Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Kami Salah karena Tak Tahu Penyebabnya

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjelaskan kasus gagal ginjal anak akibat meminum obat sirop.

23 Oktober 2022 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

KEMENTERIAN Kesehatan mulai menelisik penyebab kasus gagal ginjal akut atau acute kidney injury pada awal September lalu. Sebulan sebelumnya, angka kasus gagal ginjal anak melonjak 720 persen dibanding pada Juli, yaitu dari lima menjadi 36 kasus. Hingga Jumat, 21 Oktober lalu, Kementerian mencatat ada 241 kasus gagal ginjal pada anak, 133 di antaranya meninggal.

Wawancara Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dengan wartawan Tempo, Hussein Abri Dongoran, berlangsung di rumah dinasnya pada Kamis, 20 Oktober lalu. Menteri Budi Gunadi menjelaskan persoalan di balik kasus gagal ginjal akut pada anak. 

Kapan Kementerian Kesehatan menerima laporan kasus gangguan ginjal akut yang terjadi pada anak-anak?
Kami sudah mendengar kasus ini dari akhir Agustus. Angka gagal ginjal anak baru naik pada Agustus dibanding pada bulan sebelumnya. Kami lalu menggelar rapat awal September. Tapi saat itu masih gelap.

Kenapa gelap?
Kami belum tahu penyebab dan arah penyakit ini ke mana. Kementerian Kesehatan sudah melakukan tes patogen secara panel untuk mengetahui penyebab penyakit ini. Tes patogen itu dilakukan dengan melihat pengalaman kita saat merebaknya pandemi Covid-19. Kami berpikir pandemi itu berasal dari virus, bakteri, dan parasit.

Apa hasil tes patogen itu?
Penyebab penyakit tidak ketemu saat pengecekan virus, bakteri, ataupun parasit.

Baca: Dokter Radiologi Tak Bisa Praktek Akibat Konflik IDI dan Dokter Terawan

Bagaimana Kementerian Kesehatan akhirnya mengetahui penyebab gagal ginjal akut?
Kami baru tahu penyebabnya setelah ada kasus serupa di Gambia. Ternyata tesnya bukan patogen, tapi tes toksik untuk mengetahui penyebab racun di dalam tubuh.

Kementerian Kesehatan dianggap telat bereaksi dan mencari penyebab penyakit. Bagaimana tanggapan Anda?
Enggak. Tapi kami salah karena enggak tahu penyebab penyakitnya. Kami punya dugaan, ternyata bukan itu.

Tim surveilans Kementerian Kesehatan dianggap tak bekerja karena tak memiliki data dan menggunakan data Ikatan Dokter Anak Indonesia. Bagaimana tanggapan Anda?
Untuk Covid-19, tim surveilans kami lumayan dibandingkan dengan negara lain. Ini masih bagus. Kalau sempurna itu kan Tuhan.

Ada perkiraan berapa angka kasus sesungguhnya?
Bisa naik empat-lima kali lipat. Tim surveilans kami masih jalan. Saya sudah minta mereka bergerak, mencatat pasien, nama obat yang dikonsumsi untuk pengecekan lebih lanjut.

Anda sudah berbicara dengan perwakilan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO)?
Iya, saya ajak perwakilan WHO Indonesia, Paranietharan, rapat. Dia menjelaskan masalah ini dan kasus ini pernah terjadi sebelumnya, termasuk di Gambia. Dia juga menjelaskan bahwa enggak benar gagal ginjal akut terjadi karena Covid-19.

Baca: Mengapa Dokter Terawan Membangkang?

Bagaimana Anda akhirnya menyetop penggunaan obat sirop?
Kami harus bergerak cepat untuk melindungi anak-anak. Ini kan obatnya masih banyak yang diteliti secara kuantitatif untuk dicek kandungan berbahaya di dalamnya. Saya ngomong ke mana-mana, kalau punya anak dan cucu meninggal bagaimana? Yang meninggal sehari bisa 10-20 anak dan angka kematian mencapai 55 persen. Kalau penyetopan obat ditunda sehari bisa banyak yang meninggal. Meski data belum lengkap, I have to make a judgment to save life. I know it’s not popular.

Kasus gagal ginjal akut ini diduga juga terjadi karena kelangkaan zat aman, polietilena glikol?
Saya dengar juga begitu. Saya sudah cek sama ahli-ahlinya. Paling besar impurities (cemaran) itu dari bahan baku. Pasti ada apa-apa dari bahan baku. Kalau dari dulu aman, kok sekarang bisa begini? Selain itu, ini kan ada global value change setelah masa Covid-19. (Yang langka) bukan hanya polietilena glikol, tapi juga yang lain seperti transistor. Masalah ini harus ditanyakan ke BPOM, Badan Pengawas Obat dan Makanan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Hussein Abri Dongoran

Hussein Abri Dongoran

Bergabung dengan Tempo sejak April 2014, lulusan Universitas Pasundan, Bandung, ini banyak meliput isu politik dan keamanan. Reportasenya ke kamp pengungsian dan tahanan ISIS di Irak dan Suriah pada 2019 dimuat sebagai laporan utama majalah Tempo bertajuk Para Pengejar Mimpi ISIS.

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus