Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Kapal Baruna Jaya I milik Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) hingga kini terus melakukan operasi Survei Bakti Teknologi (Batimetri) untuk mengetahui kondisi terakhir dasar laut menyusul gempa dan tsunami di wilayah Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah.
Baca: Riset Batimetri di Palu, Ini Kecanggihan Kapal Baruna Jaya I
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"BPPT dalam rangkaian operasi Survei Bakti Teknologi ini, melakukan Survei Batimetri guna mengetahui dan mempelajari fenomena di bawah laut pasca terjadinya gempa dan tsunami dengan Kapal Baruna Jaya I BPPT yang dilengkapi peralatan canggih seperti perangkat multibeam echosounder," ujar Ketua Tim Operasi Kapal Baruna Jaya I Tris Handoyo, Kamis, 18 Oktober 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Multibeam Echosounder merupakan alat untuk menentukan profil permukaan dasar laut dan kedalaman air dengan cakupan area dasar laut yang luas. Kapal juga memiliki teknologi untuk mendeteksi gambaran morfologi laut Palu dan sekitarnya. Survei ini ditargetkan dengan menempuh rute Jakarta hingga perairan Sulawesi Tengah, selama 23 hari.
"Multibeam echosounder (MBES) yang dimiliki Kapal Baruna Jaya I mampu menjangkau kedalaman sampai dengan 11.000 meter yang mana belum ada kapal-kapal riset di Indonesia yang memiliki kemampuan pemetaan dasar laut dari kedalaman dangkal 20 meter hingga kedalaman 11 ribu meter tersebut," kata Tris.
Tris berharap hasil survei nantinya mampu memberi gambaran seutuhnya terkait fenomena apa yang terjadi saat gempa Palu, sehingga ke depan langkah mitigasi bencana dapat dilakukan dengan lebih optimal.
Menurut Deputi Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam BPPT, Hammam Riza, survei ini merupakan rangkaian dari giat bakti sosial yang dilaksanakan bersama Kemenko Kemaritiman dan IAITB.
"Kapal Riset Baruna Jaya I mengangkut 200 ton sumbangan dari berbagai kementerian dan lembaga, seperti Ristekdikti, BUMN dan bantuan organisasi masyarakat," kata Hammam.
Adapun hingga hari ke 17 pelaksanaan survei, tim BPPT telah melakukan beberapa kegiatan, yakni antara lain:
1. Pengiriman dan distribusi barang maupun logistik bantuan untuk korban bencana gempa dan tsunami Palu di Pelabuhan Pantoloan, Palu, Sulawesi Tengah.
2. Pemetaan Batimetri laut dalam di perairan teluk Palu-Donggala dan di sebelah utara Teluk. Survei ini untuk mengetahui topografi dasar laut pascagempa dan tsunami di Donggala-Palu.
3. Akuisisi data CTD (Conductivity Temperature Depth) untuk mengetahui konduktivitas, temperatur, dan tekanan di dasar laut, sesuai dengan lokasi yang sudah ditentukan.
4. Pengambilan data visual dasar laut melalui wahana remotely operated vehicles (ROV) di perairan Teluk Palu.
Dalam melaksanakan survei ini, tim BPPT dibantu dari berbagai bidang kepakaran, yakni Geologi, Geodesi, Kelautan maupun Kebencanaan. Tim tersebut menghadirkan 11 pakar dari berbagai instansi seperti BPPT, LIPI, Universitas Hasanuddin dan Universitas Tandulako, Palu.
Sementara jumlah total personil yang melakukan survei bakti teknologi ini sebanyak 55 orang termasuk anak buah Kapal Baruna Jaya I BPPT.