Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Dosen dan mahasiswa Sekolah Ilmu Lingkungan Universitas Indonesia atau SIL UI menciptakan teknologi pengolah limbah khusus pangan di rumah tangga menjadi pupuk cair. Mereka mengenalkan pengolahan itu ke warga Bandung yang kini sedang menghadapi kondisi darurat sampah menyusul kebakaran di tempat pembuangan akhir atau TPA sampah di Desa Sarimukti, Kabupaten Bandung Barat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
“Pupuk cair itu dihasilkan dari pengolahan limbah nasi yang sederhana sekali prosesnya,” kata Dosen SIL UI Sri Setiawati lewat keterangan tertulis, Senin, 28 Agustus 2023.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pengenalan teknologi dan cara pembuatannya itu berlangsung di Studio Fragmen Project, Dago, kepada kalangan orang tua siswa Semata Art School di Bandung, Sabtu lalu. Edukasi pengolahan limbah pangan rumah tangga itu merupakan bagian dari kegiatan pengabdian masyarakat sivitas akademika SIL UI.
Mereka menekankan pentingnya kesadaran pengelolaan sampah makanan yang dapat dimulai dari rumah tangga. "Kegiatan ini adalah juga bentuk diseminasi teknologi pengolahan limbah pangan rumah tangga terhadap tanaman holtikultura yang kami ciptakan," kata Aryani Zahara, alumnus SIL UI yang juga pencipta teknologi ini.
Pupuk cair yang dihasilkan dari pengolahan limbah organik di rumah tangga itu dinamakan mikroorganisme lokal atau MoL. Berbahan nasi sisa, alat lain yang dibutuhkan adalah besek atau styrofoam, kemudian dua botol ukuran sama yang disarankan memiliki takaran untuk memudahkan pengukuran volume, dan selang. Bahan tambahan lainnya adalah gula pasir dan air cucian beras.
Langkah pertama, masukkan limbah nasi putih dalam keadaan kering ke dalam besek atau styrofoam. Kemudian letakkan di dalam ruang yang gelap dan simpan hingga 14 hari sampai nasi kering berubah warna menjadi hijau. Setelah itu masukkan limbah nasi ke sebuah botol hingga 200 gram, lalu tambahkan air cucian beras sebanyak 900 mililiter atau ml, serta tiga sendok makan gula pasir. Pada botol kedua cukup isi dengan air sebanyak 900 ml.
Tutup kedua mulut botol sambil dilubangi untuk memasukkan selang hingga ke leher botol tanpa mengenai air. Kemudian simpan botol di tempat gelap selama 14 hari hingga menjadi biang MoL. “Biang MoL yang baik adalah yang tidak berbau dan tidak lagi menghasilkan gas,” kata Aryani. Adapun warnanya coklat kekuningan. Setelah itu pupuk cair bisa digunakan untuk tanaman dengan takaran 1:10 antara MoL dengan air campurannya.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.