Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Bandung - Gempa Malang bermagnitudo 5,5 yang terjadi Kamis malam, 19 Juli 2018, menghasilkan puluhan gempa susulan. Hingga Jumat pagi, BMKG mencatat 38 kali gempa susulan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca juga: Gempa Osaka Bisa Berulang dalam Waktu Dekat?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Episenter atau sumber gempa itu terletak pada koordinat 9,8 LS dan 112,72 BT. Tepatnya berlokasi di laut pada jarak 184 kilometer arah selatan Kota Kepanjen, Kabupaten Malang, Jawa Timur.
Guncangan lindu Kamis malam itu dilaporkan terasa di seluruh wilayah selatan Jawa timur hingga Bali. Hingga Jumat pagi ini masih banyak warga yang minta penjelasan kepada BMKG.
"Rata-rata mereka menanyakan apakah akan ada gempa susulan dengan kekuatan yang lebih besar," kata Kepala Bidang Informasi Gempabumi dan Peringatan Dini Tsunami BMKG Daryono secara tertulis.
Sejak Kamis malam itu hingga Jumat pagi, gempa susulan datang beruntun. Hingga Jumat pukul 08.00 WIB tercatat sudah terjadi 38 kali gempa susulan di selatan Malang. "Kekuatan gempa terkecil bermagnitudo 3,2 dan yang terbesar 4,9," ujar Daryono.
Menurut BMKG, aktivitas gempa semacam ini tergolong wajar dan normal. Dalam ilmu gempa atau seismologi, aktivitas gempa seperti yang terjadi di selatan Malang ini disebut sebagai Gempa Tipe I. Gempa Malang selatan tercatat BMKG diawali oleh dua gempa pendahuluan, utama, lalu puluhan kali gempa susulan.
Gempa selatan Malang ini menjadi pengingat sekaligus penanda aktifnya zona megathrust di selatan Malang. BMKG meminta warga mengutamakan sikap waspada dengan meningkatkan kapasitas diri, memperkuat mitigasi, dan tanpa rasa takut dan khawatir secara berlebihan.
Tren gempa susulan ini kekuatannya terpantau cenderung terus melemah dengan frekuensi kejadian terhitung jarang. "Berdasarkan data ini tampaknya sangat kecil peluang akan terjadi gempa dengan kekuatan yang lebih besar dari gempa utamanya di tempat tersebut," ujar Daryono.
BMKG meminta masyarakat tidak perlu cemas, takut, dan kawatir. Gempa susulan banyak terjadi di zona batuan rapuh (brittle) dan perlu dianggap baik. "Karena menjadi sarana batuan dalam melepas semua energi yang tersimpan sehingga batuan akan menjadi stabil dan normal kembali," katanya.
Baca juga: Gempa Langka Muncul dari Laut Jawa
Simak kabar terbaru gempa hanya di kanal Tekno Tempo.co.