Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Pada Rabu 26 Mei 2021 kita melihat fenomena alam yang langka yaitu gerhana bulan total. Gerhana bulan secara astronomi terjadi jika matahari, bumi, dan bulan berada pada suatu garis lurus.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Mengingat bahwa Bulan tidak memancarkan cahaya dari dirinya sendiri. Bulan hanya memantulkan cahaya yang diterimanya dari matahari.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Jadi ketika bumi terletak di antara bulan dan matahari, maka tidak ada cahaya matahari yang diterima oleh bulan yang menyebabkan tidak ada cahaya yang mengenai dirinya, dan pantulan cahaya dari bulan pun tidak akan ada.
Gerhana bulan ini juga biasa terjadi pada saat fase bulan purnama, namun tidak setiap bulan purnama akan terjadi gerhana bulan. Hal ini disebabkan bidang orbit bulan yang mengitari bumi tidak sejajar dengan bidang orbit bumi mengitari matahari, tetapi miring dengan sudut kemiringan sebesar 5 derajat.
Itu merupakan pandangan astronomi, menurut agama Islam, gerhana adalah bukti kebesaran Allah SWT.
Dijelaskan di dalam Q.S. Yasin ayat 40, Allah SWT berfirman, "Tidaklah mungkin bagi matahari mengejar bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Masing-masing beredar pada garis edarnya (orbit)."
Dalam sebuah khutbah salat gerhana yang dilansir dari situs kemenag.go.id, ayat 40 dalam surah Yasin tersebut menjelaskan bahwa terjadinya gerhana adalah ketika matahari, bulan, dan bumi berada di satu garis lurus. Jika bulan menghalangi cahaya matahari ke bumi, maka itu adalah gerhana matahari. Jika bumi menghalangi cahaya matahari sampai ke bulan maka disebut dengan gerhana bulan.
Dijelaskan juga jika Allah SWT menciptakan bulan sebagai cahaya, matahari sebagai sumber cahaya, dan Allah menciptakan orbit atau garis edar segala benda langit untuk kehidupan manusia di bumi, dan sebagai tanda kekuasaan Allah bagi orang-orang yang berfikir.
Selain itu Nabi Muhammad SAW juga mengajak umatnya memerintahkan untuk berdoa kepada Allah, mendirikan salat sunnah gerhana, bertakbir dan bersedeka bila terjadi gerhana yang disebutkan dalam riwayat Imam al-Bukhari yang berbunyi, "Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda dari tanda-tanda kebesaran Allah, dan tidak akan mengalami gerhana disebabkan karena mati atau hidupnya seseorang. Jika kalian melihat gerhana, maka banyaklah berdoa kepada Allah, bertakbirlah, dirikan shalat dan bersedekahlah."
Mengenai gerhana ini juga Nabi Muhammad mengajarkan untuk menghadirkan rasa takut kepada Allah SWT. Sebab, peristiwa tersebut mengingatkan kita akan tanda-tanda kejadian hari kiamat, atau karena takut azab Allah diturunkan akibat dosa-dosa yang dilakukan. Jadi fenomena alam seperti gerhana bulan tersebut bisa dijadikan sebagai bahan renungan agar lebih beriman dan menjadi lebih baik ke depannya.
Sedikit kisah tentang apa yang pernah disaksikan Nabi Muhammad SAW dalam Salat Kusuf, diriwayatkan bahwa dalam Salat Kusuf, Rasulullah SAW diperlihatkan oleh Allah, surga dan neraka.
Bahkan kala melaksanakan salat gerhana, beliau ingin mengambil setangkai dahan dari surga untuk diperlihatkan kepada mereka. Kemudian beliau juga diperlihatkan berbagai bentuk azab yang ditimpakan kepada ahli neraka. Karena itu, dalam salah satu khutbahnya selesai salat gerhana, beliau bersabda, "Wahai umat Muhammad, demi Allah, jika kalian mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis." (H.R. Muttafaq alaih).
TEGUH ARIF ROMADHON