Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Setelah Kota Bandung, Jawa Barat, kini giliran Soreang, ibu kota Kabupaten Bandung, menjadi sasaran kawanan monyet ekor panjang untuk berkeliaran. Dari rekaman video amatir warga pada Jumat, 29 Maret 2024 itu, jumlah satwa liar itu terlihat lebih banyak.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sampai Sabtu, 30 Maret 2024, pihak Badan Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Barat yang dihubungi belum bisa memberikan penjelasan. Sementara dari video yang beredar di media sosial, gerombolan monyet ekor panjang yang berjumlah puluhan terlihat melintasi jalan lewat bentangan kabel listrik. Mereka kemudian berlompatan ke atap rumah warga yang terdekat.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dari keterangan pada video itu yang diunggah akun infotisoreang.id dan infobandungselatan di Instagram, kemunculan sekitar 20-an ekor monyet itu terlihat di Jalan Raya Soreang-Ciwidey. Waktunya pada Jumat 29 Maret 2024 sekitar pukul 09.00 WIB. Pergerakan satwa liar itu dilaporkan merusak atap genteng beberapa rumah warga di Kampung Cibeureum RT 02 RW 14 Desa Sadu, Kecamatan Soreang, Kabupaten Bandung.
Sebelumnya pada akhir Februari lalu, sekelompok monyet ekor panjang yang berjumlah sekitar 5-6 ekor dilaporkan warga muncul di daerah Dago, sebelah utara Kota Bandung. Mereka terus bergerak ke berbagai tempat hingga ke daerah Cileunyi, di timur Bandung. Belakangan ini kelompok monyet di wilayah Kota Bandung itu dilaporkan berada di sekitar daerah Gede Bage.
Menurut Kurator Museum Zoologi Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati di Institut Teknologi Bandung (SITH ITB ), Ganjar Cahyadi, ada tiga kemungkinan penyebab perilaku monyet-monyet itu. "Pertama, kelompok monyet tersebut merasakan ada tanda bahaya dari alam sehingga menjauh dari habitat," kata Ganjar lewat keterangan tertulis, Kamis malam, 29 Februari 2024.
Menurutnya, jarak waktu terjadinya bencana dari berpindahnya hewan tersebut biasanya relatif cepat. Hal ini karena primata tersebut memiliki insting yang lebih kuat. "Biasanya bencana tidak akan terlalu lama dari kepergian mereka dari habitatnya,” ujarnya.
Jika tidak ada kejadian bencana, penyebabnya mungkin hal lain. Dugaan kedua yaitu sekelompok monyet itu mencari makan ke tempat lain karena makanan di tempat sebelumnya menipis. Adapun kemungkinan penyebab yang ketiga adalah kompetisi dengan kelompok monyet lainnya. “Hewan ini membentuk kelompok-kelompok, biasanya satu jantan mengetuai satu kelompok,” kata Ganjar.
Apabila penyebabnya adalah kompetisi antar kelompok, dia melanjutkan, satu kelompok yang kalah akan menghindari kawasan sebelumnya. Jika ini yang terjadi, Ganjar menambahkan, "Bisa jadi kelompok monyet itu menganggap kawasan perkotaan sebagai tempat yang kosong atau tidak dikuasai oleh kelompok monyet lain."
Ganjar menjelaskan, itu mungkin terjadi karena monyet ekor panjang memiliki tingkat kemampuan adaptasi yang lebih tinggi daripada primata lainnya. Oleh karena itu pergerakan jenis satwa ini cenderung bebas hingga ke area permukiman. Mereka pun dapat bergerak dengan bebas di perkotaan meski tidak ada vegetasi sehingga dapat naik ke genteng, kabel, dan sebagainya.
Pilihan Editor: Monyet Ekor Panjang Berkeliaran di Bandung, Pakar ITB: Akibat Habitat Rusak dan Perburuan