DENGAN 900 juta manusia -- hampir seperempat penduduk seluruh
dunia, RRC mengakui itu sudah terlalu banyak, dan tampak sangat
berusaha menurunkan tingkat kelahiran. Berbagai alat
kontrasepsi yang cuma ditujukan untuk wanita saja dianggapnya
sudah kurang memadai. Para sarjananya pun dikerahkan untuk
mencari kontrasepsi yang ampuh untuk pria. Begini kisahnya.
Syahdan pada akhir tahun 50-an seorang dokter di propinsi
Jiangsu, Cina Timur, menduga ada hubungan antara banyaknya
perkawinan yang tidak menghasilkan anak dan menu penduduk yang
banyak mempergunakan minyak biji kapas. Kemudian dugaannya
diperkuat oleh pendapat beberapa rekannya di propinsi Hubei,
Cina Tengah, yang memperhatikan gejala bahwa gadis yang
dibesarkan dengan menu yang mengandung minyak biji kapas dan
kawin di daerahnya sendiri umumnya tak mempunyai anak. Bila
kawin di luar daerahnya mereka ternyata mempunyai anak.
Timbul dugaan bahwa minyak biji kapas mengandung sesuatu zat
yang menyebabkan pria daerah itu menjadi mandul. Sejumlah ahli
riset telah menguji minyak itu di laboratorium dan mendapatkan
gossypol sebagai zat penyebab kemandulan pada pria.
Gossypol, yang di kalangan penggemar ilmu kimia dikenal dengan
rumus C30 H30 O8 dan di kalangan ahli kimia dengan sebutan 2,2'
- bis [8 - formyl - 1, 6, 7 - trihydroxy - 5 - isopropyl - 3
methylnphthyl], adalah zat racun berwarna kuning yang dapat
disari dari batang, akar maupun biji kapas. Selama ini ia hanya
dipergunakan dalam proses industri tertentu. Siliat racunnya
lenyap bila dipanaskan.
Sperma Mati
Akhir tahun 1971, tim riset Lembaga Farmakologi dari Akademi
Cina untuk Ilmu Medis (Chinese Academy of Medical Sciences)
melakukan sejumlah eksperimen dengan tikus. Setiap hari selama 4
minggu tikus jantan diberikan dosis oral gossypol sebesar 15-60
mg. Ketika dikumpulkan dengan tikus betina, jantan itu
bersetubuh normal, tetapi tidak menghasilkan anak. Setelah
diteliti melalui mikroskop ternyata sel sperma tikus jantan itu
mati.
Tanpa pemberian gossypol, kesuburan tikus jantan itu pulih
sesudah sampai 5 minggu. Anak dari jantan yang pulih ternyata
normal dan sehat. Bahkan sampai generasi ketigapun. Ekperimen
lebih terarah kemudian dilakukan dengan tikus, anjing dan
monyet.
Sampai akhir September 1978, lebih 10.000 sukarelawan di
seluruh RRC bersedia menggunakan gossypol dalam sejumlah
eksperimen klinis. Mereka berusia antara 30 dan 50 tahun dan
paling sedikit telah mempunyai anak seorang. Setiap
sukarelawan diberi dosis oral 20 mg setiap hari. Sesudah 50
sampai 70 hari, mereka menjadi mandul. Pemerikaan mengungkapkan
sel sperma mereka mati atau tidak ada. Kalaupun ada, jumlahnya
tidak melebihi 4 juta dalam 1 ml. (jumlah normal sekitar 50 juta
per 1 ml), dan mengalami perubahan bentuk.
Eksperimen dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan dua kali
seminggu sebesar 20 mg. Ternyata tidak terdapat kelainan fungsi
atau bentuk pada jaringan dan organ seluruh tubuh kccuali di
dalam buah zakar, di mana bakal sel sperma dan induk sel sperma
menunjukkan kelainan. Juga tidak terdapat perubahan bentuk dalam
jaringan buah zakar itu sendiri, sedang tingkat hormon
testosterone tetap normal dan kemampuan seksuil para sukarelawan
sama sekali tidak terganggu.
Pemberian gussypol kemudian dihentikan, dan ternyata hampir
semua sukarelawan kembali subur setelah 3 bulan, bahkan kemudian
isteri mereka melahirkan anak normal dan sehat. Hanya beberapa
sukarelawan mengalami waktu lebih lama untuk kembali subur dan
hal ini masih dalam penelitian. Kurang dari 1% mengalami
hipokalemia -- kehilangan zat potasium sehingga mengganggu
keseimbangan ion dalam tubuh -- tetapi dengan menelan pil kalium
khlorida hal ini mudah diatasi.
Eksperimen ini menyimpulkan bahwa gossypol mempunyai efektivitas
sangat tinggi sebesar 99,89%. Tidak terdapat efek sampingnya,
kecuali yang sangat ringan dan hilang dengan sendirinya atau
mudah sekali diatasi. Pcnggunaannya akan sangat mudah bila
ditelan dalam bentuk pil, dan bila dihentikan, dalam waktu
relatif singkat kesuburan pulih kembali. Kalau gossypol memang
berhasil, ujar dr. Cholil MPH Ketua BKKN DKI, ia merupakan babak
baru dalam teknologi kontrasepsi sekarang, yang ditujukan untuk
pria, sedang selama ini terutama wanita yang menanggung beban.
Tingkah Pria
Beban ini pernah direkam oleh seorang pekerja sosial dan gerakan
wanita dari Amerika Serikat, Perdita Huston. Sekembalinya dari
peninjauan puluhan desa di Kenya, Sudan, Tunisia, Sri Lanka dan
Mexico, ia mcnulis buku Message from the Village. Diceritakannya
betapa ia mendengar "tangisan hati nurani wanita akibat tingkah
para suaminya."
Dalam soal keluarga berencana, tulisnya, sikap suami merupakan
kunci. "Tanpa restu suaminya, wanita itu tidak bebas untuk
menggunakan alat atau obat kontrasepsi."
Ny. Huston menyebutkan beberapa contoh tingkah itu. Misalnya
kemarahan suami kalau isterinya tidak hamil setiap tahun, karena
ia merasa malu terhadap orang sedesa yang menuduhnya mandul
atau karena ia ingin mempunyai seorang anak lelaki sedang yang
lahir anak perempuan saja. Pesan Ny. Huston ialah justru pada
kaum pria.
Seorang dokter di Sudan mengatakan: "Program KB seharusnya
terutama ditujukan kepada kaum pria." Seorang petugas Badan KB
di Kenya menyesalkan: "Kita mengabaikan kaum pria, karena itu
program KB menjadi problim."
Problim itu antara lain diharapkan berkurang dengan penemuan
obat kontrasepsi baru. Perhimpunan Koordinasi Nasional tentang
Pembatasan Kesuburan Pria di RRC merencanakan pertemuan
menjelang pertengahan tahun ini untuk menilai hasil eksperimen
dengan gossypol. Bila tercapai kesepakatan tentang tingkat
keamanan dan efektivitas pil ini, produksinya segera akan
dimulai. Ada kemungkinan pil gossypol tersedia di pasaran umum
sebelum akhir tahun ini.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini