Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Hari ini dan besok, 20-21 Maret 2025 ada fenomena equinox di wilayah Indonesia. Antara lain, khususnya tepat melintasi langit Sumatera Selatan.
Saat Bumi bergerak mengelilingi Matahari dalam orbitnya, posisi Matahari tidak selalu berada di atas garis khatulistiwa. Dalam perjalanannya, Matahari terkadang berada di sebelah utara garis khatulistiwa, dan di waktu lainnya, posisi Matahari akan bergeser ke selatan khatulistiwa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Perubahan posisi Matahari ini menciptakan tiga fenomena astronomi yang penting, yaitu equinox, solstis musim panas, dan solstis musim dingin, yang menandai perubahan-perubahan penting dalam siklus tahunan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dilansir dari Antara, equinox merupakan fenomena yang terjadi ketika Matahari tepat berada di atas garis khatulistiwa. Pada momen ini, durasi siang dan malam hampir sama di seluruh dunia. Kata "equinox" berasal dari bahasa Latin, yakni "aequus" yang berarti "sama" dan "nox" yang berarti "malam".
Equinox terjadi dua kali dalam setahun, pada sekitar 20 Maret yang disebut ekuinox vernal (musim semi) dan sekitar 23 September yang disebut ekuinoks autumnal, yang menandai dimulainya musim gugur di belahan Bumi utara. Pada kedua peristiwa ini, intensitas cahaya matahari yang diterima di seluruh permukaan Bumi relatif merata, menciptakan kondisi di mana durasi siang dan malam hampir identik di hampir semua tempat di Bumi.
Solstis musim panas atau summer solstice terjadi pada sekitar 20 atau 21 Juni di belahan Bumi utara. Pada saat terjadinya solstis ini, Matahari mencapai titik terjauh di utara dari garis khatulistiwa, yang menyebabkan durasi siang hari menjadi yang terpanjang sepanjang tahun, sementara malam hari menjadi yang terpendek. Fenomena ini menandakan dimulainya musim panas di belahan Bumi utara. Pada saat yang sama, di belahan Bumi selatan, fenomena ini menandai dimulainya musim dingin, dengan durasi malam yang lebih panjang daripada siang
Solstis musim dingin atau winter solstice terjadi pada sekitar 21 atau 22 Desember di belahan Bumi utara. Pada fenomena ini, Matahari mencapai titik terjauh di selatan dari garis khatulistiwa, mengakibatkan durasi siang hari berada pada titik terpendeknya, sementara malam hari menjadi yang terpanjang. Solstis musim dingin menandai awal musim dingin di belahan Bumi utara, sedangkan di belahan Bumi selatan, ini menandakan dimulainya musim panas, dengan durasi siang yang lebih lama daripada malam.
Dilansir dari Badan Riset dan Inovasi Nasional, solstis Desember dikenal juga sebagai "hari tanpa bayangan." Fenomena ini dapat terjadi dua kali dalam setahun di daerah yang terletak di garis khatulistiwa.
Di wilayah yang berada di garis balik utara dan selatan, hari tanpa bayangan terjadi sekali dalam setahun, yaitu pada bulan Juni atau Desember. Sementara itu, di luar wilayah tersebut, Matahari tidak akan berada tepat di atas kepala saat tengah hari.
Perbedaan antara Equinox dan Solstice
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa equinox dan solstice adalah dua fenomena yang berbeda. Equinox menandakan saat ketika durasi siang dan malam hampir sama, sedangkan solstis terjadi ketika durasi siang hari mencapai yang terpanjang (solstis musim panas) atau terpendek (solstis musim dingin). Ekuinoks terjadi dua kali dalam setahun, demikian juga solstis, masing-masing menandai pergantian musim panas dan musim dingin.
Meskipun fenomena-fenomena ini signifikan di belahan Bumi utara, di Indonesia, yang terletak di garis khatulistiwa, pengaruhnya tidak terlalu terasa. Negara ini hanya memiliki dua musim, yaitu musim hujan dan musim kemarau, dengan suhu yang relatif stabil tanpa perubahan yang signifikan sepanjang tahun.
Namun, meskipun fenomena-fenomena tersebut sangat signifikan bagi negara-negara yang berada di luar garis khatulistiwa, dampaknya tidak terlalu terasa di Indonesia. Negara kita terletak tepat di garis khatulistiwa, yang berarti Indonesia hanya mengalami dua musim, yakni musim hujan dan musim kemarau. Karena posisi geografisnya yang dekat dengan khatulistiwa, Indonesia tidak mengalami perubahan suhu yang signifikan sepanjang tahun, sehingga fenomena equinox dan solstis tidak memberikan pengaruh besar terhadap cuaca atau iklim di negara ini.
Eiben Heizar turut berkontribusi dalam penulisan artikel ini.
Pilihan editor: Ketahui Sejumlah Dampak Equinox di Indonesia