Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Lokasi Pengamatan Langit Planetarium dan Observatorium Jakarta Kembali Menumpang, Ini Sebabnya

Planetarium dan Observatorium Jakarta kembali membuka pengamatan langit malam gratis kepada warga pada 24-28 Juli 2023.

25 Juli 2023 | 11.51 WIB

Revitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM) di Cikini, Jakarta Pusat, telah selesai. Namun, sampai hari ini Planetarium dan Observatorium Jakarta masih ditutup. Tak ada kunjungan publik apalagi kegiatan peneropongan bintang.
Perbesar
Revitalisasi Taman Ismail Marzuki (TIM) di Cikini, Jakarta Pusat, telah selesai. Namun, sampai hari ini Planetarium dan Observatorium Jakarta masih ditutup. Tak ada kunjungan publik apalagi kegiatan peneropongan bintang.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

TEMPO.CO, Jakarta - Planetarium dan Observatorium Jakarta kembali membuka pengamatan langit malam gratis kepada warga pada 24-28 Juli 2023. Kegiatan yang sedianya berlangsung di Rooftop Observatory ASKO, Gedung Planetarium, Taman Ismail Marzuki akhirnya berpindah ke Plaza Theater Kecil yang masih berada di kompleks yang sama.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100

Menurut Muhammad Rayhan, astronom amatir dan astrofotografer dari Planetarium Jakarta yang bertugas melayani warga pada 24 Juli 2023 menyatakan perpindahan sebagai respon dari usaha Jakpro yang berusaha mempertahankan agar Planetarium Jakarta berada di bawah pengelolaan mereka.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x600

"Mulai dari sekarang, kegiatan peneropongan dan kegiatan Planetarium yang lain kita kondisikan untuk tidak dulu menggunakan gedung Planetarium," katanya setelah pengamatan berakhir.

Ia bercerita bahwa pengelolaan Planetarium Jakarta masih berada di tahap pembahasan antara sekretaris daerah, dinas kebudayaan Pemprov DKI dan PT Jakpro. Untuk diketahui, Planetarium Jakarta kecuali Observatorium Coude termasuk yang direvitalisasi oleh Jakpro beberapa saat lalu.

Sebelumnya sempat disepakati Planetarium Jakarta di bawah Dinas Kebudayaan, namun hal tersebut tidak disetujui oleh PT Jakpro sehingga mencoba untuk melobi kembali agar tetap bisa mengelola Planetarium Jakarta. Hal itu direspon oleh Sekda, saat rapat terakhir akan dipertimbangkan untuk dikelola PT Jakpro.

Sikap planetarium

Rayhan juga bercerita adanya beberapa kegiatan sempat dilaksanakan di gedung sendiri karena awalnya memang punya orientasi untuk mengaktifkan kembali gedung itu. "Hanya saja, ternyata fasilitas yang diberikan oleh Jakpro terhitung sebagai hutang," jelasnya. Hal ini dianggap sebagai justifikasi bagi Jakpro bahwa Planetarium harus mereka kelola.

Tentu saja hal ini bertentangan dengan harapan Planet bersama Himpunan Astronomi Amatir Jakarta (HAAJ), klub astronomi binaannya yang membantu dalam berkegiatan. "Harapan kami, Planetarium tetap di Dinas Kebudayaan karena demi keinginan publik," katanya.

Pihaknya berpihak kepada warga yang mengharapkan kegiatan Planetarium yang  gratis dan didukung penuh oleh APBD. "Kami merasa hal itu tidak bisa dilakukan jika Planetarium berada di bawah Jakpro," katanya.

Ia merasa khawatir kalau masih ada kegiatan Planetarium di bawah Jakpro bisa menjadi berbayar dan menyulitkan masyarakat. Ia tidak mengetahui sampai kapan hal ini berlangsung karena menunggu kepastian pengelolaan dari pemerintah daerah Jakarta.

Pengamatan hari pertama

Menurut data, warga yang datang pada pengamatan hari pertama sebanyak 99 orang dari jatah 100 orang. Bulan tampak berkali-kali tertutup awan. Namun, kegiatan tetap berlangsung karena Rayhan membuka kesempatan tanya jawab seputar astronomi.

Arman, asal Palu, kebetulan tengah magang di kantor arsitektur di Jakarta selama 4 bulan tertarik untuk mengamati benda langit. "Saya ingin melihat secara langsung," katanya. Menurutnya, pengamatan benda langit tidak ada di Palu.

Ada juga rombongan ibu dan anak sebanyak 9 orang. Ratih, seorang ibu, sebagai inisiator dari rombongan yang berisi beberapa anak SD yang baru lulus beserta adiknya. Beberapa anak SDN Mangga Dua Selatan 01 baru saja lulus, dan diterima terpencar di beberapa SMP.

"Biar kami tahu bentuk benda langit tidak beraturan atau macam-macam," kata Ratih. Ia berharap anaknya beserta teman-temannya bisa reuni, sekalian belajar, main dan bertanya.

Ia bercerita kelompok anak ini merupakan tim diskusi dan belajar teori, salah satunya, "Bumi itu bulat apa datar?" jelasnya.

Zee, 12 tahun, amat senang bisa melihat Bulan lewat teleskop tidak hanya melalui pencarian di Google. "Jelas banget bulannya, tapi cuma setengah," katanya.

Selalu update info terkini. Simak breaking news dan berita pilihan dari Tempo.co di kanal Telegram “Tempo.co Update”. Klik https://t.me/tempodotcoupdate untuk bergabung. Anda perlu meng-install aplikasi Telegram terlebih dahulu.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

slot-iklan-300x100
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus