Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Teknologi & Inovasi

Pelan-pelan, Batan

Sebelum membangun PLTN, Indonesia perlu menyelidiki sumber energi lain dan cadangan uranium yang dimiliki. Bila cadangan energi lain cukup tak perlu tergesa-gesa membangun PLTN.

9 Desember 1978 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

SETELAH Pilipina, Muangthai mungkin akan menjadi negara ASEAN kedua yang mengoperasikan pembangkit listrik tenaga nuklir. Agustus 1977, pemerintah di Bangkok memberikan lampu hijau bagi EGAT, PLN-nya Muangthai untuk membangun reaktor nuklir berkapasitas 600 megawatt. Order telah dijatuhkannya pada General Electric, dengan perkiraan biaya satu milyar dollar. Juga RRC, yang di masa jayanya 'Komplotan Empat' menolak impor teknologi asing, kini membanting setir secara drastis. Seperti diberitakan Washngton Post, Peking dan Paris sedang menanti lampu hijau Presiden AS untuk melaksanakan transaksi reaktor nuklir Westinghouse buatan Perancis ke RRC. Apabila disetujui Jimmy Carter, RRC akan membeli dua reaktor masing-masing berkapasitas 900 megawatt dan berharga $ 500 juta -- satu untuk menerangi kantor, rumah para pejabat dan diplomat di Peking, dan satu lagi untuk memutar roda industri di Shanghai. Bagaimana dengan Indonesia? Jangankan untuk membangkitkan listrik, malah untuk program nuklir yang lebih murah dan sederhana saja Indonesia masih jauh ketinggalan dibanding dengan tetangganya. BATAN (Badan Tenaga Atom Nasional), demikian Menteri Ristek B.J. Habibie, "selama 10 tahun terakhir ini hanya mampu memprodusir rata-rata 70 Curie isotop Chroom setahun." Transfer teknologi nuklir ke Indonesia dari negeri maju seperti AS, Kanada, dan Eropa Barat telah berjalan sangat lambat. Salah satu kerikil pengganjalnya, menurut Habibie, adalah kelambatan ratifikasi Perjanjian Pencegahan Penyebaran Senjata Nuklir (Non-proliferation Teaty) yang notabene diparaf wakil pemerintah Rl di London, 8 tahun berselang. Itu sebabnya, Agustus lalu, pemerintah cq Menteri Ristek mengajukan RUU P3SN ke DPR. Menjelang akhir Nopember, DPR menyetujuinya tanpa rewel. Apakah itu berarti Indonesia akan segera mencari bantuan luar negeri untuk membangun PLTN juga -- seperti Pilipina (lihat Lingkungan) dan Muangthai? Mengingat adanya rencana BATAN membangunnya di Teluk Rembang, Jawa Tengah? Dr Habibie, dalam suatu wawancara TEMPO, tak menyangkal adanya minat ke situ. Namun sebelumnya, "ada tiga langkah persiapan yang harus ditempuh terlebih dahulu. " Yakni penyelidikan teknologi nuklir non-enerji -- ini sekaligus merupakan ajang latihan bagi awak reaktor PLTN nantinya. Kemudian penambangan uranium, lalu pengolahan bahan bakar nuklir. "Kalau cadangan uranium ternyata terlalu sedikit, 'kan lebih baik diekspor? Atau kalau sumber enerji lain sudah memadai, mungkin tak perlu membangun PLTN." Pemerintah tampaknya akan mendahulukan pembangunan reaktor nuklir riset berkapasitas 30 megawatt di Serpong, Jawa Barat. Ini saja sudah merupakan loncatan jauh ke depan setelah BATAN bertahun-tahun lamanya hanya bekerja dengan reaktor Triga Mark berkekuatan 1 megawatt di Bandung, dan reaktor di Gajah Mada, Yogya, yang hanya 0,1 megawatt. Para wakil rakyat juga meminta agar pemerintah tidak serta-merta meloncat ke proyek nuklir raksasa. Husni Thamrin dari F-PP, umpamanya, mengingatkan agar dipertimbangkan skala prioritas pembangunan nasional, dan jangan membawa malapetaka bagi rakyat Sementara Soelomo dari F-PDI mengharapkan agar pemerintah terlebih dahulu mengawasi penambangan uranium di Irian Jaya dan Kalimantan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
>
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus