Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sayyed Munir, seorang penggali kubur di Kota Mumbai, India, sudah tidak lagi menggunakan APD saat menggali kubur bagi pasien-pasien Covid-19, yang wafat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Saya sudah tidak takut lagi dengan Covid-19. Saya bekerja dengan keberanian. Ini semua tentang keberanian, bukan soal ketakutan,” kata Munir, 52 tahun, yang sudah bekerja sebagai penggali kubur selama 25 tahun.
'We have been out of the house since 2 a.m. There is no oxygen anywhere in Delhi. Finally we reached here. I kept telling them Mummy is serious...' Shruti Saha said, weeping.
— Reuters (@Reuters) April 29, 2021
Her desperate search for oxygen in Delhi ends in grief https://t.co/egKCo80cg9 1/5 pic.twitter.com/uCopNTf1Qe
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
India tengah menghadapi gelombang pandemi Covid-19 kedua, dimana kasus harian Covid-19 di sana setidaknya 300 ribu per hari. Kasus positif Covid-19 di India secara keseluruhan sudah menembus 18 juta kasus.
Sistem kesehatan India dan tempat-tempa krematorium di India, sudah kewalahan. Di Kota Delhi, ambulan sampai membuat jadwal kerja bergilir untuk mengambil jenazah-jenazah pasien Covid-19 dan membawanya ke tempat pemakaman.
Kerabat menurunkan jenazah seseorang yang meninggal akibat Covid-19 ke sebuah kuburan di sebuah kuburan di Mumbai, India, Rabu, 28 April 2021. Selain petugas krematorium, para penggali kuburan di India harus bekerja keras untuk menyediakan liang lahat bagi jenazah Covid-19. REUTERS/Francis Mascarenhas
Kamaruddin mengatakan dia dan teman-teman penggali kubur bekerja tanpa kenal waktu untuk memakamkan jenazah-jenazah pasien Covid-19.
“Ini hanya pekerjaan. Membawa jenazahnya, memindahkan ke ambulan dan memamkamkannya,” kata Munir, yang mengaku belum sempat libur.
Kendati saat ini sedang bulan Ramadan, Munir mengatakan dia tetap melaksanakan pekerjaannya. Meski cuaca sedang panas pun, itu tak membuatnya membatalkan puasa.
“Pekerjaan saya sangat berat. Saya merasa haus, namun saya harus menggali kubur dan memakamkan jenazah. Dengan semua pekerjaan ini, bagaimana saya bisa berpuasa?,” kata Munir.
Kendati pekerjaannya sebagai penggali kubur cukup berat, apalagi di bulan Ramadan, dia bertekad untuk tidak membatalkan puasanya. Dia pun tak berharap lebih dari pemerintah dalam waktu dekat.
“Keimanan kami sangat kuat. Pemerintah tidak akan memberi kami apa-apa dan kami pun tidak ingin apapun,” kata Munir.
Sumber: Reuters