Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jakarta telah melakukan modifikasi cuaca pada hari kesembilan. Ketua Subkelompok Logistik dan Peralatan BPBD Jakarta Michael Sitanggang mengatakan sepanjang 11-19 Maret 2025 sebanyak 18,4 ton garam atau NaCl telah ditaburkan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Modifikasi cuaca hingga hari ini telah berhasil melakukan total 23 sortie, dengan penggunaan bahan semai higroskopis mencapai 18,4 ton dan akumulasi waktu terbang 47 jam 16 menit," ujar Michael dalam keterangan tertulisnya, Rabu, 19 Maret 2025.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut data BPBD, bencana hidrometeorologi akibat hujan deras disertai banjir tidak berdampak signifikan hingga Rabu. Satu kelurahan yang masih terdampak adalah di Rawa Buaya, Jakarta Barat. Namun, Michael mengimbau masyarakat untuk tetap siaga terhadap potensi hujan lebat yang diprediksi akan meningkat.
“Melihat curah hujan dini hari nanti masih terpantau tinggi, kami mengimbau masyarakat agar tetap waspada terhadap potensi hujan yang dapat meningkat pada esok hari,” katanya.
Pelaksana Tugas Direktur Tata Kelola Modifikasi Cuaca Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Budi Harsoyo mengatakan fenomena cold surge atau seruakan massa udara dingin dari Asia yang terjadi kemarin perlu diwaspadai. Ini berpotensi memperkuat pembentukan awan di wilayah Jawa bagian barat.
“Peningkatan Indeks CENS (Cross-Equatorial Northerly Surge) yang signifikan, dengan nilai surge mencapai +8.9 (melewati ekuator) dan indeks surge tiga hari lalu sebesar +11.9, berpotensi memperkuat pembentukan awan di wilayah Jawa bagian barat," tuturnya.
Analisis BMKG, kata Budi, juga melaporkan Madden-Julian Oscillation (MJO) saat ini berada di fase 3 (Maritime Continent) dengan pergerakan melewati wilayah Jawa bagian barat. Anomali Outgoing Longwave Radiation (OLR) menunjukkan nilai negatif, sementara Monsun Asia masih terdeteksi aktif. Ini berpotensi meningkatkan pertumbuhan awan hujan di wilayah tersebut.
Sebagaimana diketahui, modifikasi cuaca dilakukan selama 10 hari sejak tanggal 11 Maret 2025. Operasi ini dilakukan bersama BPBD Jakarta, BMKG, Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara, dan PT Rekayasa Atmosphere Indonesia.