Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sains

Manusia Prasejarah Lukis Letusan Gunung Berapi di Batu

Sebuah lukisan batu ditemukan di dekat lokasi letusan gunung berapi di Geopark UNESCO Kula, Turki.

2 Juni 2019 | 05.56 WIB

Image of Tempo
Perbesar
Manusia prasejarah lukis letusan gunung berapi di batu. Kredit: Curtin University

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta -Penelitian baru yang melibatkan para peneliti dari Curtin University mengungkap bahwa letusan gunung berapi yang diyakini disaksikan oleh manusia pada masa prasejarah terjadi 245.000 tahun lebih lambat dari perkiraan semula.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca: Letusan Gunung Berapi Mematikan Ancam California

Mengutip laman Phys, Kamis, 30 Mei 2019, penelitian yang dipublikasikan di Quaternary Science Reviews itu bertujuan untuk menentukan usia jejak kaki prasejarah yang ditemukan di lapisan abu yang dihasilkan oleh letusan gunung berapi Cakallar. Yang terjadi di kota Kula di Turki barat ribuan tahun yang lalu.

Seiring dengan jejak kaki, sebuah lukisan batu ditemukan di dekat lokasi letusan di Geopark UNESCO Kula, di Provinsi Manisa, Turki. Lukisan itu, menggambarkan letusan gunung berapi, menyoroti bagaimana manusia dari ribuan tahun lalu mampu menggambarkan fenomena alam dengan caranya sendiri.

Penulis utama asal Australia Martin Danisik, dari John de Laeter Centre yang berbasis di Curtin University, mengatakan bahwa penelitian sebelumnya menunjukkan jejak kaki itu adalah milik Homo Neanderthalensis dari zaman Pleistosen. Namun, temuan baru mengindikasikan bahwa mereka mungkin lebih muda dari pada yang diperkirakan sebelumnya.

"Jejak kaki, yang secara luas dikenal sebagai Kula Footprints, ditemukan pada 1960-an ketika pekerja konstruksi, yang memindahkan batu vulkanik dari salah satu gunung berapi di daerah itu, menemukan mereka terpelihara dengan baik di abu vulkanik berbutir halus," ujar Danisik.

Tim dapat menentukan usia abu vulkanik yang mempertahankan jejak kaki dengan menggunakan dua teknik yang berbeda. Metode penanggalan helium radiogenik digunakan untuk mengukur usia erupsi kristal zirkon kecil, dan metode penanggalan paparan kosmogenik klorin digunakan untuk mengukur waktu di mana batuan vulkanik berada di dekat permukaan bumi.

"Dua pendekatan penanggalan independen menunjukkan hasil yang konsisten secara internal," kata Danisik. "Dan secara kolektif menunjukkan bahwa letusan gunung berapi disaksikan oleh Homo Sapiens selama Zaman Perunggu prasejarah, 4.700 tahun yang lalu dan 245.000 tahun kemudian dari yang dilaporkan semula."

Penelitian juga menunjukkan bahwa setelah letusan awal, manusia perlahan mendekati gunung berapi, meninggalkan jejak kaki yang khas di selimut abu basah di permukaan. Aktivitas vulkanik berlanjut, maka menyebabkan batuan vulkanik berwarna gelap mengubur abu dan itu menjaga jejak kaki.

Danisik menjelaskan bahwa manusia menyaksikan tahap akhir dari letusan gunung berapi dari jarak yang aman, sehingga sangat mungkin Homo Sapiens juga bertanggung jawab atas lukisan-lukisan batu yang ditemukan di dekat lokasi.

"Lukisan batu adalah hubungan yang menarik dengan jejak kaki, karena menunjukkan bagaimana manusia dari 4.700 tahun yang lalu dapat melukis proses alami, seperti letusan gunung berapi, dengan cara artistik mereka sendiri dengan alat dan bahan yang terbatas," tutur Danisik .

Penelitian ini dipimpin oleh para peneliti dari Hacettepe University di Turkey, and co-authored by researchers from Curtin University, Istanbul Technical University and Celal Bayar University di Turkey, dan Heidelberg University di Germany.

Simak artikel tentang letusan gunung berapi lainya di kanal Tekno Tempo.co.

PHYS | QUATERNARY SCIENCE REVIEWS

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Erwin Prima

Erwin Prima

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus