universitas ini? Ini, demikian Omar Tusin, merupakan
cara untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. "Keadaan
mutu pendidikan kita kaul, ya begitulah", ucapnya. Lagi pula
menurut Omar Tusin, berdirinya universitas ini untuk menunjukkan
kepada negara-negara maju, bahwa negeri-negeri tropis bukan
punya orang bodoh melulu.
Kepada Khoe Hak Liep dari TEMPO di Singapura, Omar Tusin bahkan
menyebut telah minta kesediaan Bekas Wakil Presiden Mohamad
Hatta untuk menjadi rektornya yang pertama. Namun pembangun
universitas yang akan makan waktu lima tahun nampaknya terlalu
lama bagi Hatta yang sudah tua itu untuk menunggunya. Hatta
menolak. Dan Carlos Romulo, Menteri Luarnegeri dan negarawan
Pilipina, sudah dicalonkan sebagai rektor universitas tersebut
oleh delegasi Pilipina.
Bagi Departemen P&K, Hatta atau Romulo yang akan jadi rektor
bukan merupakan soal. "Setiap usaha untuk menambah kesempatan
belajar, kita sambut baik", ucap Direktur Jenderal Pendikan
Tinggi Prof. Doddy Tisna Amidjaja. Tapi ia mengaku belum pernah
dihubungi oleh Persada. Menurut Doddy, selain harus
dipertanyakan sampai seberapa jauh keterikatan negara Asia
Tenggara terhadap universitas itu nanti, juga perlu ditanya
apakah program pendidikannya cukup relevan dengan kepentingan
negara yang bersangkutan.
Tak Usah Malu
Tapi kenapa gagasan ini dilontarkan tiba-tiba? "Persada memang
perlu kerja cepat", ujar ir. H.W. Tohir, Ketua Lembaga
Persahabatan Indonesia - Jepang, "karena Pilipina sangat
berminat untuk minta dana yang serupa dari Jepang bagi
universitas di negerinya". Diakui memang belum ada pembicaraan
resmi antara pemerintah Indonesia dan Jepan mengenai rencana
pendirian universitas tersebut. Namun inisiatif dilakukan oleh
Persada dulu, sebagai badan tidak resmi, agar bila gagal tidak
usah malu. Setelah nanti ada kesanggupan Jepang untuk membantu,
"baru urusan dengan P&K digarap", ucap Tohir. "Yang penting
sekarang dapatkan dana itu dulu".
Bagaimana tanggapan Jepang? Menurut Hiroharu Hashi, Atase Pers
pada Kedutaan Besar Jepang di Jakarta, gagasan pendirian
universitas itu sudah beberapa kali disiarkan oleh pers Jepang.
Namun biarpun diakui sudah ada Pembicaraan antara Omar Tusin dan
Perdana Menteri Fukuda, Hashi menganggap sampai saat ini
pemerintahnya belum memikirkan universitas Asia Tenggara itu.
"Karena belum ada pemlintaan resmi dari pemerintah manapun",
katanya, "sebab idealnya pemerintah-pemerintah Asean lah yang
harus minta kepada Jepang, karena ide itu merupakan salah satu
cara pendekatan Asean - Jepang. Kalau Persada saja yang minta
pada pemerintah Jepang, kami tidak bisa layani".
Nampaknya gagasan Universitas Asia Tenggara ini, masih tanda
tanya. Meskipun seperti yang dibilang Prof. Doddy Tisna
Amidjaja, sepanjang tujuannya untuk menambah kesempatan
pendidikan, bisa didukung. Soalnya, maukah Jepang memberikan
dana sebesar yang diminta itu, bila diingat rencana Universitas
PBB di Tokyo saja. sampai saat ini, baru diberi bantuan sebesar
$ 100 ribu dolar.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini