Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Yogyakarta - Klaster penularan Covid-19 di wilayah RT 56 di RW 12 Kelurahan Wirobrajan Kecamatan Wirobrajan Kota Yogyakarta terus meluas. Per Selasa 11 Mei 2021, ada tambahan 19 kontak erat yang membuat total terkonfirmasi positif Covid-19 dalam klaster di kampung dekat Malioboro--jantung wisata Kota Yogya--itu menjadi 29 orang.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Status kampung (RT 56) itu sekarang jadi satu-satunya zona merah di Kota Yogya," kata Ketua Harian Gugus Tugas Covid-19 yang juga Wakil Wali Kota Yogyakarta, Heroe Poerwadi, Selasa 11 Mei 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Penularan massal di Wirobrajan ini bermula dari seorang ibu yang sakit sejak 13 April 2021 silam namun tak kunjung sembuh. Baru pada minggu terakhir April, ibu itu dibawa ke rumah sakit namun akhirnya tak tertolong. Ibu itu meninggal dengan status positif Covid-19 pada 28 April lalu.
Hasil pemeriksaan lanjutan mendapati suami dan anak dari ibu itu juga terjangkit infeksi virus yang sama. Bahkan meluas ke anggota keluarga besar dan tetangga. Semasa sakit, ibu itu memang sempat berada di tengah acara buka puasa bersama di keluarga besarnya. Adapun kontak dengan tetangga juga saudara yang lain lewat terapi pijat dan kerokan.
Kampung itupun kini dikunci (lockdown) untuk mencegah penularan lebih luas. Sembari upaya tracing yang masih terus dilakukan. Per Selasa pula, Gugus Tugas Covid-19 Kota Yogya masih menunggu hasil PCR dari sembilan warga yang belum diketahui--setelah hasil swab antigen menunjukkan hasil positif.
"Sejak kasus pertama di kampung itu muncul, sudah dilakukan tracing dan tes antigen serta PCR dengan total melibatkan 80 orang kontak," ujar Heroe.
Suasana di salah satu kampung Wirobrajan, Yogyakarta, pascakasus penularan Covid-19. Satu RT di kampung tak jauh dari Malioboro ini terpaksa di-lockdown sementara. (Dok. Kampung Tangguh Bencana Wirobrajan)
Sedangkan dari 29 warga yang sudah terkonfirmasi positif berdasar tes PCR, 10 dirawat di rumah sakit. Selebihnya sebatas menjalani untuk karantina. "Jika ternyata ada kontak erat baru, maka kami terus lakukan tes semuanya," kata Heroe menambahkan.
Heroe mengungkapkan, kecepatan tes untuk menemukan kontak erat atau screening akan menjadi indikator sampai kapan lockdown Covid-19 atas kampung itu dilakukan. "Tapi yang jelas, warga RT itu saat hari raya Idul Fitri nanti tidak boleh Salat Ied berjemaah, tetapi dilakukan di rumah masing-masing," kata dia.