PROYEK luar angkasa, oleh para penentangnya, sering dicibir sebagai proyek mimpi. Namun, berkali-kali impian ini dapat terwujud. Pada 1969, manusia berhasil menapakkan kakinya di permukaan bulan. Senin pekan lalu, National Aeronautics and Space Administration (NASA), badan luar angkasa Amerika Serikat, kembali mencatat prestasi gemilang. Pesawat Near-Earth Asteroid Rendezvous (NEAR) Shoemaker berhasil mendarat di asteroid Eros. Pesawat tak berawak ini berhasil menyentuh permukaan setelah terpantul satu kali. Lebih istimewa lagi, pesawat ini masih mampu mengirimkan sinyal dari jarak 313,6 juta kilometer dari bumi.
Kegembiraan di markas NASA sontak menyeruak. Soalnya, pendaratan ini tergolong sebagai "bonus". Misi utama pesawat yang diluncurkan pada 1996 ini adalah mengamati asteroid dari jarak sangat dekat. Sebelumnya, pesawat ini telah berada di orbit Eros dengan jarak 33,6 kilometer selama satu tahun. Shoemaker telah mengambil 160 ribu data permukaan Eros. Tak mengherankan bila Daniel Goldin, pemimpin NASA, berujar bahwa kisah fiksi ilmiah tentang pendaratan manusia di asteroid tinggal selangkah lagi menjadi kenyataan.
Waktu pasti pendaratan tak bisa diketahui. Alasannya, cahaya membutuhkan waktu perjalanan 17 menit 30 detik dari pesawat ke bumi. Namun, berlanjutnya transmisi sinyal membuktikan pesawat masih berfungsi. Hanya, tak ada gambar baru terkirim. Gambar terakhir yang diterima bumi diambil dari jarak 110 meter dengan resolusi kurang dari 1,25 sentimeter. Dengan jarak pemotretan 90-450 meter, kamera memang kurang fokus.
Bila sistem tenaga dari panel mataharinya bekerja, diperkirakan pesawat ini bisa "hidup" di asteroid selama berminggu-minggu. Setelah itu, NASA akan mencoba menerbangkannya kembali. Sayangnya, karena tak dilengkapi dengan alat khusus, pesawat ini tak bisa mengambil sampel fisik dari asteroid.
Sebetulnya, tanpa pendaratan itu pun, misi ini tergolong sukses besar. Shoemaker membutuhkan waktu empat tahun untuk menempuh 3,2 miliar kilometer menuju Eros. Jadwal awalnya adalah 2 tahun plus 327 hari. Namun, pesawat sempat gagal masuk orbit sehingga perlu satu tahun tambahan. Keterlambatan ini tertebus dengan pengambilan data yang begitu lengkap. Alhasil, proyek senilai US$ 223 juta itu tergolong murah dan bisa menjadi model bagi proyek sejenis.
Asteroid sejak satu dasawarsa lalu memang menjadi obyek yang menantang. Apalagi, pada 1998 lalu marak pemberitaan tentang satu asteroid besar yang menuju bumi. Kecemasan sempat meruak. Maklum, benda luar angkasa yang jatuh ke bumi dalam ukuran yang lebih kecil saja, 65 juta tahun lalu, menjadi penyebab musnahnya dinosaurus. Untunglah kekhawatiran ini?yang sempat dimanfaatkan dengan cerdik oleh produser film Hollywood?tak terbukti. Bagaimana dengan Eros? Asteroid yang dinamai seperti nama dewa cinta Yunani ini memang punya potensi untuk menumbuk bumi. Hanya, kalaupun sungguh terjadi, itu baru akan berlangsung 1,5 juta tahun mendatang.
Namun, yang paling menggelitik dari asteroid bukanlah hal tersebut. Komposisi dari batu karang di luar angkasa ini diperkirakan para ilmuwan merupakan komposisi bagian dalam dari planet-planet di dalam sistem tata surya kita pada 4,5 miliar tahun lalu. Dengan mempelajari asteroid, ilmuwan juga berharap mendapatkan kunci sejarah pembentukan bumi. Bagaimana dan dalam kondisi macam apa planet terbentuk dan berubah? Untuk mencari jawab hulu penciptaan semesta inilah segala kerumitan ditempuh manusia, termasuk mendarat di karang luar angkasa.
Yusi Avianto Pareanom
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini