Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah pesawat maskapai LATAM Airlines tujuan Auckland, Selandia Baru, mengalami turbulensi serius di udara. Sedikitnya 50 penumpang dan awak mengalami luka-luka dalam insiden yang terjadi pada Senin, 11 Maret 2024 tersebut. Insiden jatuhnya pesawat tersebut telah dikonfirmasi oleh LATAM Airlines serta sebuah organisasi kesehatan Selandia Baru yang merawat korban luka-luka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pesawat yang malang itu mengalami goncangan yang sangat kuat. Hal ini menyebabkan sepuluh penumpang dan tiga awak kabin pesawat harus segera dilarikan ke rumah sakit untuk melakukan perawatan medis lebih lanjut.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Apa itu Turbulensi?
Turbulensi adalah pergerakan udara yang tidak stabil yang dipicu oleh perubahan dalam kecepatan dan arah angin, seperti aliran jet, badai petir, serta kondisi cuaca dingin atau hangat. Fenomena ini dapat bervariasi dalam tingkat keparahan yang dapat mengakibatkan perubahan kecil hingga dramatis pada ketinggian dan kecepatan udara.
Turbulensi tidak hanya terlihat dengan cuaca buruk, tetapi juga dapat terjadi di langit yang tampak cerah. Bahkan, fenomena ini seringkali tidak terlihat oleh mata dan radar cuaca.
Terdapat empat klasifikasi untuk turbulensi, yaitu ringan, sedang, berat, dan ekstrem. Menurut National Weather Service, dalam kasus turbulensi ekstrem, pilot dapat kehilangan kendali atas pesawat, dan bahkan dapat terjadi kerusakan struktural pada pesawat.
Dilansir dari laman Nationalgeographic.com, meskipun prakiraan cuaca dan laporan percontohan berguna untuk menghindari zona bergelombang, hal tersebut merupakan alat yang relatif tumpul. Sebab, model cuaca tidak dapat memprediksi turbulensi pada skala sebesar pesawat terbang.
Penyebab Turbulensi
Mengutip dari laman resmi National Weather Service, Weather.gov, terdapat empat jenis penyebab turbulensi, sebagai berikut.
1. Turbulensi Mekanis
Merupakan gesekan antara udara dan tanah, terutama medan yang tidak beraturan dan rintangan buatan manusia, menyebabkan pusaran air dan turbulensi di tingkat yang lebih rendah. Intensitas gerak pusaran ini bergantung pada kekuatan angin permukaan, sifat permukaan, dan kestabilan udara.
Semakin kuat kecepatan angin, semakin kasar medannya dan semakin tidak stabil udaranya, maka akan semakin besar pula turbulensinya.
2. Turbulensi Termal (Konventif)
Turbulensi juga dapat terjadi pada hari-hari musim panas yang hangat, ketika matahari memanaskan permukaan bumi secara tidak merata. Permukaan tertentu, seperti tanah tandus, daerah berbatu dan berpasir memanas lebih cepat daripada yang tertutup rumput atau air.
Sehingga, arus konvektif yang terisolasi digerakkan oleh udara hangat yang naik dan udara dingin yang turun, menyebabkan kondisi gelombang saat pesawat terbang masuk dan keluar dari arus tersebut.
3. Turbulensi Frontal
Pengangkatan udara hangat oleh permukaan bagian depan yang miring dan gesekan antara dua massa udara yang berlawanan menghasilkan turbulensi di zona bagian depan. Turbulensi ini paling jelas terlihat ketika udara hangat lembab dan tidak stabil dan akan menjadi parah jika terjadi badai petir.
4. Geser Angin
Wind shear adalah perubahan arah angin dan atau kecepatan angin pada jarak horizontal atau vertikal tertentu. Kondisi atmosfer di mana terjadi pergeseran angin meliputi; area dengan inversi suhu, di sepanjang palung dan terendah, dan di sekitar aliran jet. Ketika perubahan kecepatan dan arah angin terjadi, turbulensi yang cukup parah dapat diperkirakan terjadi.
SHARISYA KUSUMA RAHMANDA I SUCI SEKARWATI I NINIS CHAIRUNNISA
Pilihan Editor: Memahami Turbulensi dan Cara Agar Tetap Aman Selama di Pesawat