Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Wahana Lingkungan Hidup atau Walhi mengkritik berjalannya 100 hari pemerintahan Prabowo Subianto yang tidak mengoreksi kebijakan bermasalah di pemerintahan terdahulu. Kepala Divisi Bidang Pelibatan Publik Eksekutif Nasional Walhi Adam Kurniawan menilai bahwa masa-masa awal pemerintahan Prabowo justru melanjutkan perusakan lingkungan yang terjadi di era pemerintahan Jokowi.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Kami melihat kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan oleh Jokowi, yang berkontribusi terhadap perusakan lingkungan dan perampasan ruang hidup rakyat belum ada yang dikoreksi," katanya dalam peluncuran tinjauan lingkungan hidup, di kawasan Jakarta Pusat pada Kamis, 16 Januari 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia menyinggung ihwal proyek strategis nasional atau PSN dan food estate yang telah merusak lingkungan hidup. Padahal, menurut dia, proyek food estate itu terbukti gagal dan tidak mampu menjadi solusi negara untuk ketahanan pangan.
"Prabowo malah memperluas skalanya, itu berarti Prabowo memutuskan untuk melanjutkan kebijakan-kebijakan Jokowi yang terbukti membawa bencana," ucap Adam.
Prabowo Subianto dilantik sebagai presiden oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat atau MPR pada 20 Oktober 2024. Dia dilantik bersama dengan wakilnya yang juga putra sulung Jokowi, Gibran Rakabuming Raka.
Dalam pidato kenegaraan perdananya usai dilantik, Prabowo terpantau tidak menyinggung komitmennya ihwal lingkungan. Dalam kurang lebih 50 menit berpidato sebagai Presiden ke-8, aspek lingkungan tidak termasuk hal yang ia singgung.
Melalui pidato tersebut, Prabowo membahas soal hambatan dan ancaman yang sedang dihadapi bangsa Indonesia. Dia menyebut tantangan tersebut bukanlah tantangan yang ringan. Tantangan itu, kata Prabowo, bisa berasal dari luar atau dalam bangsa Indonesia. Beberapa permasalahan yang sempat Prabowo singgung di antaranya soal korupsi, kemiskinan, pangan, air, energi, gizi anak-anak, dan sejumlah problem lainnya.
Prabowo menyatakan bangsa Indonesia tidak boleh menutup mata terhadap semua permasalahan yang ada. “Kita tidak boleh memiliki sikap seperti burung unta, kalau melihat sesuatu yang tidak enak memasukkan kepalanya ke dalam tanah. Mari kita menatap ancaman dan bahaya dengan gagah,” ujar mantan Danjen Kopassus itu.
Meskipun sempat membahas swasembada pangan, swasembada energi, serta kekayaan alam, pidato tersebut tidak menyinggung soal kelestarian dan daya dukung lingkungan. Kata ‘lingkungan’ juga tidak terucap. Sementara itu, salah satu hal yang ditekankan Prabowo adalah hilirisasi komoditas dalam menambah kekuatan ekonomi.