Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) tahun ini kembali menggelar event pameran dan riset terbesar di Indonesia atau yang dikenal dengan Indonesia Research and Innovation Expo (InaRI Expo 2023).
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Digelar di ICC Building, KST Soekarno, yang berada di Cibinong, Jawa Barat, InaRI Expo yang diselenggarakan kedua kalinya ini mengambil tema “Research and Innovation for Better Future”.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kepala BRIN Laksana Tri Handoko membuka acara tersebut dan berkeliling di arena pameran. Setelah berkeliling dan ditanya hal yang menarik perhatiannya, Handoko menyebut produk ampas gaharu yang masih bisa dipakai untuk pengharum ruangan dan menghilangkan bau.
"Itu hal kecil tapi justru ekonomi muncul dari situ," kata Handoko, Rabu, 20 September 2023. Menurutnya hal tersebut menarik. "Kita akan mendukung ke arah itu."
Handoko melihat banyak keragaman dari peserta pameran, misalnya dari gaharu sampai mobil listrik. Dia melihat secara tradisional lebih kuat di riset berbasis kekayaan alam Indonesia. Hal tersebut menurutnya harus segera eksplorasi karena sesuatu yang sudah ada di Indonesia.
"Bagaimana memanfaatkan apa yang ada dan menciptakan nilai tambah yang lebih tinggi," tambahnya.
Pengharum ruangan dari gaharu
Luzz Bukhur Myzyan demikian nama produk yang menarik perhatian Handoko. Produk yang berbentuk semacam serat itu dikemas dalam botol lebar mempunyai empa varian wangi. "Ada floral, kearab-araban, manis dan natural," kata Luthfi Fakhir pemilik usaha tersebut.
Ia mengatakan di tempat asalnya, Banjar Baru, Kalimantan, banyak penyulingan gaharu. Bekas penyulingan berupa limbah bisa dimanfaatkan lagi sebagai pengharum ruangan. "Setelah kirim sampel ke BRIN, waktu dites ternyata masih ada kandungan bekas gaharu dari tempat penyulingan ini," jelasnya.
Mentor dari Pusat Riset Mikrobiologi Terapan BRIN, Asep Hidayat mengarahkan produk sebagai aroma terapi dan pengharum ruangan.
Sebenarnya, produk seperti ini dari dulu sudah banyak digunakan di Kalimantan serta memiliki pangsa pasar yang masih besar. Komoditas bahan yang banyak di sekitar tempat tinggalnya membuat Luthfi memaksimalkan untuk produk.
Ia memberi treatment tertentu agar aroma menjadi lebih keluar, salah satunya dengan dicampur gula aren dan esensial oil. Dengan takaran tertentu dan dua kali pembakaran aroma bertahan 8 jam pada ruangan berukuran 4x4 meter.
Ia menyarankan dua metode agar wangi keluar, yaitu menggunakan arang secara konvensional. "Sekarang kita bikin bagaimana dibakar dengan lilin, karena menggunakan arang itu kotor," jelasnya.
Ia menyatakan amat senang mendapat mentor yang sungguh mengerti tentang gaharu dan produk turunannya. Selain itu, pelajaran tentang desain kemasan yang baik membuatnya dapat yang menerjemahkan barang yang dimiliki. Luthfi menyebut aroma terapi produksinya akan diluncurkan pada bulan Oktober.
Teh gaharu
Masih terkait gaharu, kali ini berupa minuman. Handoko sempat mencicipi teh gaharu pada stand Kebun Raya ITERA. "Enak, mantap," kata Handoko setelah mencicipi.
Menurut Erika, penjaga stand, teh gaharu merupakan produk asli kebun raya. "Kebun Raya ITERA ikonnya gaharu," jelas Erika. Pihak kebun raya memanfaatkan daun pohon gaharu menjadi teh.
Teh siap minum dari gaharu, rosela dan bunga telang dibagikan gratis bagi pengunjung yang datang ke stand. Erika bercerita banyak ibu yang mempertanyakan manfaatnya. "Ada nggak yang buat melangsingkan badan?"
Untuk diketahui, Kebun Raya ITERA dikelola oleh Institut Teknologi Sumatra di Lampung.
Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.