Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Ini Rahasia Tungau Bisa Hidup Abadi di Rumah Kita

Hewan tungau tak pernah terlihat, tapi mereka benar-benar ada.

20 Februari 2018 | 07.05 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Tungau (wikimedia commons)

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Michigan - Hewan tungau tak pernah terlihat, tapi mereka benar-benar ada. Maklum, ukuran tubuhnya hanya 0,2-0,3 milimeter. Mereka berada di sekitar tempat tinggal manusia. Berkembang di kasur, sofa, karpet, bahkan di rumah yang terlihat bersih sekalipun.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Kehadiran merekalah yang menjadi penyebab utama alergi di dalam ruangan pada manusia. Mereka juga yang mengganggu setidaknya 1,2 miliar manusia penghuni planet ini. Berbagai cara telah dilakukan untuk menghentikan ulah keluarga ini, tapi selalu gagal. Sebab, tungau selalu memiliki cara dalam melindungi genomnya. Keturunan mereka selalu sehat walafiat. Genom adalahset lengkap DNA organisme, termasuk berbagai informasi gen di dalamnya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Itu pula yang membuat para ahli tak pernah berhenti mencari tahu apa kehebatan tungau ini. Termasuk penelitian terbaru yang dilakukan tim peneliti dari University of Southern Mississippi dan ahli biologi University of Michigan.

Penelitian ini dipimpin oleh Pavel Klimov, seorang ilmuwan riset asosiasi di Departemen Ekologi dan Biologi Evolusioner University of Michigan. Bersama Klimov, peneliti lainnya adalah Mosharrof Mondal dan Alex Flynt dari University of Southern Mississippi. Hasil penelitian ini telah diterbitkan pada 29 Januari lalu di jurnal PLOS Genetics dengan judul "Rewired RNAi-Mediated Genome Surveillance in House Dust Mites".

Dalam riset yang disponsori National Science Foundation dan program Mississippi INBRE serta didanai oleh National Institutes of General Medical Sciences tersebut, para peneliti menyimpulkan bahwa tungau selalu mampu melindungi genomnya dari segala ancaman. "Mereka melakukan perakitan genom dengan kualitas tinggi," kata Klimov.

Studi genetika baru ini menunjukkan, sebagai konsekuensi dari sejarah evolusi yang hiruk-pikuk itu, tungau debu rumah punya banyak cara baru dalam mengembangkan perlindungan genomnya dari gangguan internal. "Kami percaya bahwa evolusi mekanisme baru untuk melindungi genom dari elemen transposable terkait dengan evolusi tungau debu. Proses ini menurut kami tidak biasa," kata Pavel Klimov.

Elemen transposable adalah potongan DNA non-coding yang dapat mengubah posisi mereka dalam genom, yang sering menyebabkan mutasi dan penyakit. Nah, semua hewan dan tumbuhan berusaha keras menghindari ancaman dari unsur-unsur tersebut.

Itu juga yang membuat setiap organisme berusaha mengembangkan cara yang rumit untuk melindungi diri dari ancaman tersebut. Pada kebanyakan hewan, misi pengintaian ini dilakukan oleh fragmen RNA kecil yang menemukan dan mematahkan deretan genetik. Mekanismenya disebut piwi-associated RNA pathway. Dinamai protein Piwi karena pertama kali ditemukan pada lalat buah.

Dari situ pula tim peneliti yang dipimpin ilmuwan University of Southern Mississippi, termasuk seorang ahli biologi University of Michigan, mengurutkan DNA dan RNA Dermatophagoides farinae-nama ilmiah tungau debu rumah Amerika.

Para peneliti kemudian melihat populasi molekul RNA kecil yang dikodekan di sana. Namun, yang terjadi, mereka menemukan bahwa tungau debu rumah tidak memiliki protein Piwi atau RNA kecil terkait yang kebanyakan digunakan hewan untuk mengendalikan elemen transposable.

Sebagai gantinya, tungau debu menggantikan jalur Piwi dengan mekanisme RNA kecil yang sama sekali berbeda, yakni menggunakan RNA kecil yang mengganggu atau interferensi. Ini adalah salah satu mekanisme pada sel hidup untuk mengendalikan aktivitas gen. Genom tungau debu juga mengkodekan protein yang dapat memperkuat RNA kecil yang mengganggu.

Menurut Klimov, itu juga yang membuat hewan-hewan ini dapat berevolusi dari nenek moyang parasit. "Sering kali, transisi ke parasitisme dikaitkan dengan perubahan genetik yang dramatis," katanya. Inilah yang membuat tungau mampu bertahan hidup selama puluhan juta tahun. "Warisan ini yang kemudian dibawa tungau debu saat ia kembali hidup bebas."

Simak artikel menarik lainnya tentang tungau hanya di kanal Tekno Tempo.co.

PLOS GENETICS | CIENCE DAILY | MICHIGAN NEWS

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus