Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta memperketat pemeriksaan hewan kurban, baik saat masih hidup (ante mortem) maupun sesudah disembelih (post mortem), untuk memastikan bebas dari infeksi penyakit mulut dan kuku yang sedang mewabah. Hewan yang terlihat sehat dan baik-baik saja belum tentu terbebas dari infeksi virus penyakit yang mudah sekali menular antar hewan ternak tersebut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta Suyana menyebut itu merujuk kepada hasil penelitian yang sudah dilakukan. Dia menjelaskan, hewan yang terlihat sehat dan tidak menunjukkan gejala PMK baru terdeteksi terinfeksi saat sudah disembelih.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Sejumlah organ menunjukkan tanda atau indikasi sudah terinfeksi penyakit tersebut," katanya pada Jumat 8 Juli 2022. "Maka itu pemeriksaan ante mortem dan post mortem untuk hewan kurban pada tahun ini akan lebih detail," kata Suyana lagi.
Pada tahun lalu, dia membandingkan, pemeriksaan post mortem lebih difokuskan pada beberapa organ seperti limpa dan hati karena kewaspadaan terhadap infeksi cacing hati. Pada tahun ini, bagian kaki dan mulut dipastikan menjadi fokus selain sejumlah organ setelah sapi disembelih, salah satunya paru-paru.
Pada tahun ini, Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta menerjunkan sebanyak 142 petugas untuk melakukan pemeriksaan hewan kurban untuk merayakan Idul Adha sebelum dan sesudah disembelih. Mereka berasal dari pegawai di Dinas Pertanian dan Pangan Kota Yogyakarta bersama mahasiswa dari Universitas Gadjah Mada (UGM) dibantu Universitas Brawijaya.
"Jika saat pemeriksaan ditemukan hewan kurban yang terindikasi PMK, maka kami sarankan agar hewan tersebut segera dipisahkan, diisolasi," katanya.
Apabila masih memenuhi syarat dan ketentuan sebagai hewan kurban, maka sapi atau kambing tersebut disembelih dengan urutan paling akhir. Daging dari hewan kurban yang terindikasi terinfeksi PMK masih memungkinkan untuk dikonsumsi asalkan diolah dengan benar yaitu dimasak sampai matang.
Terpisah, Guru Besar di Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga, C.A. Nidom, juga mengungkap kalau virus penyakit mulut dan kuku ditemukan bisa hidup dalam cairan yang keluar dari daging atau biasa disebut jus daging. Menurutnya, dalam situasi PMK yang telah mewabah seperti sekarang, petugas dan masyarakat tidak boleh bergantung semata kepada gejala klinis.
"Sebaiknya semua hewan dianggap sudah terhinggapi oleh virus PMK..sehingga ada kehati-hatian saat menyembelih dan mengolah daging," kata Nidom lewat aplikasi pesan WhatsApp, Jumat.
ANTARA