Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Infeksi Covid-19 dari virus Omicron BA.4 dan BA.5 telah masuk ke Indonesia. Kedua varian dikenal dengan kemampuannya menyebar lebih cepat daripada Omicron orisinal. Berawal dari Bali, dan sebagian menyebut sudah ada di Jakarta pula, akankah infeksi subvarian Omicron ini juga akan cepat menjadi dominan di Tanah Air? Apa yang akan dihadapi jika itu benar terjadi?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berikut ini 5 hal yang telah diketahui sejauh ini tentang Omicron BA.4 dan BA.5 dikutip dari situs Gavi, aliansi vaksin di dunia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
1. Mereka telah menyebar sejak Januari
Infeksi virus Covid-19 subvarian Omicron BA.4 pertama dideteksi dari satu spesimen yang dikumpulkan di Limpopo, Afrika Selatan, pada 10 Januari 2022. Sejak itu infeksi subvarian yang sama bisa dideteksi di seluruh provinsi di negara tersebut. Infeksi Omicron BA.5 juga pertama dideteksi di Afrika Selatan, tapi dari sampel yang dikumpulkan di KwaZulu-Natal pada 25 Februari 2022. Varian yang ini juga menyebar ke banyak provinsi lain.
Antibodi yang diproduksi 15 individu yang telah divaksin Covid-19 ditemukan lebih efektif menghadang keduanya daripada antibodi dari orang-orang yang sebatas pulih dari infeksi alami.
Afrika Selatan adalah negara yang melakukan genome sequencing terhadap sampel infeksi SARS-CoV-2 lebih banyak dibandingkan banyak negara lain di dunia. Jadi, mungkin saja kedua subvarian Omicron itu muncul dari tempat lain dan ilmuwan Afrika Selatan yang mendeteksinya pertama.
2. Prevalensi kasus kelihatannya masih akan terus tumbuh
Menurut data urutan DNA yang sudah diunggah ke basisdata global GISAID, juga laporan-laporan dari kantor regional WHO dan negara-negara, baik jumlah negara yang melaporkan mendeteksi infeksi keduanya maupun jumlah kasusnya itu sendiri, menanjak seluruhnya. Di Afrika Selatan, jumlah sampel virus dengan urutan DNA sebagai Omicron BA.4 telah bertambah dari tak sampai satu persen pada Januari lalu menjadi lebih dari 35 persen pada 29 April lalu.
Sedangkan persentase hasil pengurutan DNA sebagai BA.5 sudah memiliki proporsi 20 persen per periode yang sama.
Ilustrasi virus Corona atau Covid-19. Shutterstock
Angka pertumbuhan itu mendorong dugaan bahwa Omicron BA.4 dan Omicron BA.5 memiliki kemampuan menular melebihi subvarian Omicron yang sebelumnya telah kita kenal (BA.1 yang orisinal Omicron dan BA.2 yang siluman karena tak bisa dideteksi hasil tes PCR). Atau, bisa juga, pertumbuhannya yang cepat itu karena infeksinya yang tidak bisa dihadang sistem imun tubuh yang sudah pernah sembuh secara alami dari Covid-19 ataupun hasil vaksinasi. Masih terlalu awal untuk bisa memastikannya.
Afrika Selatan masih terhitung yang terbesar untuk proporsi jumlah kasus Omicron BA.4 dan BA.5 di seluruh dunia. Angkanya 69 persen untuk BA.4 dan 45 persen untuk BA.5 saat artikel dibuat pertengahan Mei lalu. Kasus Omicron BA.4 juga dideteksi di Austria (7 persen dari kasus global), Inggris Raya (6 perse), Amerika Serikat (5 persen) dan Denmark (3 persen). Untuk Omicron BA.5, kasusnya juga ditemukan di Jerman (22 persen), Portugal (13 persen), Inggris Raya (9 persen) dan AS (3 persen).
3. Mereka membawa tambahan mutasi yang pantas dikhawatirkan
Mutasi-mutasi baru hampir selalu mengiringi evolusi SARS-CoV-2. Tapi, mereka hanya menjadi penting jika menambah parah gejala infeksi virus tersebut, menambah kemampuannya mengalahkan imun tubuh hasil vaksinasi atau infeksi sebelumnya, atau membuat lebih sulit dideteksi sehingga lebih sulit pula mengendalikan penyebaran penyakitnya.
Omicron BA.4 dan BA.5 berbagi banyak mutasi yang sama dengan Omicron orisinal (BA.1 dan BA.2) namun lebih banyak kesamaannya yang dengan BA.2. Mereka juga memiliki sejumlah mutasi tambahan, yang beberapa di antaranya bisa mengubah karakteristik virus.
Omicron BA.4 dan BA.5 kerap dibahas bersama karena mutasi-mutasi pada gen di bagian protein paku keduanya identik, meski mereka bisa berbeda dalam mutasi gen di lokasi lainnya. Protein paku penting karena bagian ini yang digunakan virus untuk menginfeksi sel manusia, dan karenanya menentukan seberapa mudah virus itu bisa ditularkan. Protein paku pula yang jadi bagian dari virus yang digunakan dalam produksi kebanyakan vaksin Covid-19.
Baik Omicron BA.4 maupun Omicron BA.5 membawa sebuah mutasi gen yang dinamakan L452R, yang juga pernah dideteksi ada pada varian Delta. Mutasi gen itu yang diduga membuat dua subvarian Omicron ini lebih menular dengan mutasi gen itu menambah kemampuan virus menempel ke sel manusia. Mutasi gen itu mungkin menolong memberi separuh peran untuk kemampuan menghindari penghancuran oleh sel-sel imun dalam tubuh.
Mereka juga memiliki perubahan genetik yang disebut mutasi F486V, dekat lokasi potein paku mereka terikat ke sel manusia. Ini yang diduga memberi separuh peran sisanya dalam menghindari respons imun tubuh.
Tidak seperti Omicron subvarian BA.2 yang siluman, kebanyakan hasil genome sequencing BA.4 dan BA.5 berisi pula perubahan genetik yang mempengaruhi hasil bacaan tes PCR, menuntun kepada fenomena yang disebut S Gene Target Failure (SGTF). Ini menyediakan cara pelacakan infeksi virusnya yang lebih cepat di negara-negara di mana BA.2 pernah dominan.
4. Tidak ada bukti untuk menyimpulkan mutasi-mutasi gen itu berhubungan dengan penyakit yang lebih parah
Sejauh ini tidak ada indikasi kalau Omicron BA.4 atau BA.5 berasosiasi dengan gejala baru atau penyakit yang lebih parah. Ini bisa diprediksi karena mayoritas mutasi gen-nya mirip dengan yang ditemukan dalam turunan Omicron lainnya, meski ini adalah sesuatu yang akan terus dipantau ketat oleh WHO dan setiap otoritas kesehatan.
5. Mereka dapat menghindari antibodi dari infeksi virus Omicron sebelumnya
Baru sedikit studi ilmiah tentang Omicron BA.4 dan Omicron BA.5 yang sudah dipublikasikan--itupun belum ada yang mendapat peer-review hingga bulan lalu. Namun demikian, satu studi yang dipimpin Alex Sigal dari Africa Health Research Institute di Durban, Afrika Selatan, meneliti sejauh mana antibodi dari 39 orang yang pernah terinfeksi Omicron orisinal dan berhasil sembuh mampu mencegah sel-sel terinfeksi BA.4 dan BA.5.
Hasilnya didapati antibodi itu beberapa kali lipat di bawah kemampuannya dibandingkan jika diuji tanding melawan Omicron orisinal. Di sisi lain, antibodi dari 15 orang yang pernah menerima vaksinasi Covid-19 lebih efektif melawan BA.4 dan BA.5 dibandingkan antibodi dari orang yang hanya mengandalkan sembuh dari infeksi alami.
Sigal menuliskan hasil sementara dari studi itu di Twitter bahwa kemampuan BA.4/BA.5 menghindari imun tubuh (escape) memang tidak sedramatis seperti Omicron escape dari imunitas vaksin atau infeksi alami Delta. Tapi, cukup untuk menyebabkan masalah dan memicu gelombang baru. "Tapi sepertinya tidak untuk menyebabkan penyakit yang lebih parah daripada gelombang sebelumnya, terutama pada mereka yang sudah divaksin."
Menurut Sigal, Afrika Selatan memiliki imunitas tinggi sebab vaksinasi dan infeksi alami sebelumnya, dan sejauh ini terproteksi dari risiko berkembangnya penyakit Covid-19 yang parah. Data terbaru dari negara itu mengindikasikan sedikit peningkatan hasil tes antigen dan PCR yang positif sejak pertengahan April lalu. Sebagian memperingatkan, itu bisa menjadi awal gelombang Covid-19 yang kelima.